Silaturahim -->

Advertisement

Silaturahim

Admin
Kamis, 13 September 2018

Ilustrasi 
Silaturahmi benar-benar memberikan rezeki yang tak disangka-sangka. Dan rezeki, tidak selalu berbentuk uang atau dolar. Ada yang lebih besar dari itu yaitu kesehatan, keberkahan waktu, ilmu dan hikmah.

Itulah yang saya temukan bulan lalu, saat merajut kembali tali silaturahim di Sagaranten Sukabumi, juga dengan seorang kenalan yang saya anggap sebagai satu dari banyak orang tua yang menyumbang ilmu dan hikmah. Beliau kini aktif sebagai dai dari sebuah komunitas dakhwah yang setiap saat selalu berkelana dari satu tempat ke tempat lain mengajak manusia berbuat baik dengan bertutur lembut dan santun, lebih-lebih mendekatkan diri kepada Sang Pencipta Yang Maha Baik, Allah Subhanahu Wa Ta'ala. 

Dari kisahnya, saya menebak hampir semua kota telah ia jelajah untuk berdakwah.

Lalu, sampailah kami pada sebuah topik pembicaraan tentang peradaban. Sebuah peradaban yang konon menyandang nama modern, zaman now dan milenial. Peradaban ilmiah. Peradaban sainstifik. Peradaban yang menaungi seluruh aspek kehidupan manusia. Peradaban yang dicipta dan bergulung; yang ditarik dari arah Barat.

Tapi benarkah peradaban yang memimpin manusia saat ini adalah peradaban ilmiah? Peradaban modern yang sudah seharusnya dianut oleh setiap anak Adam dan Hawa?

Dari perbincangan tersebut, saya benar-benar terhenyak karena disodori fakta, bahwa peradaban yang telah menelikung seluruh kehidupan kita ini sama sekali tidak ilmiah, tidak modern, dan sama sekali tidak sesuai fitrah.

Peradaban yang kita huni saat ini adalah peradaban yang diawali dengan teori dan diakhiri oleh hipotesa. Artinya, peradaban yang memimpin kita saat ini adalah sebuah peradaban yang memimpin kita saat ini adalah sebuah peradaban yang diawali coba-coba, dan diakhiri dengan ketidakpastian. Teori dalam kamus Webters News World College Dictionary nyaris disamakan dengan kata spekulasi.

Sedangkan hipotesis adalah unproved theory, teori yang belum terbukti. Yang semua masih bersifat tentatif dan asumsi.

Sedangkan Islam, opposite dari itu semua. Islam adalah lawan dari unsur-unsur yang dibangun oleh peradaban yang disebut modern ini. Peradaban Islam dibangun dengan kepastian dan diakhiri dengan kesempurnaan. Peradaban ini dibangun dengan modal dasar wahyu pertama yang memerintahkan manusia untuk melakukan iqra, bacalah (QS. Al-Alaq, 96: 01). Dan ditutup dengan wahyu terakhir, Alyauma akmaltu lakum dinakum... Hari ini telah Kusempurnakan untukmu agamamu...(Al-Maidah, 05: 03).

Dan Muslimin harus dibangunkan. Mereka harus diajak kebaikan. Tinggalkan maksiat. Mereka harus diingatkan dan disadarkan untuk memantapkan iman dan takwa. Peradaban harus dipimpin oleh rumusan-rumusan yang pasti yang berujung pada kesempurnaan sejati. Wallaahu a'lam bish-shawab. Shalallahu 'alaihi wa salam. Subhanakal lahuma wa bihamdika...*