Manusia Tidak Lepas dari Sabar (6) -->

Advertisement

Manusia Tidak Lepas dari Sabar (6)

Selasa, 01 Januari 2019

Ilustasi sabar
Segala puji bagi Allah 'Azza Wa Jalla Yang Maha Baik dan Layak menerima pujian dan sanjungan, Satu-satunya yang berhak memakai jubah kesombongan, Satu-satunya Dzat yang pantas menyandang sifat-sifat keagungan dan keluhuran, yang mendukung para wali pilihan dengan kekuatan sabar terhadap kondisi yang menyenangkan maupun menyakitkan dan kekuatan syukur atas bencana maupun karunia.

Mudah-mudahan shalawat senantiasa dilimpahkan kepada Muhammad Shalallahu 'Alaihi Wa Sallam Sang Pemimpin para Nabi, kepada sahabat-sahabatnya yang merupakan pemuka-pemuka orang-orang pilihan dan kepada keluarganya yang merupakan pemimpin-pemimpin orang-orang yang berbakti dan bertakwa, dengan shalawat yang dijaga dengan kelanggengan dari kebiasaan dan dilindungi dengan rentetan dari kepunahan.

Wargi, religi atau kultum kali ini masih pokok bahasan religi sebelumnya, yakni tentang Sabar (5).

Tidak lupa, seiring Tahun Baru 2019 mudah-mudahan Allah 'Azza Wa Jalla meridhai dan memaafkan dosa-dosa kita; kemudahan rezeki yang toyyib, halal, berkah serta taufik hidayah, terlebih kemampuan untuk memelihara dan menjaga dahsyatnya taufik dan hidayah. Hal itu baik bagi yang nulis, teman-teman, donatur JCS yang selalu hadir di belakang redaksi, serta para pembaca yang dirahmati Allah 'Azza Wa Jalla.

Mari hadirkan hati! Hati yang lembut dan ikhlas karena Allah 'Azza Wa Jalla!

Menjelaskan firman Allah Subhanahu Wa Ta'ala: "Dan Kami jadikan di antara mereka itu pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami ketika mereka sabar. Dan adalah mereka meyakini ayat-ayat Kami." (QS. AS-Sadjah: 24).

Sufyan bin Uyainah berkata: "Ketika mereka mengambil kepala urusan, kami menjadikan mereka sebagai kepala."

Umar bin Abdul Aziz berkata: "Tidaklah Allah SWT memberikan nikmat kepada seorang hamba lalu Allah mencabut nikmat itu kembali dan menggantinya dengan sabar, melainkan apa yang diberikanNya sebagai pengganti itu lebih baik daripada apa yang dicabutNya."

Sa'id bin Jubair berkata: "Sabar adalah pengakuan seorang hamba kepada Allah dengan apa yang dia terima dariNya, harapannya untuk mendapatkan apa yang ada di sisiNya dan keinginanNya untuk meraih pahala dariNya. Terkadang seseorang merasa sedih, tetapi ia tetap tegar dan tidak terlihat gejala lain selain sabar."

Ibrahim rahimalillahi berkata: "Kata-kata 'pengakuan seorang hamba kepada Allah dengan apa yang dia terima dariNya' sepertinya merupakan tafsir daripada kata-kata 'untuk menghrapkan apa yang ada di sisi Allah' sepertinya adalah tafsir daripada kata-kata 'Inna Lillahi'.

Jadi ia mengakui bahwa dirinya adalah milik Allah yang bisa Dia perlakukan sesuai dengan kehendakNya. 

Sedangkan kata-kata 'untuk mengharapkan apa yang ada di sisi Allah' sepertinya adalah tafsir daripada kata 'Wa Inna ilaihi raji'un. Artinya kami akan dikembalikan kepadaNya dan diberi balasan atas kesabaran kami dan Dia tidak akan menyia-nyiakan pahala musibah.

Sementara kata-kata 'terkadang seseorang merasa sedih, tetapi ia tetap tegar' maksudnya sabar itu bukanlah bersikap tegar' melainkan mengekang hati supaya tidak jengkel terhadap takdir dan menahan  lidah agar tidak mengeluh. "Barangsiapa yang bersikap tegar tetapi hatinya merasa jengkel terhadap takdir, ia bukanlah orang yang sabar."

Ketika kehendak mengamputasi kaki Urwah bin Zubair, mereka berkata kepadanya: "Seandainya kita memberinya minuman tertentu agar dia tidak merasa sakit." Lalu Urwah berkata: "Sesungguhnya Dia memberiku cobaan untuk melihat kesabaranku. Apakah aku akan menentang perintahNya?!"

Umar radiyallahu 'anhu berkata: "Ada sepasang keranjang dan satu 'alawah (bonus) yang sangat baik untuk orang-orang yang sabar."

Yang dimaksud dengan sepasang adalah shalawat dan rahmat. Dan yang dimaksud dengan bonus adalah hidayah.

'Alawah adalah sesuatu yang diletakkan di atas sepasang keranjang yang diangkut oleh unta.

Dengan pernyataan ini ia menunjuk firman Allah SWT: "Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. (Yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: "Inna lillaahi wa inna ilaihi raaji'un" (Sesungguhnya kami milik Allah dan sesungguhnya kepadaNyalah kami kembali). Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari tuhan mereka dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk." 

Wallahu a'lam bish-shawwab. Bersambung...*