Girimukti Pasirkuda dan Mulyasari Agrabinta Terisolir -->

Advertisement

Girimukti Pasirkuda dan Mulyasari Agrabinta Terisolir

Admin
Sabtu, 26 Mei 2018

Mobil Jago melintasi jalan penuh dengan lumpur / cianjurkab.go.id
Warga optimis jika program pembangunan Pemkab Cianjur dapat memberikan lebih banyak memperhatikan kondisi desa. Ia mengharapkan perkembangan wilayah dapat terjadi secara merata; perbaikan di sana-sini harus terus menerus dilakukan agar Cianjur dapat melakukan pemerataan pembangunan baik bidang ekonomi, sumberdaya maupun infrastruktur. Tidak lupa pelayanan kesehatan juga.

Seperti apa kondisinya?
Berikut penelusurannya!

Melihat kondisi Desa Girimukti Kec. Pasirkuda, Cianjur memang jauh berbeda dengan wilayah Cianjur tengah dan kota. Apalagi soal keramaiannya. Mata pencaharian warga mayoritas petani dan ngurus ternak domba. Namun hasil bumi yang mereka kelola seringkali tidak dipasarkan dengan baik karena terkendala akses jalan menuju kota Cianjur yang jauh dan rusak. Kondisi ini memang ironis dengan program percepatan pembangunan desa yang gencar dilakukan pemerintah yang menjadi angin segar bagi penduduk di kawasan Cianjur selatan.

Hal itu menjadi kesempatan mereka untuk lebih tersentuh akan pembangunan dan fasilitas lainnya. Tiga ratus desa lebih di Cianjur menjadi sasaran, Desa Girimukti Pasirkuda dan Mulyasari Agrabinta menjadi salah satu wilayah terpencil di Cianjur kidul. Untuk Pasirkuda merupakan wilayah pemekaran dengan Pagelaran perbatasan Tanggeung dan sebelah wetan perbatasan Soreang Bandung. 

Desa-desa yang berada di kecamatan terangkat oleh jalan Jabar selatan, sehingga mudah ke Sukabumi. Desa-desa di Cianjur selatan ini telah lama jauh dari peradaban kota. Jarak dari kota ke desa tersebut sangat jauh, maka boleh dikata wilayah terisolir. Baik Girimukti maupun Agrabinta, Bunisari juga. Belum lagi masyarakat harus berjibaku dengan akses jalan yang rusak dan berbatu. 

Orang kampung bilang 'jalan na tarengtong', banyak batu-batu menganga bahkan tanah dan batu cadas. Kalau musim hujan, duh kasian. Warga Girimukti Pasirkuda mengatakan, dari desa ini lebih mudah ke Soreang. Bahkan untuk mengikuti program kebijakan pemerintah, misalnya soal kesehatan dan jual beli kebutuhan masyarakat. "Jaraknya tidak sejauh menuju kota Cianjur," kata Suparman, Jumat (25/05/2018).

Maka tak heran jika Bandung menjadi wilayah andalan bagi warga desa ini, terutama untuk mengakses fasilitas kesehatan dan perekonomian. Kemudian akses menjadi alasan mengapa masyarakat lebih sering bergantung pada fasilitas yang ada di wilayah Soreang. Kondisi ini jadi mengingatkan kita ketika warga Kec. Naringgul yang selalu bergantung ke Bandung, 15 tahun lalu. 

Pasalnya ruas jalan di sana jelek dan mudah ke Bandung. Sampai-sampai mereka ingin pada pindah ke Bandung. Namun keburu mendapat perhatian Bupati Cianjur saat itu yang kerjasama dengan Pemprov Jabar membangun jalan aspal. Kalau Agrabinta lebih enak ke Sukabumi karena ada jalan Jabar selatan, bahkan kalau mau ke Cianjur lebih dekat lewat Cidolog-Sagaranten-Nyalindung Sukabumi.

Nah, untuk Girimukti Pasirkuda cukup satu jam berjarak 28 km ke Bandung. Girimukti Cianjur sekitar 77 km. Penduduk Girimukti sekitar 3.200 jiwa memiliki sejumlah potensi alam yang berlimpah seperti padi, kol, tomat, cabai, kacang-kacangan atau palawija. Sawah di sana adalah sawah tadah hujan. Ketika panen dapat menghasilkan 500-600 kg per hektar. 

Untuk itu, mereka mengharapkan adanya percepatan pembangunan atau perhatian agar warga dapat memastikan hasil bumi tanpa perlu pergi jauh. Nah, hasil bumi ini sebenarnya dapat menjadi pernghasilan yang menjanjikan bagi warga petani. Akan tetapi lagi-lagi disebabkan sarana prasarana yang tidak mendukung. Warga pun memilih untuk mengkonsumsi sendiri dan menjualnya sesekali. Dapat dikatakan, bahwa tingkat konsumsi dan upaya menjual hasil bumi warga lebih 75 persen banding 25 persen. "Kami mengharapkan perhatian jalan yang bagus, terus volume jalan dibetonnya ditingkatkan lagi," harap Herman.

Selain itu, warga ingin pasar desa untuk pusat pemasaran hasil bumi. Setidaknya transaksi jual beli dapat berlangsung tanpa terkendala akses dan jarak tempuh. Termasuk ingin tambahan air bersih dan irigasi (pengairan-red). "Tak lupa pelayanan kesehatan yang disertai ambulan desa pun sangat dinantikan kami," ujarnya. Sementara warga Mulyasari Agra, mengharapkan adanya jalan bisa masuk mobil. Terus kemudahan dalam memperoleh pekerjaan. Pasalnya, tidak sedikit warga kesulitan untuk mendapat profesi yang sesuai dan mampu untuk menopang kebutuhannya. "Saya cuma bisa bertani, belajar memelihara domba dan membantu orang tua," tutup Arif pemuda di sana. (tas/rus).