Piala Indonesia Terkesan Dicuekin Klub Peserta -->

Advertisement

Piala Indonesia Terkesan Dicuekin Klub Peserta

Jumat, 14 Desember 2018

Logo Piala Indonesia
Kompetisi sepak bola terbaik Indonesia, Liga 1 telah berakhir dengan Persija Jakarta yang menjadi juara. Pun dengan kompetisi kasta kedua sepak bola Indonesia, Liga 2 yang telah selesai dengan PSS Sleman sebagai juara.

Kompetisi sepak bola kasta ketiga, Liga 3 pun sudah hampir selesai dengan telah mencapai babak 8 besar. Akan tetapi keanehan terjadi jika kita melihat ajang Piala Indonesia yang masih jauh dari kata selesai.

Bahkan Piala Indonesia sendiri baru sampai di babak 64 besar yang mana baru segelintir klub saja yang sudah memastikan diri lolos ke babak 32 besar. Artinya, perjalanan Piala Indonesia 2018/2019 bahkan belum sampai setengahnya.

Tapi kompetisi sepak bola cukup bergengsi Tanah Air, Piala Indonesia, terkesan dicuekin oleh para klub peserta. Digelar bersamaan dengan Liga 1 membuat banyak klub memilih untuk menurunkan banyak pemain pelapis di turnamen tersebut

"Setelah menyelesaikan babak 64 besar di bulan Desember, mulai Januari kita gelar babak 32 besar yang sudah dengan format kandang dan tandang hingga final yang direncanakan pada Maret 2019 mendatang," ungkap staf ketua umum PSSI Iwan Budianto kepada jurnalis belum lama ini.

Jelasnya, Liga 1 2018 tidak digelar secara serentak dengan Piala Indonesia yang kompetisinya baru berakhir di 2019. Bayangkan saja bagaimana sebuah kompetisi yang bernama Piala Indonesia berjalan di tengah kompetisi liga yang berbeda edisi.

Padahal Piala Indonesia merupakan sebuah ajang bergengsi yang telah melahirkan berbagai cerita indah mengenai arti semangat kedaerahan sepak bola nasional.

Piala Indonesia dimulai pada edisi 2005 untuk pertama kalinya. Ajang Piala Indonesia begitu spesial dan bergengsi karena mempertemukan klub-klub Indonesia dari berbagai divisi atau kasta mereka berada.

Artinya di ajang ini bisa saja ada tim dari kasta rendah yang berhasil mengalahkan klub yang berada di kasta lebih tinggi. Seperti yang terjadi pada babak kedua Piala Indonesia 2005 dimana PSM Makassar dikalahkan oleh tim antah berantah bernama Persekaba Badung.

Edisi perdana itu sendiri akhirnya menghasilkan juara pertama atas nama Arema Malang yang mampu mengalahkan Persija Jakarta dengan skor 4-3 di Stadion Gelora Bung Karno. Di edisi itu juga telah lahir seorang pesepakbola handal asal Minahasa yang bernama Firman Utina.

Setelah itu Piala Indonesia digelar hingga musim 2010 dengan Arema Malang menang lagi di edisi 2006. Setelah itu pagelaran Piala Indonesia dimonopoli oleh Sriwijaya FC, tim yang telah dipastikan terdegradasi ke Liga 2 untuk musim depan.

Kekuatan finansial yang mumpuni dari Sriwijaya FC membuat Laskar Wong Kito begitu perkasa sehingga sanggup menguasai Piala Indonesia dari edisi 2007 hingga 2010. Artinya empat edisi berturut-turut berhasil dikuasai oleh Sriwijaya FC.

Akan tetapi Piala Indonesia sempat ditiadakan pada musim 2011, ajang tersebut baru hadir lagi pada tahun berikutnya. Namun, seperti yang kita tahu 2012 adalah masa di mana sepak bola Indoenesia mengalami dualisme sehingga tercipta 2 versi yang berbeda untuk Liga Indonesia.

Persibo Bojonegoro kala itu berhasil menjadi juara Piala Indonesia di musim yang tidak diperkuat oleh sejumlah klub papan atas Indonesia seperti Persipura Jayapura dan juara bertahan, Sriwijaya FC. Setelah 2012, kompetisi itu tiba-tiba hilang begitu saja.

Kerinduan pecinta sepak bola Indonesia akan Piala Indonesia akhirnya terobati dengan kembalinya turnamen tersebut digelar pada 2018. Piala Indonesia telah lahir kembali setelah mati suri beberapa tahun.

Namun jika kita telaah bagaimana jadwal Piala Indonesia digelar, sungguh itu turnamen bergengsi yang telah dilahirkan kembali dengan cara tarkam. Jadwal yang sangat berantakan telah membuat sejumlah klub di Indonesia alami kerugian yang sangat banyak.

Pertama, sebagian besar klub hanya mengontrak pelatih dan pemain sampai bulan Desember saja. Hal itu menjadi masuk akal karena di awal kompetisi, para klub tahunya musim 2018 berakhir di bulan Desember saja.

Akibatnya beberapa klub telah melepas pemain bintangnya seperti Manuchekhr Dzhalilov (Sriwijaya FC) dan Jonathan Bauman (Persib Bandung). Klub-klub tersebut pun harus segera mengontrak pemain baru jika tidak ingin diperkuat oleh para pemain yang bukan masuk dalam tim inti.

Kedua adalah sejumlah klub rata-rata memiliki kerja sama dengan pihak sponsor untuk semusim saja. Memang kontrak dengan sponsor bisa diperpanjang, tetapi apakah mereka sudi memperpanjang untuk klub yang sudah terdegradasi seperti PSMS Medan.

Dan masalah yang paling pelik adalah kompetisi Liga 1 2019 yang kabarnya bakal digelar pada bulan April. Sedangkan Piala Indonesia selesai pada Maret 2019, artinya para pemain tidak akan merasakan istirahat karena langsung berkompetisi di liga setelah Piala selesai.

Jeda kompetisi yang tidak ada sama sekali tentu mengundang berbagai reaksi negatif berupa protes sana-sini dari para pemain hingga tim kepelatihan. Para pemain tidak mendapatkan masa recovery sama sekali ketika jeda kompetisi

"Kita harus memberikan liburan kepada pemain usai kompetisi ini. Karena menurut aturan FIFA, tim harus memberikan libur selama satu bulan dalam satu tahun," ucap Mario Gomez yang telah dipecat dari pelatih Persib Bandung seperti yang dikutip dari FourFourTwo.

Jika sudah begini, Piala Indonesia yang baru saja dilahirkan kembali malah digelar dengan kesan tarkam alias tidak profesional karena bertabrakan dengan Liga 1 2019. Apakah mungkin maksud PSSI adalah agar para klub bermain dengan tidak serius di Piala Indonesia? karena biar bagaimana pun gelar juara sudah diatur, oleh yang maha kuasa. (sa/rus)