Nasida Ria Ajak Anak Muda Berkasidah Modern -->

Advertisement

Nasida Ria Ajak Anak Muda Berkasidah Modern

Kamis, 18 Oktober 2018

Penampilan Nasida Ria di Synchronize Fest 2018 memberi kesegaran dalam festival musik Tanah Air (M. Hafizhuddin)

"Suasana di kota santri
Asyik senangkan hati
Suasana di kota santri
Asyik senangkan hati
Tiap pagi dan sore hari
Muda-mudi berbusana rapi
Menyandang kitab suci
Hilir mudik silih berganti
Pulang pergi mengaji."

"Syair lagu tersebut mengalun di telinga saya yang bersumber dari orang-orang di sekitar. Nah, jika Anda membayangkan saya sedang berada di perdesaan atau di lingkungan pesantren."

Lagu berjudul Kota Santri itu dinyanyikan oleh puluhan bahkan ratusan anak-anak muda bergaya dan berbusana kekinian di tengah di salah satu kota, jauh dari gambaran santri yang selama ini ada di benak saya atau mungkin juga Anda. Malah tak sedikit dari mereka sedang menggenggam gelas maupun botol berisi anggur merah yang sesekali diteguk.

Namun inilah uniknya Synchronize Fest 2018. Pada hari terakhir, 7 Oktober 2018, ajang festival musik multigenre ini mengundang grup kasidah legendaris Indonesia, Nasida Ria sebagai penampil. Nasida Ria menjadi salah satu penyebab saya hadir ke Gambir Expo, Kemayoran hari itu.

"Sebelumnya saya sudah melakukan kontak dengan sang manajer, Choliq Zain, atau biasa disapa Gus Choliq. Ia anak dari Muhammad Zain, pendiri Nasida Ria. Kontak Gus Choliq sendiri saya dapatkan dengan mudah melalui akun Instagram Nasida Ria yang jika Anda lihat, feed-nya rapi layaknya akun Instagram ABG."

Setelah mengirimkan pesan singkat kepada Gus Choliq untuk mengagendakan pertemuan, sekira 5 jam kemudian pesan itu berbalas positif. Kami bisa bertemu seusai mereka manggung.

Soal ketenaran, Nasida Ria sudah jauh-jauh hari menancapkan namanya di dunia musik. Berdiri pada 1975, grup kasidah asal Semarang ini langsung dikenal cukup luas di masyarakat. Pada era 70-an sampai 90-an, lagu-lagu dakwah bergaya Arab klasik memang sering dimainkan dan diperdengarkan.

Pada dekade 2000-an, beberapa lagu Nasida Ria dipopulerkan kembali, seperti Perdamaian oleh GIGI di album religinya dan Kota Santri oleh Anang Hermansyah berduet dengan Syahrini. Ditambah lagi, di akhir 2017, sebuah fanpage dengan nama Qasidah Memes for All Occasions menjadi populer karena memuat tangkapan layar (screenshoot) video-video kasidah dengan lirik yang unik dan relate dengan kehidupan. Alhasil, gambar-gambar yang kemudian disebut meme itu berseliweran di media sosial.

Dari meme itulah, lagu-lagu kasidah terutama milik Nasida Ria naik pamor lagi. Di Bulan Ramadan kemarin misalnya, lagu mereka berjudul Wajah Ayu untuk Siapa viral di jagat maya. Meski tak memiliki korelasi dengan puasa, tapi liriknya yang sedikit nyeleneh mengundang perhatian netizen.
Bahkan hype ini merembet ke iklan kreatif dari dua brand, Ramayana dan Go-Jek. Kedua iklan yang mengambil tema kasidah tersebut menjadi perbincangan selama Ramadan.

Sejak dimulai pukul 17.15, terhitung hanya tiga lagu yang dibawakan Nasida Ria di Synchronize Fest 2018, yaitu Perdamaian, Kota Santri, dan Wajah Ayu untuk Siapa, serta satu musik demo yang menampilkan atraksi tiga personelnya memainkan biola.

