Prihatin -->

Advertisement

Prihatin

Admin
Rabu, 08 Agustus 2018

Ilustrasi 
Sesungguhnya, apa yang kita lakukan hari ini adalah sebuah upaya atau investasi untuk kelak. Dan apa yang kita rasakan saat ini, sebagian besar adalah berkat perjuangan dan keprihatinan masa lalu. Ingat sejarah alam, ketika pulau-pulau kecil yang menakjubkan, yang membentang dari barat sampai timur; hutan-hutan, gunung-gunung dan danau-danau dari sabang sampai maroke mengelilingi negeri ini. Semuanya, tidak lepas dari sejarah tersebut. 

Bagaimana pun kekuatan dan sedahsyat apa yang memisahkan pulau-pulau itu dari tanah tempat mereka sebelumnya bersatu? Misalnya ledakan alam yang membuat gurun pasir mengelilingi Gunung Bromo; misalnya juga pantai-pantai Cianjur selatan yang membentuk indah membentang dari Jayanti-Cikaso Pasir Urug. Tegak pasak bumi Gunung Pangrango dan Gunung Gede Cianjur? 

Atau peristiwa alam yang sebaliknya, seperti getaran yang membelah dan meluluhlantakan bangun-bangunan besar yang rata dengan tanah terjadi di Lombok kini; banyak korban jiwa. MasyaAllah.

Mamah Dedeh Indosiar dalam ceramahnya mengatakan, bahwa peristiwa alam yang menggoncang di Lombok adalah sebuah teguran kecil dari Allah SWT. Lebih jauh lagi tentang alam. Kerusakan akibat ulah-ulah manusia. Jika kita percaya, seluruh planet bumi ini terbentuk karena peristiwa alam yang luar biasa. 

Menurut ilmu astrofisika, gugusan-gugusan yang ada dalam galaksi Bima Sakti itu merupakan hasil dentuman atau ledakan Akbar. Karena itu pula, keprihatinan yang terjadi di Lombok dan berbagai daerah lain harus kita maknai dan mengubah menjadi keindahan hari depan. Mungkin tidak hanya secara fisik, tapi juga hati. Tidak pula secara lahir, tapi juga batin. Tidak hanya bangunan-bangunan gedung menjulang, infastruktur jalan di hotmix, tapi juga akhlak yang meninggi. Kenyataan pahit yang terjadi hari ini misalnya harus kita sulap dan ciptakan menjadi keindahan-keindahan di masa selanjutnya.

Kita terus mencoba merawatnya menjadi sebuah keajaiban. Mungkin tidak untuk diri kita, yang masih hidup hari ini bersama keprihatinan dan cobaan itu. Tapi, Insyaallah buat anak cucu yang akan mengagumi tiada henti. Semua itu ambil hikmahnya. Cukuplah sebuah pelajaran, bahwa manusia sehebat apapun, tak ada apa-apanya di hadapan alam. Apalagi depan Tuhan, Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Wallahu a'lam. Shalalahu 'alaihi wa sallam. Subhanakal lahumma wa bihamdika...*