Roda -->

Advertisement

Roda

Admin
Rabu, 25 Juli 2018

Ilustrasi 
Hari ini roda di atas pasti ada saatnya roda di bawah. Hari ini yang menang bisa jadi kalah. Tapi tak pernah ada selubung kepura-puraan. Yang baik tetap baik, tak bercampur dengan yang buruk. Yang benar tak pernah larut dalam kesalahan. Kemunkaran akan selalu disebut kemunkaran, tanpa harus memelintir fakta dan kenyataan. 

Politik Kita, setiap apapun bagi kita tetap abadi. Yang berlalu tak bisa kembali. Karena itu salah jika tak ada yang abadi dalam politik selain kepentingan politik itu sendiri. Lawan tak pernah bisa jadi kawan, kecuali dengan jalan, bertaubat dan mengakui kebenaran. Karib tetaplah karib dan haram ditikam. Kita harus mengembalikan laku pikir pada yang lurus dan benar, bahwa tak bisa dilakukan bermanuver apa saja demi kemenangan. Siasat boleh, tapi culas tidak boleh alias haram. Cerdik harus dicari jalannya, tapi kelicikan harus disikat habis.

Berbuat karena cinta, selalu lebih baik dari hasil ketakutan. Dalam kancah politik kita seharusnya seperti ikan yang tak pernah asin meski hidup di air garam. Tujuan utama tak mungkin dibelokkan dengan godaan-godaan semua yang memang menggiurkan. Tujuan kita adalah untuk menegakkan yang hak dan memerangi kemunkaran. Selamanya demikian. Selalu abadi pertempuran ini. 

Politik kita memiliki prinsip wala wal bara dengan syarat yang jelas, kebenaran dan cinta. Kebenaran harus ditegakkan, cinta dan salam harus disebarkan. Untuk semua itulah kita ada. Tunduk untuk larut dalam semua laku yang salah. Tidak untuk turut pada semua cara yang bisa mencelakakan kita kelak.
Jangan pernah berkecil hati pada sebutan yang menghinakan. 

Jangan pula memandang kekuasaan dengan tatap silau kekaguman. Langkah kita untuk menegakkan kebenaran. Membela yang lemah dan memerangi kemungkaran. Di mana pun kita berada, Muslim selalu punya konsep yang sama. Satu dalam kebenaran, satu dalam kebaikan, satu dalam keikhlasan.

Karena kita satu, sudah seharusnya ruang dan waktu tak jadi penghalang. Mungkin kita berbeda jalan dan partai, tapi hati tetap satu. Mungkin kita berbeda cara namun tatapan pada akhir jalan kita sama. Tidak untuk berkuasa an sich, tapi untuk meninggikan kalimatul haq, dan mengejawantahkan arti Islam; menjadi rahmat bagi semesta alam. Wallahu a'lam.*