Menggandakan Kewarasan Hidup di Cianjur -->

Advertisement

Menggandakan Kewarasan Hidup di Cianjur

Kamis, 13 Desember 2018

Ilustrasi uang hasil korupsi lewat kode cempaka DAK
Perilaku gila melanda dimana-mana. Mungkin beberapa raja atau pimpinan dan punggawa negeri yang masih memiliki kewarasan sejati. Tapi disinilah letak ironi. Ketika semua orang telah menjadi gila, yang waras justru muncul dan nampak sebagai manusia paling gila. 

Rakyat pun berduyun-duyun menuntut pimpinan dan permaisuri harus turun dari singgasana, karena tak sama dengan mereka. Dan sang raja berkata pada pada permaisuri. "Kita harus menjadi bagian mereka, jika tidak ingin tertimpa bencana." Maka keduanya menghirup sesuatu dan dalam sekejap hilang kewarasan. 

Rakyat senag menyambut kembali raja mereka yang telah lama hilang dalam kewarasannya. Dan seluruh negeri, kini telah gila. Kegilaan yang mereka anggap sebagai kewarasan. Kini tinggal penyihir yang bersedih, karena rencananya gagal lagi.

Menjadi orang baik yang hidup di negeri ini, khususnya di Cianjur, lambat laun semakin terasa seperti menjadi rakyat yang waras di tengah masyarakat yang semakin menggila. Ada gagasan absurd untuk memperbaiki nama baik para koruptor seperti modus korupsi DAK Pendidikan Kabupaten Cianjur tahun 2018  Rp1,556 dengan kode korupsi Cempaka. 

Zaman bak kalabedu, wong agunge padha jail kurang tutur, marma jeng pamasa tanpa para marteng dasih, dane datan ana wahyu kang nyata; para pemimpin bersikap jahil, perkataannya ngawur dan tak bisa lagi dipercaya. 

Para pemimpin mengaku, semua berjalan baik dan terencana, sekedar menutupi berbagai bencana. Inilah pertanda zaman kalabedu, kian lama, kesulitan semakin menggila. Berbeda-beda tingkah laku orang-orang sedaerah. 

Inilah Cianjur kita. Kabupaten yang sama-sama kita cintai tapi dirusak oleh pimpinannya sendiri. Jika ini pernah terjadi sekali, pasti mungkin dan bisa berulang, sekali lagi. Karena peristiwa dalam sejarah, kapanpun dan di manapun, memiliki komposisi yang selalu sama; tanah, waktu dan manusia. 

Kita tidak boleh menyerah para kegilaan, betapapun telah terkepungnya segala kehidupan kita. Kita hanya perlu menjaga kewarasan, menggandakan kewarasaan secepat mungkin, agar sejarah kebaikan bisa dengan cepat berulang. (tas)