Persoalan GAR-ITB Meletup -->

Advertisement

Persoalan GAR-ITB Meletup

Senin, 15 Februari 2021


JCS - Mengenai Gerakan Antiradikalisme Institut Teknologi Bandung (GAR-ITB) baru-baru ini menuai kontroversi usai melaporkan mantan Ketua Umum PP MuhammadiyahDin Syamsuddin ke Komisi Aparatur Sipil Negara (KASN) terkait dugaan radikalisme.


Din dilaporkan melalui surat terbuka nomor 10/Srt/GAR-ITB/I/2021 yang diklaim diteken 1.977 alumni ITB (Kampus Ganesha) lintas angkatan dan jurusan tertanggal 28 Oktober 2020.


Mereka melaporkan Din lantaran masih tercatat sebagai ASN dengan jabatan dosen di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

D

Din diduga melanggar kode etik sebagai ASN terkait sejumlah pernyataan dan tindakannya dalam dua tahun terakhir. Dari total 9 pasal yang diduga dilanggar Din, dua di antaranya mengenai putusan Mahkamah Konstitusi terkait putusan hasil sengketa Pilpres 2019 dan kiprahnya di KAMI.


Sementara pihak KASN sendiri telah melimpahkan laporan tersebut ke Kementerian Agama dan Satuan Tugas Penanganan Radikalisme ASN.


Di sisi lain, pihak rektorat ITB membantah memiliki hubungan langsung dengan GAR-ITB. GAR-ITB disebut bukan organisasi resmi di bawah naungan ITB.


"GAR-ITB bukan organisasi di bawah ITB," kata Kepala Biro Humas dan Komunikasi, Naomi Sianturi, Minggu (14/2).


Meskipun anggota yang tergabung merupakan alumni, Naomi mengatakan GAR-ITB tak pernah tercatat dalam struktur resmi lingkup organisasi kampus ITB.


Naomi menilai sudah sepatutnya pihak rektorat ITB tak memiliki kapasitas untuk menjawab pelbagai persoalan terkait GAR-ITB.


"Karena urusan alumni itu hanya alumni dan Ikatan Alumni yang berhak," kata dia.


Sementara anggota GAR-ITB Nelson Napitupulu menjelaskan bahwa GAR-ITB bukan organisasi atau perkumpulan seperti umumnya yg memiliki struktur kepengurusan.


GAR, kata dia, sekadar wadah bagi alumni ITB yang memiliki fokus terhadap maraknya radikalisme dan intoleransi di Indonesia secara umum dan di ITB secara khusus.


"Wadah ini terbuka buat seluruh alumni ITB yang memiliki concern yang sama," kata Nelson.


Nelson bercerita bahwa pembentukan GAR ITB berawal dari obrolan para alumni ITB dan beberapa alumni kampus lain yang peduli terhadap isu radikalisme dan intoleransi di Indonesia.


Awalnya, gerakan ini dinamakan Nusa Kinarya Rumah Indonesia atau NKRI. Sebab, kala itu masih banyak alumni dari universitas lain yang bergabung di dalamnya.


Lalu pada medio 2019, mereka membentuk GAR-ITB. Gerakan ini spesifik bagi alumni ITB yang konsen terhadap isu radikalisme dan intoleransi di kampus ITB kala itu.


"Lalu karena ada persoalan intoleransi dan radikalisme di ITB kita tak enak dengan PT lain. Makanya kita mengelompoklah, yang alumni ITB saja. Kita bahas yang internal ITB. Maka dibuatlah itu, GAR ITB," kata dia.


Nelson menyebut salah satu anggota GAR-ITB adalah Juru Bicara Presiden Joko Widodo, Fadjroel Rachman.


Menurutnya, Fadjroel masih aktif tergabung dalam keanggotaan GAR-ITB sampai saat ini dan tergabung dalam WhatsApp Group (WAG) GAR-ITB dan aktif memberikan komentar-komentar terkait isu yang ramai diperbincangkan.


"Ada, ada di WAG [WhatsApp Grup] GAR-ITB iya [tergabung]. Dia ada di WAG-nya. Obrolan orang di WA saja. Kalau dia ada waktu, ya dia merespons. Kalau ada diskusi isu-isu tentang radikalisme intoleransi kita hadirkan di situ," kata Nelson. (Tas)