Manusia Tak Lepas dari Sabar -->

Advertisement

Manusia Tak Lepas dari Sabar

Rabu, 26 Desember 2018

Ilustrasi sabar tawakal
Manusia selalu berada di antara perintah yang harus dikerjakan dan dilaksanakan, larangan yang harus dijauhi dan ditinggalkan dan takdir yang mengenainya secara tepat. Maka kesabaran harus selalu dibawa serta sampai mati.

Dan apa yang dialami manusia di dunia ini tidak lepas dari dua jenis. Apa saja? Mari maknai dan renungi bersama penjelasan tentang sabar menurut Al-Qur'an dan Sunnah serta para Sahabat: 

1 Sesuai dengan keinginannya 

2 Tidak sesuai dengan keinginannya.

Dalam kedua kondisi itu manusia membutuhkan kesabaran.

Nah, untuk jenis pertama yang sesuai dengan keinginan seperti kesehatan, keselamatan, kedudukan, kekayaan dan aneka kesenangan yang mubah. Ternyata hal ini pernah dialami yang nulis ini, mungkin antum teman-teman saya juga. Itulah masa lalu kita. 

Biarpun masa lampau kita yang penuh dengan rentetan peristiwa, insyaAllah, itu bukan masalah besar yang penting ke depan kita mau memantapkan niat yang mulia, apalagi kalau kita sudah merasa tersentuh oleh Al-Qur'an dan Sunnah, serta mengetahui jalan hidup para Sahabat Nabi SAW. 

Hal itu sebaiknya segera kita lakukan dengan sungguh-sungguh sesuai kemampuan dan tetap sabar di jalan kebaikan, istiqomah di jalan Allah Subhanahu Wa Ta'ala.

Nampaknya memang bahwa hal ini sangat membutuhkan kesabaran dilihat dari beberapa segi:

Pertama, tidak menjadikan sebagai sandaran utama, tidak dikenadilakan olehnya dan tidak mendorongnya untuk bersikap sombong, angkuh, bangga yang tercela yang tidak disukai Allah.

Kedua, tidak rakus dan berlebih-lebihan dalam mendapatkannya. Karena sikap semacam itu dapat mengubahnya menjadi kebalikannya. Barangsiapa berlebih-lebihan dalam hal makan, minum dan berhubungan intim, niscaya hal itu akan mengubah menjadi kebalikannya. Sehingga ia tidak bisa makan, minum dan berhubungan intim. Itu misalnya.

Ketiga, sabar dalam menunaikan hak Allah yang ada di dalamnya dan tidak menyia-nyiakan sehingga dicabut kembali olehNya.

Keempat, sabar untuk tidak menggunakannya dengan cara yang haram.

Sebagian ulama Salafus Shalih berkata: "Bencana bisa dihadapi dengan sabar oleh orang mukmin maupun kafir. Tapi tidak ada yang sabar dalam menghadapi 'afiyah (bebas dari mara bahaya) kecuali orang-orang yang sungguh-sungguh di dalam beriman."

Abdurrahman bin Auf radiyallahu 'anhu pernah berkata: "Kami pernah diuji dengan kesulitan lalu kami sabar. Dan kami pernah diuji dengan kesenangan lalu kami tidak sabar." Karena itu, Allah memperingatkan hamba-hambaNya tentang fitnah harta, isteri dan anak.

Selanjutnya, bagaimana jika kita ditimpa bencana? Bersambung... Wallahu a'lam bish-shawwab...*