Daya Jelajah dan Kekuatan Berkelana -->

Advertisement

Daya Jelajah dan Kekuatan Berkelana

Admin
Selasa, 27 Maret 2018

Titan / Nasa.gov
Ada perasaan iri yang mencekik membaca tentang antariksa Eropa yang berhasil mendaratkan ekspedisi terjauh di luar angkasa. Huygens, begitu ekspedisi itu diberi nama. Sebuah pesawat kecil, setelah melakukan perjalanan luar angkasa selama tujuh tahun lamanya, ekspedisi itu mendarat mulus di Titan. Bulan terbesar planet Saturnus. Jika betul, tujug tahun adalah waktu yang begitu lama untuk menempuh perjalanan sepanjang 1,3 milyar kilometer. Dan kini piranti kecil itu mendarat, lalu merekam semua yang terjadi di Titan. Ada angin yang menderu. Ada cairan yang mengalir di Titan. Semua itu tergambar dan dianalisa dari 350 foto yang dikirimkan Huygens ke Bumi. Cairan itu bukan air tapi metana air. Dan tak mungkin ada air, sebab temperatur di Titan terlampau dingin. Minus 179 derajat celsius.

Titan (dibaca: ty tun) adalah satu satelit dari 33 benda langit yang mengelilingi planet Saturnus. Pertama kali ditemukan oleh astronom Belanda, Christian Huygens pada tahun 1655. Dan hasil dari ekspedisi itu memberikan hasil, secara meteorologi dan geologi, Titan hampir mirip seperti Bumi.

Selain temuan-temuan baru dalam bidang astronomi, sebagai seorang Muslim, perjalanan ini memberikan hikmah lain yang seharusnya bisa segera kita tangkap. Hikmah itu daya jelajah dan kekuatan berkelana. Barat dengan segala pencapaian ilmu pengetahuannya, memiliki daya jelajah yang sangat tinggi. Daya jelajah itu pula yang sebenarnya memberikan inspirasi ilmu pengetahuan yang mereka peroleh kini. Seharusnya, kitalah yang mampi mengirimkan ekspedisi ke luar angkasa. Seharusnya, ilmuwan-ilmuwan Muslim yang telah dibekali pemahaman Al-Quran yang terbang menjelajah galksi; jiwa-jiwa Islamlah yang membuktikan dengan kepala dan mata sendiri betapa firman-firman Allah SWT agung tak terkira. Subhanallah. Bahkan susunan tata surya yang digambarkan dalam surat bagaikan kelopak mawar yang merekah. Tentang langit-langit yang terbentang tanpa tiang penyangga.

Tentang planet-planet yang tergantung mengawang tanpa tambang yang mengikatnya. Seharusnya kita yang ke sana. Atau setidaknya, seharusnya Muslim yang mempelajari itu semua. Untuk memberikan manfaat pada semesta. Untuk memberikan berkah pada manusia. Karena memang kita seharusnya menjadi rahmat yang menjelma nyata. Tapi apa lacur, ternyata daya jelajah umat ini begitu rendah. Ditambah lagi, daya tahan mereka begitu lemah. Sampai kapan? Harus kita akhiri dengan segera. Lahirkan generasi baru yang meretas jalan lebih terang dan penuh cahaya. Wallahu a'lam. (Tas).*