Padahal musisi lain yang tampil bisa menyanyikan lebih dari 5 lagu. Belakangan saya diberi tahu bahwa Nasida Ria sebenarnya sudah menyiapkan hingga 9 lagu dalam durasi 45 menit yang disediakan penyelenggara.

Terang saja para penonton mencoba menahan 12 perempuan dengan balutan busana muslim berwarna ungu di atas panggung itu dengan teriakan "Lagi! Lagi! Lagi!" yang terus berulang. Namun seruan itu hanya dibalas oleh lambaian tangan dan ucapan terima kasih dari Rien Jamain dan rekan-rekannya.
Baru intro, penonton sudah langsung bergemuruh. "Wajah Ayu untuk Siapa?" memang lagu Nasida Ria yang belakangan paling populer, mungkin karena di liriknya ada kata "kampret,".

Yono (37) seorang die hard fans Nasida Ria yang datang dari Karawang mengungkapkan kekecewaannya. Tentu bukan kepada grup musik idolanya itu, tapi kepada penyelenggara acara yang menaruh jadwal tampil dekat dengan waktu Maghrib.

"Kurang (puas) ya, cuma tiga lagu. Biasanya kalau di show kan bisa sampai tiga jam gitu, sampai benar-benar puas," ucap Yono dengan nada mengeluh. Ia yang menjadi penggemar grup musik ini sejak SD memang sudah beberapa kali hadir ke panggung-panggung Nasida Ria. Namun itu tak mengurangi antusiasmenya datang ke Jakarta yang sudah diagendakan sejak Februari lalu.

Menurut Yono, Nasida Ria membawa pesan-pesan religius yang sangat berkaitan dengan kehidupan yang sedang terjadi di dunia. Selain itu, para personelnya ia anggap multitalenta karena bisa bergantian memainkan instrumen musik berbeda.

Sebagai penggemar lama, Yono turut senang ketika Nasida Ria mampu diterima masyarakat luas khususnya generasi muda, terlebih kualitasnya masih dianggap baik. "Berharap ke depannya lebih bagus. Tapi ini juga sudah bagus sih. Regenerasinya sudah jalan," kata Yono yang ikut masuk bersama rekan-rekannya ke ruang konferensi pers Synchronize Fest.

"Saya menunggu sekitar 20 menit di ruangan itu untuk akhirnya mendapat giliran berbincang dengan Rien Jamain, anggota Nasida Ria yang bertahan dari generasi pertama." Hajjah Rien, sapaannya, memang dikondisikan sebagai "juru bicara" Nasida Ria, mengingat ia yang paling senior di grup itu. Meski ketika saya bertanya usianya, ia menjawab singkat, "Rahasia" sambil tersipu.

Mengenai perasaannya hari itu, dengan aura keibuannya Hajjah Rien mengucap syukur. "Ya Alhamdulillah, karena mereka (penonton) sudah hafal dengan lagu-lagu kami. Jadi apa yang kami tampilkan tuh sudah pada tahu. Karena selama satu bulan, bulan puasa itu semua stasiun teve di Jakarta undang kita."

Ia menambahkan, pengalamannya disaksikan oleh anak-anak muda seperti di Synchronize Fest ini bukan kali pertama terjadi. Pada 2016 lalu mereka pernah diundang oleh Ruang Rupa untuk tampil di depan crowd yang tak jauh berbeda.

"Biasa saja, sudah biasa di depan anak muda, orang tua. Kita tampilkan apa yang milik kita saja, enggak lihat kiri-kanan." Meski genre kasidah tak sepopuler pop atau dangdut sekalipun, harus diakui bahwa lagu-lagu Nasida Ria bisa membaur di masyarakat umum karena begitu relevan dengan masa kini.

Tak melulu menyinggung masalah agama, tapi juga kondisi sosial dan ekonomi dengan lirik-lirik segar dan tak biasa membuat beberapa lagunya "viral". Hal ini tak lepas dari jasa Kyai Haji Bukhori Masruri alias Abu Ali Haidar yang banyak menciptakan lagu bagi Nasida Ria.

