Lemah Lembut dalam Beramar Ma'ruf Nahi Munkar -->

Advertisement

Lemah Lembut dalam Beramar Ma'ruf Nahi Munkar

Minggu, 23 Desember 2018

Ilustrasi
Lemah lembut dalam beramar m'ruf nahi munkar adalah ibadah yang sangat mulia. Sebab, amar m'ruf dan nahi munkar adalah kutub terbesar di dalam agama ini. Ia adalah tugas utama yang dibebankan Allah Subhanahu Wa Ta'ala kepada seluruh Nabi-Nabi 'Alaihi Sallam. 

Kalau hamparannya dilipat, ilmu dan praktiknya ditiadakan, niscaya kenabian tidak akan berfungsi, keagamaan akan pudar, kekosongan akan meluas, kesesatan akan merajalela, kebodohan akan memperluas, kerusakan akan merambah ke mana-mana, negara akan hancur dan manusia akan binasa, kendati mereka baru merasakan kebinasaannya pada hari Kiamat.

Ternyata apa yang kita khawatirkan sudah terjadi. Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un. Kutub ini sudah memudar, baik pada tataran ilmu maupun praktik. Sehingga manusia dikuasai oleh kepura-puraan kepada sesama makhluk dan jauh dari muraqabah (pengawasan) terhadap Sang Pencipta. 

Manusia dengan leluasa mengikuti hawa nafsu dan syahwatnya seperti binatang. Sulit sekali menemukan orang mukmin yang sungguh-sungguh dan tidak peduli dengan omongan orang di muka bumi. 

Maka, orang yang berupaya mengisi kekosongan dan penutup celah ini, baik dengan cara menguasai ilmunya maupun ikut terlibat dalam pelaksanannya sebagai upaya menghidupkan Sunnah yang berputar ini, mengangkat bebannya dan berupaya keras untuk menghidupkannya, ia akan tampak sendirian dalam menghidupkan Sunnah yang berusaha dimatikan zaman. 

Bahkan tidak punya teman dalam melaksanakan ibadah yang tingkatannya menurun secara drastis. Sedangkan kewajiban dan keutamaan amar dan ma'ruf nahi munkar sebagaiman firman Allah SWT: "Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar. Merekalah orang-orang yang beruntung." (QS. Ali Imran: 104).

Ayat ini menunjukkan adanya kewajiban. Sebab, firman Allah SWT (waltakun) adalah amr (perintah). Dan secara lahiriah setiap amr berarti ijab (mewajibkan). Ayat ini juga menunjukkan bahwa keberuntungan itu berkaitan erat dengan kewajiban tersebut. Sebab Allah SWT berfirman dengan redaksi membatasi (hashr): "Merekalah orang-orang yang beruntung."

Ini menunjukkan bahwa kewajiban itu sifatnya kolektif (fardhu kifayah). Artinya apabila kewajiban itu sudah dilaksanakan oleh segolongan umat, maka kewajiban itu menjadi gugur bagi yang lain. Sebab, Allah tidak berfirman: "Kalian semua harus menyuruh kepada yang ma'ruf!" melainkan berfirman: "Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat."

Sehingga bila kewajiban itu dilaksanakan oleh seseorang atau sekelompok orang maka tanggung jawabnya sudah gugur dari yang lain. Namun pahalanya hanya menjadi milik orang-orang yang melaksanakannya secara langsung. Dan jika semua orang enggan melaksanannya maka tanggung jawab itu akan dibebankan kepada semua orang yang punya kemampuan untuk itu, tanpaterkecuali.

Hal ini juga dapat dibuka dalam surah Ali Imran ayat 113-114. Allah SWT tidak menyebut mereka sebagai orang shalih hanya dengan iman kepada Allah SWT dan hari Akhir saja, sehingga Dia menambahkan amar ma'ruf dan nahi munkar.

Allah SWT berfirman: "Dan orang-orang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka menjadi penolong bagi sebagian yang lain. Mereka menyuruh kepada yang makruf, mencegah dari yang mungkar dan mendirikan shalat." (QS. At-Taubah: 71).

Allah SWT menyifati orang-orang mukmin sebagai orang-orang yang melaksanakan amar ma'ruf dan nahi munkar. Maka orang yang meninggalkan amar ma'ruf dan nahi munkar tidak termasuk ke dalam orang-orang mukmin yang diterangkan di dalam ayat ini.

Allah SWT berfirman: "Telah dilaknati orang-orang kafir dan Bani Israil dengan lisan Daud dan Isa putera Maryam. Yang demikian itu disebabkan mereka durhaka dan selalu melampaui batas. Mereka satu sama lain selalu tidak melarang tindakan mungkar yang mereka perbuat. Sesungguhnya amat buruklah apa yang selalu mereka perbuat itu." (QS. Al-Maidah: 78-79).

Ini adalah peringatan yang sangat keras. Karena Allah menyatakan bahwa alasan ditimpakan laknat kepada mereka adalah karena mereka tidak mau mencegah perbuatan yang mungkar. "Kalian adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia; menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang mungkar." (QS. Ali Imran: 110)

Ini menunjukkan keutamaan amar ma'ruf dan nahi munkar. Karena Allah SWT menerangkan bahwa mereka menjadi umat terbaik yang dikeluarkan untuk manusia karena hal itu. Bersambung...

Wallahu a'lam bish-shawwab.

Segala puji hanya bagi Allah SWT. Shalallahu 'alaihi wa sallam. Subhanakal laahumma wa bihamdika asyhadu anlaa ilaaha illaa anta astaghfiruka wa atubu ilaika. *