Pendek Angan-angan dan Mengantisipasi Kematian (2) -->

Advertisement

Pendek Angan-angan dan Mengantisipasi Kematian (2)

Sabtu, 12 Januari 2019

Ilustrasi barudak santri yang sedang menunggu waktu belajar
Ibnu Umar radiyallahu 'anha pernah mengatakan: "Kalau engkau memasuki waktu pagi, jangan menunggu petang. Dan kalau engkau memasuki waktu petang, jangan menunggu pagi. Ambillah sebagian dari masa hidupmu untuk matimu." 

Hadis ini adalah landasan dasar untuk memperpendek angan-angan di dunia. Karena orang yang beriman tidak sepantasnya menjadikan dunia sebagai tempat tinggal tetap lalu merasa tenteram (betah) tinggal di sana. 

Tetapi seharusnya ia tinggal di dunia seperti orang yang sedang di tengah perjalanan. Dan ini adalah wasiat yang diberikan oleh para Nabi dan para pengikutnya.

Allah Subhanahu wa Ta'ala menceritakan tentang orang beriman dalam keluarga Fir'aun, dia berkata: "Sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah kesenangan (sementara) dan sesungguhnya Akhirat itulah negeri yang kekal." (QS. Ghafir/Al-Mukmin: 39).

Kalau dunia bukan tempat tinggal tetap bagi orang yang beriman maka selama hidup di dunia sebaikanya orang yang beriman memiliki dua sikap: 

Bersikap seperti yang tinggal di negeri asing dengan tujuan mengumpulkan bekal untuk pulang ke kampung halamannya, atau seperti seorang musafir yang tidak pernah menetap di suatu tempat, melainkan terus bergerak siang maupun malam menuju tempat tinggal yang tetap.

Karena Nabi Muhammad Shalallahu 'Alaihi Wa Sallam berpesan kepada Ibnu Umar radiyallahu 'anha agar ia tinggal di dunia dengan salah satu dari sikap dari dua sikap berikut ini:

Pertama: Orang beriman harus membiarkan dirinya merasa seperti orang yang merantau di dunia. Ia merasa seperti menetap, tetapi di negeri asing. Maka hatinya tidak tertambat dengan negeri asing  melainkan dengan kampung halamannya. Sehingga yang ada di dalam benaknya adalah bagaimana mengumpulkan bekal yang bermanfaat baginya untuk pulang ke kampung halamannya.

Hasan berkata: "Orang beriman seperti orang asing di dunia. Ia tidak sedih dengan kehinaannya dan tidak berambisi untuk menggapai kemuliaannya. Ia memiliki sikap yang berbeda dengan manusia pada umumnya."

Wargi JCS dicintai Allah SWT, setelah menciptakan Adam 'Alaihi Sallam, Allah SWT menempatkannya di dalam Surga bersama istrinya. Kemudian Dia berjanji untuk mengembalikannya ke Surga bersama dengan anak cucunya yang shalih. Jadi orang beriman selalu rindu pada kampung halamannya yang pertama.

Seperti kata penyair: "Kam manzilil lilmar i ya alafuhul fataya, wa hani nuhu abadal li awwali manzili, betapa banyak rumah diakrabi oleh seseorang, tapi kerinduan selalu pada rumah pertama. Bersambung... Wallahu a'lam bish-shawwab. Subhanakal lahumma wa bihamdika...***