Lanjutan! Adab Penunut Ilmu -->

Advertisement

Lanjutan! Adab Penunut Ilmu

Rabu, 05 Desember 2018

Ilustrasi
Segala puji bagi Allah Yang Maha Baik yang rela menerima sedikit amal dari hamba-hambaNya, memaafkan banyak kesalahan mereka, mengharuskan diriNya untuk membagikan rahmatNya, mengisi Kitab SuciNya dengan pernyataan bahwa rahmatNya mendahului MurkaNya dan mengajak hamba-hamaNya ke dalam Surga Darussalam. 

Maka Dia mengajak mereaka semua dalam rangka memberika hujjah kepada mereka; kepada kita semua pembaca JCS dan menunjukkan keadilanNya. Dia memberikan hidayahNya dan taufikNya hanya kepada orang-orang yang dikehendakiNya sebagai karunia, anugerah dan kemurahan dariNya.

Inilah keadilan dan kebijaksanaanNya dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. Itulah Allah SWT yang diberikanNya kepada orang-orang yang dikehendakiNya. Dan Allah SWT mempunyai anugerah yang besar.

Nah, mengenai adam penuntut ilmu, hendaklah ia atau kita tidak menyombongkan diri terhadap ilmu. Ia harus rendah hati kepada gurunya dan memberikan kendali sepenuhnya kepada sang guru. Ia harus menurut kepadanya seperti pasien bodoh yang menurut pada dokter yang cerdas. Keskipun gurunya lebih muda usia, kalah populer atau lebih rendah nasabnya.

Karena dengan kerendahan hati dan kesabaran dalam menghadapi kehinaan belajar itulah ilmu bisadiperoleh: Wa mal lamyadzuq tha'mal madal lati saa'atan, qa tha'az zamaana bi asrihi madzluu laa; Siapa yang tidak mau menicipi kehinaan sesaat, akan menjadi orang hina sepanjang masa.

Ibnu Abbas radiyallahu 'anhu pernah menyatakan; "Aku telah merasakan kehinaan sebagai penuntut ilmu, lalu aku merasakan kemuliaan sebagai orang yang dimintai ilmu."

Hendaklah ia memilih orang yang akan dia timba ilmunya. Hendaknya ia belajar hanya kepada orang yang telah sempurna keahliannya, terlihat jelas keagamaannya, terbukti pengetahuannya dan terkenal integritasnya.

Karena Muhammad bin Sirin, Malik bin Anas dan generasi Salaf lainnya pernah menyatakan: "Sesungguhnya ilmu ini adalah agama. Maka lihatlah dari siapakah engkau mengambil agamamu."
Hendaklah ia memandang gurunya dengan pandangan yang penuh penghormatan dan penghargaan, karena hal ini dapat membuatnya lebih dekat untuk mengambil manfaat darinya.

Pembaca JCS, sebagian genersi terdahulu ketika pergi ke tempat gurunya selalu bersedekah dan berdoa: "Ya Allah, tutupilah aib (kekurangan) guruku dariku dan jangan Engkau hilangkan keberkahan ilmunya dariku." Bersambung... Wallahu a'lam bish-shawwab. Segala puji bagi Allah SWT. Shalallahu 'alaihi wa sallam. Subhanakal lahumma wa bihamdika...*