Keutamaan Shalat -->

Advertisement

Keutamaan Shalat

Kamis, 11 Oktober 2018

Ilustrasi 
Mengingat shalat merupakan ibadah yang paling utama, maka redaksi perlu mengulangi pembahasannya mengikuti metoda Al-Qur'an Karim.

Diantara keterangan mengenai keutamaannya sebagai penjelasan yang lebih dari apa yang telah diterangkannya jauh sebelum ini ialah sabda Nabi Muhammad SAW yang menyebutkan, "Tidak sekali-kali seorang hamba dianugerahi suatu pemberian yang lebih baik selain daripada diadzankan untuknya guna melakukan salat dua rakaat." 

Muhammad ibnu Sirin telah mengatakan, "Seandainya aku disuruh memilih antara salat dua rakaat dan surga tentu aku lebih memilih salat dua rakaat, karena sesungguhnya salat dua rakaat mengundang ridha Allah SWT, sedangkan surga hanya mengundang kepuasanku."

Dikatakan bahwa sesungguhnya Allah SWT telah menciptakan tujuh langit, Dia memenuhinya dengan para malaikat dan memerintah kepada mereka untuk mengerjakan ibadah salat tanpa pernah berhenti barang sesaat pun. Dia menjadikan setiap penghuni langit satu macam ibadah. Ada penghuni langit yang selalu berdiri di atas kakinya masing-0masing sampai sangkakala ditiup (hari kiamat).

Ada penghuni langit yang ruku', ada yang sujud dan ada penghuni langit yang merendahkan sayapnya karena takut kepada Allah SWT. Sedangkan penghuni Illiyin dan penghuni 'Arasy selalu berdiri seraya mengelilingi 'Arasy sambil membaca tasbih memuji kebesaran Tuhan mereka dan memohonkan ampunan untuk orang-orang yang ada di bumi. 

Lalu Allah menghimpun semua jenis ibadah itu dalam suatu ibadah yaitu salat sebagai penghormatan untuk orang-orang beriman, sehingga mereka mendapatkan bagian dari ibadah penghuni semua langit, namun Allah SWT menambahkan kepada mereka bacaan Al-Qur'an di dalam salatnya. 

Untuk itu mereka dituntut mensyukurinya, dan cara mensyukurinya ialah dengan mendirikan salat lengkap dengan semua persyaratan dan batasan-batasannya.

Pembaca JCS, Allah SWT telah berfirman di dalam Kitab-Nya melalui ayat-ayatNya yang artinya; "(yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan salat dan menafkahkan sebagian rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka." (QS. Al-Baqarah, 2: 3)

"Dan dirikanlah salat oleh kalian." (QS. Al-Baqarah,2: 43) 

"Dan dirikanlah salat." (QS. Hud, 11: 114)

"Dan orang-orang yang mendirikan salat." (QS. An-Nisa', 4: 162)

Tidak sekali-kali pembaca menjumpai sebutan salat di dalam Al-Qur'an, melainkan selalu dibarengi dengan sebutan mendirikannya. Namun, manakala menyebutkan perihal orang-orang munafik Allah SWT berfirman yang artinya: "Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang salat, (yaitu) orang yang lalai dari salatnya." (QS. Al-Ma'un, 107: 4-5)

Allah SWT menamai mereka dengan sebutan orang-orang yang salat sedangkan untuk orang-orang mu'min Allah menamai mereka dengan sebutan orang-orang yang mendirikan salat. Hal itu agar diketahui bahwa sesungguhnya orang-orang yang salat adalah sedikit. Orang-orang yang lalai mengerjakan amal ibadahnya hanya semata-mata untuk meramaikannya dan mereka sama sekali tidak mengingat hari akan dihadapkan kepada Allah, apakah salatnya diterima ataukah ditolak?

Telah diriwayatkandari Nabi SAW yang pernah bersabda bahwa sesungguhnya di antara kamu ada orang yang mengerjakan salatnya namun tidak dicatatkan untuknya dalam salatnya itu, kecuali hanya sepertiga, seperempat, seperlima, atau seperenamnya, bahkan beliau menyebutkan sampai sepersepuluhnya. Yakni sesungguhnya tidaklah dicatatkan bagian dalam salatnya itu, melainkan hanya bagian salat yang dilakukannya dengan penuh kesadaran.

Nabi SAW juga bersabda, "Barangsiapa yang salat dua rakaat dalam keadaan menghadap kepada Allah dengan segenap hatinya, maka terbebaslah ia dari dosa-dosanya seperti saat ibunya baru melahirkannya."

Sesungguhnya kedudukan salat seorang hamba dinilai agung hanya berdasarkan cara menghadapnya kepada Allah SWT. Maka apabila berdasarkan dia mengerjakan salatnya dengan hati yang tidak menghadap kepadaNya, melainkan hatinya berbicara dengan dirinya sendiri alias tidak khusu'. 

Kedudukannya sama dengan orang yang berdiri di hadapan pintu seorang raja untuk memohon ampun dari kesalahan dan kekhilafannya.

Ketika sampai dipintu raja dia berdiri di hadapan raja dan sang raja menyambut kedatangannya, namun sesudah itu ia menolehkan pandangannya ke arah kanan dan arah kirinya, sudah barang tentu sang raja tidak akan memenuhi keperluannya. Raja hanya akan melayani keperluan orang itu menurut kadar perhatiannya. 

Demikian pula halnya dengan salat. Apabila seorang hamba masuk di dalam salatnya sedangkan hatinya lalai darinya, tentu salatnya tidak akan diterima.

Untuk diketahui bahwa perumpamaan salat seperti sebuah jamuan yang diadakan oleh raja. Dalam pesta itu sang raja  menyediakan segala macam makanan dan minuman. Pada setiap makanan atau minuman itu terdapat kelezatan dan manfaat. Raja mengundang semua orang ke dalam jamuannya. 

Demikian pula halnya dengan salat, Rabb mengundang mereka kepadanya dan menyediakan di dalamnya berbagai macam perbuatan dan zikir-zikir yang beragam. Allah SWT menyuruh mereka melakukan ibadah dengan mengerjakan salat agar mereka dapat merasakan kelezatan berbagai macam ibadah. 

Semua perbuatan dalam salat kedudukannya sama dengan berbagai macam makanan dan berbagai zikir yang diucapkan di dalamnya dan kedudukannya sama dengan berbagai macam minuman.

Menurut suatu pendapat ada yang menyebut bahwa sesungguhnya di dalam salat terdapat dua belas ribu pekerti, kemudin jumlah yang demikian banyak diringkas menjadi dua belas pekerti. 

Maka barangsiapa yang menghendaki salat, harus memelihara dua belas pekerti ini agar salatnya menjadi sempurna. Enam buah pekerti di antaranya dilakukan sebelum salat dan yang enam pekerti lagi dilakukan di dalam salat.

Nah, untuk dua belas pekerti itu dapat pembaca JCS baca pada lanjutan pokok bahasan ini, alias bersambung. Demikian, semoga bermanfaat dan kita mau melaksanakannya perintah Allah SWT sebagaimana yang dicontohkan utusanNya, yakni Nabi Muhammad SAW. Wallahu a'lam bish-shawab. Subhanakal lahuma wa bihamdika...*