Berpikir dan Bersukur -->

Advertisement

Berpikir dan Bersukur

Admin
Kamis, 07 Juni 2018

Ilustrasi 
Al-Fudhail mengatakan, pikiran tak ubahnya bagaikan cermin yang memperlihatkan kepadamu kebaikan dan keburukanmu. Pernah dikatakan kepada Ibrahim, "Sesungguhnya engkau sering bertafakur dalam waktu yang cukup lama." Ibrahim menjawab bahwa berpikir merupakan otaknya akal.

Orang-orang yang bersyukur kepada Allah, baik dalam keadaan suka maupun duka. Rasulullah SAW telah bersabda, "Alhamdulillah (pujian) adalah selendang Tuhan Yang Maha Pemurah." Dahulu ulama salaf saling bertanya, sedangkan niat mereka untuk mengungkapkan rasa syukur kdpNya agar orang yang bersyukur menjalani ketaatan dan orang yang diminta untuk bersyukur menjalani ketaatan pula, padahal tujuan mereka bukanlah riya menampakkan kerinduan. Setiap hamba memang akan ditanya tentang keadaannya antara syukur, mengeluh atau diam.

Maka bagaimana tidak dipandang sebagai sikap yang buruk terhadap Allah Raja Diraja yang di tangan kekuasanNya terdapat segala sesuatu, bila seorang hamba mengadukan urusannya kepada sesama hamba yang tidak mampu berbuat apa-apa. Padahal sikap yang baik bagi seorang hama bila tidak mampu bersabar terhadap musibah dan takdir, hendaknya ia mengadukan perkaranya kepada Allah SWT semata, sebab Dialah yang menciptakan cobaan dan Dialah yang mampu menghilangknnya.

Umar ibnu 'Abdul 'Aziz rahihullah pernah berkata kepada sahabatnya, "Dahulukanlah yang lebih tua; sampai dua kali berucap. Pemuda itu menjawab, "Wahai Amirul mu'minin, seandainya duduk perkaranya berkenaan dengan masalah usia, tentulah kaum muslimin terdapat banyak orang yang lebih tua darinya; kami adalah bukan delegasi karena pamrih dan bukan pula karena takut. Tiada lain kami sekarang ini adalah delegasi bersyukur, kami datang untuk berterimakasih kepadamu dengan lisan dan perbuatan kami. Jadi dengan lisan termasuk ungkapan syukur yang dapat diterima. Wallahu a'lam.*