Berani -->

Advertisement

Berani

Admin
Kamis, 06 September 2018

Ilustrasi 
Zamiluni, zamiluni, begitu ucap Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wa Salam pada Khadijah, istrinya, ketika usai didatangi Jibril 'Alaihi Salam saat wahyu pertama. Beliau meminta istri tercinta itu untuk menyelimuti tubuhnya yang menggigil. Tidak saja dan karena cuaca, tapi lebih karena rasa ketakutan yang menderanya sebagai manusia.

Tentu saja beliau takut pada mulanya. Sebagai manusia, tentu saja ketakutan itu wajar dan bisa dipahami. Bukan saja karena kedatangan Jibril tapi juga bayangan Muhammad SAW tentang sesuatu yang diterimanya dan pesan dibalik itu semua.
Sebuah wahyu, sebuah titah, sebuah pesan untuk memimpin umat manusia dengan risalah kenabian dan membawa Islam.

Tapi ketakutan itu tak hinggap lama, sebab Allah Subhanahu Wa Ta'ala membimbing langsung dengan wahyu-wahyu berikutnya. "Hai orang yang berselimut, bangunlah..., (QS. Al-Muzzamil: 1). Maka selimut pun dicampakkan, karena risalah harus disampaikan dan ditegakkan.

Pembaca JCS, keberanian harus menjadi pilar kokoh yang menopang perjalanan panjang ini. Keberanian, itu alasan lain yang coba saya gali dari kehidupan Rasulullah yang tercinta. Sebuah fase yang membuatnya dicintai dan diikuti, tidak saja oleh orang-orang dari bangsanya sendiri yang datang dari masanya sendiri, tapi juga oleh manusia dari bangsa lain dan zaman yang lain lagi. Hingga zaman now dan milenial ini, hingga di seluruh bawah naungan langit ini.

Selain cinta, keberanian juga membuat orang-orang mencintai dan mengikuti. Keberanianlah yang memimpin orang-orang untuk menjadi pemimpin. Seharusnya, begitulah para mencontoh dan mengikutinya. Memimpin dengan berani. Keberanian akan melahirkan pengikut. 
Keberanian akan memandu manusia-manusia lain, untuk dipimpin.
Yang diperlukan oleh seorang pemimpin untuk memimpin, pertama adalah cinta dan kedua adalah keberanian. Sekedar contoh kecil saja dalam kehidupan kita sehari-hari. Jika saat Anda mengendarai sepeda motor dan berada di kota dekat (depan) lampu merah pengatur lalu lintas, lihat saja, seorang pengendara pertama yang melewati garis putih dan terus maju ke depan akan banyak diikuti oleh pengendara-pengendara lain di belakangnya. Padahal, lampu pasih berwarna merah.

Itu baru keberanian konyol yang memimpin laku salah. Kini bayangkan jika keberanian itu beralih untuk memimpin kebaikan. Tak mudah memang. Karena butuh niat, akhlak dan kematangan. Tapi bagaimana pun, para calon-calon pemimpin yang dengan berani memimpin perbuatan baik, pasti akan menemukan pengikut-pengikutnya. Bisa dibuktikan mulai memimpin anggota keluarga hingga zona yang melebar lagi.

Percayalah, yang Anda butuhkan hanya keberanian untuk mengubah keadaan.

Dan kelak, Anda bisa bangga, tidak saja karena berani, tapi juga karena Anda telah memimpin sebuah perbaikan, bagaimana pun kecilnya. Tak ada kata terlambat untuk itu. Maka, beranilah berbuat baik dan benar! Wallahu a'lam. Subhanakal lahumma wa bihamdika...*