Lanjutan! Adab Penuntut Ilmu -->

Advertisement

Lanjutan! Adab Penuntut Ilmu

Kamis, 06 Desember 2018

Ilustrasi adab menuntut ilmu dan mengajak rajin membaca buku
Segala puji bagi Allah SWT yang Maha Baik. Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan yang berhak disembah selain Allah semata, tiada sekutu bagiNya. Orang tak lepas dari anugerah dan rahmatNya walaupun sekejap mata dan tidak punya harapan untuk mendapatkan Surga dan selamat dari Neraka melainkan dengan ampunan, rahmat dan maafNya.

Dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hambaNya, utusanNya, orang yang Dia percaya untuk menerima wahyuNya, orang yang Dia pilih dan paling Dia kasihi, yang Dia utus sebagai rahmat bagi semesta alam, suri tauladan bagi semua orang di dunia ini.

Ar-Rabi -murid Imam Asy-Syafi'i rahimalillaahi berkata: "Aku tidak pernah berani minum air sementara Asy-Syafi'i memandangku, karena segan kepadanya."

Ali bin Abi Thalib radiyallahu 'anhu berkata: "Hak guru yang harus kau tunaikan antara lain sebagai berikut: 'Engkau harus mengucapkan salam secara khusus kepadanya, engkau harus duduk didepannya, jangan sekali-kali menggunakan tanganmu untuk menunjuk sesuatu di sisinya, jangan pernah mengerlingkan matamu di hadapannya, jangan sekali-kali berkata: 

'Fulan memiliki pendapat yang berbeda dengan anda', jangan pernah menggunjing siapapun di sisinya, jangan berbicara dengan teman dudukmu di dalam majelisnya, jangan memegang bajunya ketika ia berdiri (hendak meninggalkan tempat), jangan mencecarnya jika ia sudah lelah dan jangan bosan karena terlalu lama menemaninya."

Hendaklah ia menemui gurunya dalam kondisi yang sempurna, suci (dari hadats dan najis) dan hatinya bersih dari hal-hal yang mengganggu konsentrasi.

Hendaknya tidak menemui guru kecuali setelah meminta izin bilamana sang guru berada di tempat yang memerlukan izin untuk memasukinya. 

Hendaklah mengucapkan salam kepada orang-orang yang hadir dan mengucapkan salam secara khusus kepada sang guru, tidak melangkahi orang-orang yang duduk melainkan duduk di tempat kosong yang dijumpainya, kecuali bila sang guru mengizinkannya untuk maju ke depan, atau ia mengetahui bahwa orang-orang yang hadir selalu mempersilahkan untuk itu.

Hendaklah tidak menyuruh orang lain meninggalkan tempat-tempat (untuk ditempatinya). Jika ada orang yang mempersilahkannya menempati tempat duduknya hendaklah tidak diterima dalam rangka meneladani Ibnu Umar, kecuali jika hal itu membawa maslahat bagi orang-orang yang hadir, atau diperintahkan oleh sang guru.

Hendaklah tidak duduk di tengah-tengah halaqah kecuali dalam kondisi darurat (terpaksa). Dan hendaknya tidak duduk di antara dua orang Sahabat kecuali atas izin mereka. Jika keduanya memberinya tempat duduk, ia boleh duduk di situ dan mengabungkan diri.

Hendaklah ia menjaga adab dengan teman-teman dan orang-orang yang menghadiri majelis gurunya, karena hal itu berarti menjaga adab dengan sang guru dan menjaga suasana majelisnya.

Hendaknya ia tidak mengeraskan suaranya jika tidak perlu. Juga tidak tertawa maupun banyak bicara jika tidak perlu. Dan juga tidak mempermainkan tangannya dan menengok ke kanan dan ke kiri jika tidak perlu. Ia harus selalu menghadap ke arah sang guru dan mendengarkan keterangannya dengan seksama.

Hendaklah ia tekun dalam belajar dan selalu menggunakan setiap waktu yang ada untuk belajar. Ia tidak boleh puas dengan ilmu yang sedikit manakala ia mampu mengambil ilmu yang banyak. Dan hendaklah ia tidak membebani dirinya melebihi kemampuannya untuk menghindari kejenuhan dan hilangnya apa yang sudah diperoleh.

Hal ini sangat relatif dan berbeda-beda antara satu orang dengan lainnya, antara satu kondisi dengan kondisi lainnya. Hendaklah ia bersungguh-sungguh dalam belajar pada waktu-waktu luang, dalam kondisi bugar dan kuat, saat pikiran jernih dan tidak banyak kesibukan, seperti ketika banyak waktu libur dan memiliki kedudukan yang tinggi.

Amirul Mukminin Umar bin Khaththab radiyallahu 'anhu pernah menyatakan: "Belajarlah (ilmu agama) sebelum kalian menjadi pemimpin." Karena apabila kalian telah menjadi pemimpin, kalian tidak akan sempat belajar karena tingginya kedudukan dan banyaknya kesibukan.

Ini senada dengan apa yang dikatakan oleh Imam Asy-Syafi'i rahimalillahi: "Belajarlah fiqih sebelum kamu menjadi pemimpin. Karena jika kamu telah menjadi pemimpin maka tidak ada lagi jalan untuk belajar." Wallahu a'lam bish-shawwab. 

Mudah-mudahan Allah SWT berkenan menjadikan JCS ini sebagai amal yang tulus ikhlas karenaNya dan membuat penulis, pembacanya, serta rekan-rekan yang mendukung ini semakin dekat dengan Surga Na'im.

Semoga religi dan renungan JCS menjadi hujjah yang membela mereka, bukan hujjah yang mencelakakan. Dan semoga dapat memberikan manfaat kepada siapa saja yang diminta dan sebaik-baik yang diharap. Cukuplah Allah SWT bagi kita dan Dia adalah sebaik-baik pelindung.  

Shalallahu 'alaihi wa sallam. Subhanakal laahumma wa bihamdika asyhadu anlaa ilaaha illaa anta astaghfiruka wa atubu ilaika. *