Tahun Anyar, Teriring Rasa Syukur dan Pengharapan -->

Advertisement

Tahun Anyar, Teriring Rasa Syukur dan Pengharapan

Senin, 31 Desember 2018

Ilustrasi tahun anyar 2019
Wargi JCS, beberapa bulan lalu umat Islam telah merayakan pergantian tahun Hijriah dan kini menyusul pergantian tahun Masehi. 

Indahnya kita tinggal di Republik ini yang berfalsafah Pancasila, di mana agama diberi penghormatan yang tinggi. Buktinya setiap event besar agama telah ditetapkan sebagai libur nasional. Iya, kan? 

Seakan Pemerintah Indonesia betul-betul memahami peran agama dalam kehidupan bernegara dan berbangsa. Nah, jika kalender Masehi dapat disimbolisasikan sebagai Dunia dan Pemerintah maka kalender Hijriah simbolisasi dari akhirat, agama dan moral. Subhanallah.

Jadi, keduanya merupakan hal yang saling melengkapi dalam meraih cita-cita Indonesia yang diridhoi
Pertanyaannya apa sih perbedaaan dari kedua sistem penanggalan itu?

Sebetulnya fokus keduanya sama yaitu agar tiap orang paham tentang hari dan tanggal dalam kaitannya dengan sebuah peristiwa.

Lalu perbedaannya di mana? Perbedaannya hanya pada alat yang digunakan dalam sistem perhitungannya dan waktu dimulai penetapan tahunnya.

Bila kalender Masehi menggunakan Matahari sementara kalender Hijriah memanfaatkan Bulan.

Kemudian penetapan awal tahunnya, kalender Masehi dimulai sejak awal lahirnya Nabi Isa AS dan Hijriah dimulai dari awal hijrah Nabi Muhammad SAW dari Kota Mekkah ke Kota Madinah.

Tuhan telah memberi pedoman dasar bagi umat manusia dalam sistem perhitungan hari dan tanggal sebagaimana yang dinyatakan dalam firman-Nya sebagai berikut,

"Dia Tuhan yang telah menjadikan matahari bersinar dan Bulan bercahaya dan menetapkan garis edarnya agar kalian manusia mengetahui bilangan tahun dan perhitungan waktu. Tidaklah Tuhan menjelaskannya melainkan dengan benar, dijelaskan ayat-ayat-Nya bagi kaum yang mengerti" (QS. Yunus: 5). Wallahu a'lam bish-shawwab.

Ada fenomena yang terkesan sangat berbeda dan sangat menarik ketika orang menyambut akhir tahun pada dua kalender itu.

Bila memperingati tutup tahun kalender Masehi terkesan nuansa sorak sorainya yang menonjol, seperti pesta kembang api, berkumpul ramai-ramai bakar jagung, bakar ikan, menginap di hotel dan banyak pula yang treveling ke luar negeri.

Nampaknya memang bahwa suasana syukurnya yang terekspresikan dalam bentuk kegembiraan yang lebih menonjol, sementara pada peringatan akhir tahun Hijriah relatif lebih kalem dan khusyu' seperti melakukan dzikir, tafakur dan doa bersama di masjid-masjid guna mengharapkan kebaikan dan pertolongan Tuhan.

Jadi wujud syukurnya dalam bentuk yang lain.

Pertanyaan selanjutnya, apakah salah bila orang merayakan acara tutup tahun dengan suasana sorak sorai seperti yang terjadi pada acara tutup tahun Masehi?

Sebetulnya tak ada larangan dalam agama dan juga tidak ada perintahnya.

Dan yang terpenting setiap tindakan haruslah memiliki muatan dzikir dan syukur dan sebaiknya jangan sampai berlebih-lebihan apalagi sampai bermuatan dosa dan maksiat.

Kita ingin sebagai anak bangsa selalu kompak dan bersatu.

Jangan sampai hanya karena ada perbedaan suasana dalam penyambutan tutup tahun lalu ada yang merasa ketika melihat yang lainnya bukan seperti yang seharusnya, sebaiknya lapang dada saja dan tak perlu diberi cap.

Inilah fakta kehidupan yang berwarna-warni maka biarlah orang mengambil pilihanya masing-masing dalam mengekspresikan kegembiraannya yang dianggap pas menurutnya.

Biarlah seiring berjalannya waktu dan ketika kesadaran manusia sampai pada titik tertentu maka dia akan dapat memutuskan pilihan yang tepat menurut ilmunya.

Bukankah Tuhan juga tak ingin memaksakan kehendak pada hamba-Nya. Tuhan hanya ingin manusia menghampiri-Nya dengan sebuah kesadaran, ketulusan dan cinta bukan atas keterpaksaan.

Tapi patutlah kita, senantiasa menyeru dan mengingatkan pada diri kita dan seluruh elemen serta seluruh anak bangsa bahwa memperingati tutup tahun, tanpa kita sadari sebenarnya di sana mereka sedang dalam sebuah peristiwa yang berhubungan dengan waktu dan kesempatan hidup.

Dengan perubahan hari, tanggal dan tahun sebetulnya tiap orang telah hilang waktunya, itu artinya kesempatan hidupnya mulai berkurang.

Gunakan Kalender Masehi

Sementara agama ini membimbing manusia agar seriap jalannya waktu yang dimilikinya itu haruslah memiliki bobot kebajikan dan jika tidak maka rugilah dia.

Tidak heran bila kemudian Sang Rasul mengingatkan, "Sebaik-baik manusia adalah mereka yang panjang umurnya tapi selalu dalam kebajikan dan seburuk-buruk manusia adalah mereka yang panjang usianya tapi buruk amalnya." (Hadist). Wallahu a'lam bish-shawwab.

Hidup ini memang kesempatan untuk berkarya sebanyak mungkin pada umat manusia dan tentunya juga selalu patuh khusyuk kepada Tuhan.

Karena hidup manusia dengan umur yang disediakan kepadanya jangan sampai tersia-siakan walau sedetikpun jangan sampai tak ada nilai kebajikannya.

Rupanya musuh manusia setan, iblis dan balatentaranya memang sedang berusaha sekuat tenaga menggelincirkan manusia dalam lembah dunia dengan berbagai jebakan kesenangan sampai akhirnya mereka lupa waktu dan lupa pada arti kehidupan dan tujuan dari hidup ini.

Dunia dengan segala pernak perniknya adalah sebuah kenikmatan yang Tuhan sediakan tapi jangan sampai ia meracuni apalagi sampai dilalaikan.

Seorang agamawan terkemuka dan ahli hikmah mengatakan, "Dunia itu seperti seekor ular yang berbisa dan bila kau tak waspada padanya maka ia akan menggigitmu dengan bisanya yang mematikan."

Kita sambut pergantian tahun dengan mengiringkan niat mengungkapkan rasa syukur dan tafakur sehingga nikmat yang kita miliki semakin melimpah.

Kita mengharapkan pada mereka yang akan mengadakan dzikir dan tafakur untuk menyelipkan doa dan harapan semoga seluruh anak bangsa dan juga para pemimpinya tetap dalam bimbingan dan rahmat-Nya sehingga bangsa ini bebas dari segala kesulitan yang menyelimutinya.

Apapun peristiwa yang sedang kita alami dan akan kita alami, termasuk dalam penyambutan akhir tahun hubungkan kepada Tuhan, Allah Subhanahu Wa Ta'ala, semoga diridhoi dan selalu mendapat nilai dan ganjaran, Amiin. (tas/ref: beberapa sumber).