Unsur Cianjur Sosialisasikan Pengolahan Sampah yang Baik -->

Advertisement

Unsur Cianjur Sosialisasikan Pengolahan Sampah yang Baik

Kamis, 20 Desember 2018

Workshop tentang pemanfaatan sampah yang baik oleh Universitas Suryakancana (Unsur) Cianjur. (Foto: Mustofa Bisri)
JCS - Belum lama ini para mahasiswa Universitas Suryakancana (Unsur) menggelar Workshop pengolahan sampah organik dan anorganik melalui sistem 3R (reuse, reduce, dan recycle) di Desa Bobojong, Kecamatan Mande, Cianjur.

Momen penyampaian ilmu penerapan ecobricks dan biopori ini bersama Dosen Pembimbing Lapangan Penjas FKIP Unsur, Goesti Sabda Laksana, serta para mahasiswa yang dibagi 20 kelompok dan didampingi oleh 20 dosen pembimbing lapangan.

Nara sumber memberikan pengenalan bagaimana cara mengelola sampah dengan sistem terintegrasi yang bisa diolah dan digunakan kembali. "Unsur dipercaya oleh Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdiskti) untuk menjadi bagian dalam memberikan penyuluhan Cirata Harum," kata Goesti.

Di sana, Goesti melakukan penyuluhan pengelolaan sampah secara terintegrasi yakni sampah organik dan non organik menggunakan sistem 3R, dan pengenalan ekobreak dan biofori. 

"Kita dapat mengetahui bagaimana sistem 3R bisa dilaksanakan, sebab, kalau hanya masyarakat memilah dan memilih sampah itu hal bisa, namun yang paling penting bagi masyarakat bagaimana akhir dari sampah bisa berakhir," katanya.

Goesti menerangkan soal kendala utama terdapat pada saat evaluasi, lagi pula hasil dari evalusasi pertama masyarakat belum mengetahui bagaimana membuang sampah yang baik. Ini, kata dia, memang menjadi permasalahan utama tentang sampah.

Hingga akhirnya dibuang ke kali atau sungai, di bakar dan dikubur tanpa sistem yang benar, sehingga menyebabkan pencemaran lingkungan. Pencemaran tersebut tentu sangat merugikan lebih luas, baik kepada warga maupun pada lingkungan itu sendiri. 

Seperti di Waduk Cirata ini sudah tercemar dan tidak boleh dikonsumsi. "Begitu pula dengan mikro organismenya termasuk ikan di sana sudah tidak boleh dikonsumsi,” jelasnya.

Dalam rangka penyuluhan tersebut sebetulnya baru awal bagaimana mengenalkan dulu sistem pengolah sampah dengan baik kepada masyarakat. "Akhirnya dari sana kami mengenalkan yang namanya ekobreak, juga biopori sehingga salah satunya digunakan untuk sampah nonorganik dan biopori untuk membuang sampah non organik," tutur Goesti.

Pengenalan dua metode tersebut ternayata sangat diterima dengan baik oleh masyarakat dan sangat antusias. Maka pihaknya akan terus fokus terhadap limbah rumah tangga tentang cara mengolah sampah yang baik dan benar. 

Dengan sosialisasi tersebut, diharapkan masyarakat tidak lagi membuang sampah sembarangan tapi buang pada tempatnya. "Kami mengajak masyarakat untuk perduli terhadap sampah, hingga mereka sadar bahwa sampahku tanggung jawabku," katanya.

Dampaknya bisa terjadi longsor atau TPA itu bisa meledak karena ada bahan kandungan kimia yaitu zat metana yang bisa meledak dan membahayakan. "Jangan sampai itu terjadi di Cianjur dan jangan pula bergerak setelah ada bencana, tetapi kita harus sadar dulu sebelum hal itu terjadi," tegasnya.

Goesti berharap mudah-mudahan semua pihak terutama pemerintah dapat mencontoh pemanfaatan atau pengolahan sampah yang tepat lagi bermanfaat. "Mengingat sampah bukan masalah yang sepele, tapi benar-benar bermasalah yang sangat serius jika tidak dikelola dengan baik. (tas/sri)