Sepeninggal Abu Ali Haidar yang wafat pada Mei 2018 lalu, Nasida Ria masih tetap produktif. Bahkan tengah tahun ini mereka meluncurkan album ke-35 dengan tajuk Nasida Ria Reborn yang berisi 10 lagu. "Pesan dari ulama-ulama, Nasida Ria harus lestari karena berdakwah lewat seni. Insya Allah masih banyak orang-orang seni yang mengirimkan lagu untuk kita. Doakan saja, supaya langgeng dan tetap jaya," tutur Hajjah Rien.

Sebagai grup yang beranggotakan 12 perempuan, satu hal yang menjadi pertanyaan adalah tentang bagaimana cara meredam ego masing-masing. Stereotip yang berkembang, di mana perempuan memiliki sensitivitas yang tinggi, pasti sedikit banyak akan berdampak pada kestabilan grup musik perempuan, dalam hal ini Nasida Ria.

Rien tak membantah akan hal itu. Namun menurutnya semua akan diselesaikan dengan musyawarah. "Insya Allah dengan musyawarah ini akan menyelesaikan masalah sebesar apapun. Sebagai yang tertua harus menjaga, bisa ngemong anak muda, harus bisa menyadari dan menghargai dia. Kami saling menghargai menghormati, dan kami saling kompak, dan selalu menjaga kebersamaan."

Di sisi lain, Hajjah Rien juga menceritakan proses regenerasi Nasida Ria yang menurutnya menjadi hal krusial. Sebab sebagai musisi perempuan yang sudah menjadi ibu hampir pasti memiliki dilema, antara kariernya di musik atau kebersamaannya dengan keluarga. "Sampai sekarang ini masih terus mencari regenerasinya untuk penerus Nasida Ria. Barangkali ada yang sudah punya anak, ndak boleh sama suaminya, kita sudah menyiapkan di belakangnya, regenerasinya."

Dalam mencari generasi penerus, manajemen memberikan berbagai syarat. Misalnya rentang usianya harus berada di antara 12-15 tahun, memiliki suara dan akhlak yang baik, ditambah wajah yang ayu dan belum memiliki pacar.

Terhitung sudah tiga generasi yang mengisi posisi di Nasida Ria, di mana Nazla Zain yang saat ini berusia 23 tahun menjadi personel paling muda dan paling menarik perhatian penonton. "Ada satu momen saya duduk bersebelahan dengan Nazla sebelum Nasida Ria meninggalkan ruang konferensi pers. Kami melakukan perbincangan singkat mengenai posisinya yang sudah berada pada titik ini."

Masuknya Nazla dalam dunia kasidah jelas "diintimidasi" oleh lingkungan. Ia merupakan anak dari Gus Choliq. Sejak kecil, Nazla selalu mendengarkan musik-musik kasidah sampai akhirnya ia tertarik untuk lebih jauh berpartisipasi mengembangkan kasidah. "Awalnya ya seperti pengajian gitu-gitu, lama-lama tertarik. Di sana diajari nyanyi lalu bermain instrumen musik juga."

Beberapa remaja sudah siap untuk menggantikan para seniornya. Manajemen membentuk Ezzura sebagai grup muda Nasida Ria yang sudah diberi pengalaman untuk manggung. Menurut Nazla pengalaman tersebut sangat penting karena sewaktu-waktu personel Ezzura akan diminta "naik kelas" untuk tampil dengan Nasida Ria, seperti yang sudah ia alami.

"Saya ingin membuktikan anak muda juga bisa dekat dengan kasidah," kata Nazla.
Di akhir perbincangan seraya mengucap terima kasih, saya membuka aplikasi kamera di ponsel dan meminta izin untuk berswafoto bersama. Sayang, ia menolak dengan halus, "Nanti fotonya bareng yang lain aja." (tas/net)