Manusia Tidak Lepas dari Sabar (4) -->

Advertisement

Manusia Tidak Lepas dari Sabar (4)

Sabtu, 29 Desember 2018

Ilustrasi tentang sabar
Sebelum melanjutkan subtansi atau pokok bahasan yang tertera pada judul di atas, JCS tak bosan-bosan mengajak wargi-wargi untuk tetap sabar di jalan kebaikan, selalu bersyukur, banyak shalawat dan pandai mengoreksi diri, bukan pandai menyalahkan orang lain serta beranai murakabah, merasa diri diawasi oleh Allah 'Azza Wa Jalla

Sabar menurut sebagian ulama Salafus Shalih berati mencegah, menahan dan mengekang. Sedangkan menurut syara', sabar berarti mencegah jiwa agar tidak bersedih, menahan lidah agar tidak mengeluh, mengekang anggota badan agar tidak menampar pipi, merobek saku dan sebagainya.

Ada yang berpendapat, sabar adalah perangai utama di dalam jiwa yang bisa mencegah terjadinya perbuatan yang tidak baik dan tidak terpuji. Dan ia merupakan salah satu kekuatan jiwa yang menentukan keshalihan dan kebaikannya.

Ada uang berpendapat lagi, sabar adalah menjauhi pelanggaran hukum, tenang ketika ditimpa musibah dan menunjukkan kecukupan (meskipun dilanda kemiskinan) di dalam kehidupan.

Ada yang berpendapat lain, sabar adalah menyikapi bencana, misalnya dampak dari bencana tsunami dan ulah orang-orang korupsi dengan etika yang baik. 

Ada lagi yang berpendapat, sabar adalah perasaan cukup saat dilanda bencana tanpa menunjukkan keluhan. Dan ada juga yang berpendapat, bahwa sabar adalah menelan kepahitan tanpa muka musam.

Jika mengeluh kepada makhluk bertentangan dengan sabar. Seorang shalih pernah mendengar seseorang mengadu kepada saudaranya, lalu ia berkata padanya: "Hai Bung, demi Allah, kamu tidak lebih dari mengadukan Rabb yang menyayangimu kepada orang yang tidak menyanyangimu."

Nah, dalam konteks ini seorang penulis pernah berkata: "Bila engkau mengadu kepada anak Adam sesungguhnya, engkau mengadukan Tuhan Yang Maha Penyayang kepada orang yang tidak sayang.

Sedangkan mengadu kepada Allah 'Azza Wa Jalla tidak bertentangan dengan sabar. Karena Ya'qub 'Alaihi Sallam pernah berkata: "Sesungguhnya hanyalah kepada Allah lah aku mengadukan kesusahan dan kesedihanku." (QS. Yusuf: 86).

Ia juga mengatakan: "Maka kesabaran yang baik itulah (pilihan-ku)." (QS. Yusuf: 83). Begitu juga Ayyub 'Alaihi Sallam pernah berkata: "(Ya Rabbku), sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit dan Engkau adalah Tuhan Yang Maha Penyayang di antara semua yang penyayang." (QS. Al-Anbiya': 83).

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman: "Sesungguhnya Kami dapati dia (Ayyub) seorang yang sabar. Dialah sebaik-sebaik hamba. Sesungguhnya dia amat taat (kepada Rabbnya)." (QS. Shaad: 44).

Lahan 'afiyah (bebas dari mara bahaya) lebih luas bagi manusia dibanding lahan sabar. Dan ini tidak bertentangan dengan sabda Nabi Muhammad Shalallahu 'Alaihi Wa Sallam: "Maa u' thiya ahadu 'atha a au sa'a minash shabri: Tidaklah seseorang diberi sesuatu yang lebih luas dari sabar." (H.R Al-Bukhari 3/335 Az-Zamat- Muslim 7/144, 145 Az-Zakat).

Ini terjadi setelah turunnya bencana. Sedangkan sebelum turunnya bencana lahan 'afiyah adalah lahan yang paling luas. Dan tidak sepatutnya seseorang mengharapkan dan meminta bencana kepada Allah Allah 'Azza Wa Jalla, melainkan memohon maaf dan 'afiyah (bebas dari mara bahaya) di dunia dan Akhirat. Adapun setelah datangnya bencana, lahan sabar adalah lahan yang paling luas.

Nafsu adalah kendaraan yang digunakan oleh manusia untuk melaju ke Surga atau Neraka. Sedangkan sabar ibarat tali kekang atau kemudi bagi kendaraan tersebut. Jika sebuah kendaraan tidak memiliki tali kekang atau kemudi pasti ia akan bergerak tak terkendali.

Sebagian ulama berkata: "Dudukkanlah nafsu itu. Karena ia ingin melihat semua keburukan. Sungguh Allah telah menyayangi orang yang memasang tali kekang dan kemudi pada nafsunya. lalu dengan tali kekangnya ia menuntunnya menuju ketaatan kepada Allah dan dengan kemudinya ia memalingkannya dari kemaksiatan terhadap Allah SWT. 

Karena kesabaran dalam menjauhi larangan Allah SWT lebih ringan daripada kesabaran terhadap siksa Allah SWT. Karena nafsu memiliki dua kekuatan: kekuatan melaju dan kekuatan mengerem.

Hakikat sabar adalah mengarahkan kekuatan melaju ke arah yang bermanfaat dan menggunakan kekuatan mengerem untuk menahan dari segalah sesuatu yang berbahaya.

Ada orang yang sabar dalam melaksanakan shalat malam dan menahan beratnya puasa, tetapi tidak sabar untuk tidak melihat sesuatu yang haram. Dan ada juga orang yang sabar untuk tidak melihat dan melirik gambar-gambar seperti di fb atau sarana medsos lainnya, tetapi tak sabar untuk melaksanakan amar ma'ruf, nahi munkar dan jihad. Astaghfirullah.

Dan ada yang berpendapat, bahwa sabar adalah keberanian jiwa. Dari sinilah muncul kata-kata: "Keberanian adalah kesabaran sesaat alias sebentar banget."

Wargi JCS, sabar dan mengeluh adalah dua hal yang bertolak-belakang. Sebagaimana firman Allah SWT: "Sa waaun 'alainaaa ajazi'naa am shabarnaa maa la naa mimahiishi: Sama saja bagi kita, apakah kita mengeluh ataukah bersabar. Sekali-kali kita tidak mempunyai tempat untuk melarikan diri." (QS. Ibrahim: 21). Bersambung... Wallahu a'lam bish-shawwab...