Manusia Tidak Bisa lepas dari Sabar (9) -->

Advertisement

Manusia Tidak Bisa lepas dari Sabar (9)

Sabtu, 05 Januari 2019

Sabar sifat yang sangat dicintai Allah SWT yaitu sabar dan tawakal
Wargi JCS, seiring spirite weekend mari mengucapkan alhamdulillahi rabbil 'alamiin, segala puji dan syukur kita haturkan ke hadirat Allah 'Azza Wa Jalla Yang Maha Baik yang masih memberikan kita waktu dan umur yang panjang, serta kesempatan kita untuk senantiasa membenahi diri hingga tutup usia. 

Berkat rahmat dan karuniaNya pulalah redaksi JCS dapat melakukan yang terbaik (semampu kami) dalam megisi religi dan renungan ini. Walaupun yang nulis dan juga teman-teman memiliki kesibukan lain, baik dalam urusan mencari nafkah lahir dan bathin keluarga, diri sendiri, maupun berpacu dengan dunia pendidikan serta belajar ngaji di majelis ilmu di Cianjur Selatan.

Mudah-mudahan shalawat senantiasa dilimpahkan kepada Muhammad Shalallahu 'Alaihi Wa Sallam, kepada sahabat-sahabatnya yang merupakan pemuka-pemuka orang-orang pilihan dan kepada keluarganya yang merupakan pemimpin-pemimpin orang-orang yang berbakti dan bertakwa yang seharusnya kita contoh.

Kami berharap degan hadirnya religi dapat bermanfaat bagi kaum muslimin dalam memperkaya ibadah, terutama dalam meningkatkan keimanan dan ketaqwaan.

Disamping itu, religi ini juga sebagai tuntunan dalam membentengi diri dari mara bahaya, baik berupa musibah maupun gangguan dari kejahatan makhluk Allah SWT.

Dengan segala kekurangan kami berharap religi ini dapat kita sempurnakan bersama-sama, dengan memberikan kritik dan masukan dari seluruh pembaca JCS yang kami cintai.

Semoga religi JCS ini dapat memberikan manfaat yang besar bagi kita, pemacu semangat, baik lahir maupun batin, serta dapat membantu kita dalam mendekatkan diri kepada Rabb. Amiin.

Selanjutnya, hadirkan hati kita dan fokus pada pokok bahasan yang tertunda yaitu sabar setelah selesai mengerjakan amal. 

Seperti telah ditulis edisi lalu, jika syahwat bergabung dengan kebiasaan maka kedua serdadu setan ini akan bersinergi dan berkolaborasi. Lalu pada umumnya peringat agama tidak mampu mengalahkan keduanya.

Kelompok Kedua

Kejadian yang tidak berhubungan dengan ikhtiar dan di luar kemampuan manusia untuk menolaknya. Yaitu musibah-musibah yang bukan disebabkan oleh ulah manusia, seperti kematian orang tercinta, kehilangan harta, sakit dan sebagainya.

Dan ini ada dua macam:

Pertama, musibah yang tidak diakibatkan oleh ulah manusia. Kedua, musibah yang terjadi akibat ulah manusia seperti makian, pukulan dan sebagainya.

Musibah jenis pertama bisa disikapi oleh manusia dengan empat cara:

1 Sikap tidak berdaya, sedih, mengeluh, galau dan jengkel. Inilah yang dilakukan oleh orang yang kualitas akan dan agamanya sangat minim.

2 Sikap Sabar

3 Sikap ridha. Ini lebih tinggi daripada sabar. Para ulama berbeda pendapat tentang wajib atau tidaknya bersikap ridha. Namun mereka sepakat bahwa sikap sabar hukuman wajib.

4 Sikap syukur. Yakni, melihat bencana itu sebagai karunia. Sehingga orang yang ditimpa bencana mengucapkan syukur atas bencana tersebut. 

Sedangkan musibah jenis kedua -yaitu musibah yang terjadi akibat ulah manusia- bisa disikapi oleh manusia dengan keempat sikap di atas ditambah lagi dengan empat sikap lainnya.

1 Sikap memaafkan dan merelakan

2 Bersihkan hati dari keinginan untuk balas dendam dan steril dari rasa sakit dan tertekan ketika sewaktu-waktu melihat tindak kejahatan itu.

3 Sikap menyaksikan takdir. Artinya meskipun orang yang mendatangkan keburukan kepada anda adalah orang zalim, tetapi Rabb yang menakdirkan ujian itu menimpa anda dan menjalankan melalui tangan orang zhalim itu dan Rabb tidklah zhalim.

4 Sikap berbuat baik kepada orang yang berbuat jahat dan membalas keburukan dengan kebaikan. Sikap ini memiliki banyak faedah dan kemaslahatan yang hanya diketahui Allah SWT. Maka apabila seseorang tidak bisa mengambil sikap yang tinggi ini, hendaklah ia tidak puas dengan sikap yang paling rendah.

Dan ingat, wargi! Kita lahir ke dunia ini sendirian dan pulang pun sendiri. Jadi, apabila ada permasalahan misalnya cekcok dengan salah satu anggota keluarga (suami istri) atau dengan siapapun, tak usah berlebihan. Apapun masalahnya tak usah di bawa ke alam Akhirat, tapi selesaikan saja di dunia yang sangat sebentar ini. Bersambung... Wallahu a'lam bish-shawwab.