Kampanye LGBT Pakai Tali Sepatu -->

Advertisement

Kampanye LGBT Pakai Tali Sepatu

Rabu, 12 Desember 2018

Ilustrasi Kampanye LGBT lewat sepatu sepak bola
Kaum LGBT (Lesbian Gay Biseksual dan Transgender)juga manusia biasa yang ingin bebas 'terabang' seperti layaknya orang normal. 

Kini, kaum LGBT nyatanya tidak mendapatkan tempat yang bebas dalam dunia yang katanya sudah mengalami globalisasi. Banyak dari mereka yang pada akhirnya dikucilkan, disingkirkan, bahkan hingga dihina oleh orang lain.

Alasannya sederhana, mereka berbeda dengan orang lain sehingga LGBT dianggap sebagai sesuatu yang 'tidak normal.

LGBT sendiri merupakan singkatan dari suatu kelompok masyarakat yang terdiri dari lesbian, gay, biseksual, dan transgender.

Lesbian diartikan sebagai perempuan yang memiliki ketertarikan dengan sesama perempuan, gay merupakan bentuk kesukaan antar sesama lelaki.

Sedangkan biseksual dianggap sebagai seseorang yang mempunyai rasa nyaman dengan laki-laki ataupun perempuan dan terakhir, transgender merupakan seseorang yang seolah-olah memiliki jenis kelamin ganda.

Pada hakikatnya semua manusia itu sama. Namun tidak untuk kaum LGBT karena mayoritas ruang gerak mereka dibatasi, termasuk untuk bermain sepak bola.

Untungnya, Premier League Inggris mempunyai program untuk mengampanyekan suatu bentuk dukungan kepada LGBT.

Premier League
Dukungan Premier League Terhadap Mereka

Dengan nilai luhur dari sepak bola yang ingin mempersatukan semua orang tak peduli dari latar belakang seperti apa, Premier League menyatakan dukungan agar LGBT juga mendapat ruang dan kesempatan yang sama dalam dunia sepak bola.

Premier League mendukung dengan cara banyak anggota timnya yang melangsungkan kampanye Rainbow Laces – yakni mengenakan tali sepatu berwarna pelangi.

Rainbow Laces sendiri diprakarasi oleh Stonewall. Ia wadah bagi para atlet yang ingin memberikan dukungan kepada LGBT. "Stonewall adalah mitra baik dan kami menghargai misi mereka untuk mendukung liga dan klub kami, serta mempromosikan kergaman di seluruh olahraga," ujar Bill Bush selaku Direktur Eksekutif Premier League seperti yang dinukil dari portal berita olahraga Sky Sports.

Tak hanya tali sepatu berwarna pink, para pemain juga akan mengenakan aksesori lain untuk mendukung LGBT mendapatkan kesetaraan dengan orang lain.

Selain itu, bendera lapangan, papan pengganti, hingga logo Premier League rencananya akan berwarna pelangi atau pink itu.

Satu hal yang pasti, bentuk rasa kemanusiaan dari Premier League itu akan dilakukan pada akhir pekan ini di semua pertandingannya.

Harapan dari aksi yang akan terjadi di pekan ke-14 ini adalah keinginan sepak bola untuk semua orang apapun latar belakangnya.

Pada akhirnya, masih belum ada penjelasan secara ilmiah yang pasti mengenai mengapa ada orang yang masuk dalam kategori LGBT.

Tetapi LGBT tidak menjadi alasan untuk memusuhi orang tertentu karena biar bagaimanapun semua orang entah apapun latar belakangnya memiliki derajat yang sama.

Selanjutnya, bentuk dukungan Premier League terhadap kampanye LGBT bisa menjadi suatu ironi jika kita melihat kisah pemain sepak bola di Inggris yang mendapatkan perlakuan tidak menyenangkan.

Kisah paling terkenal datang dari Justin Fashanu yang menjadi korban dari ‘kejahatan’ terhadap LGBT.

Pemain yang pernah bermain untuk Norwich City dan Nottingham Forest itu mengakui bahwa dirinya adalah seorang gay ketika diwawancarai oleh portal berita olahraga Sun Sports pada tahun 1990. Pada saat itu, Justin mengaku bahwa dirinya diterima baik oleh rekan-rekannya.

Akan tetapi, Justin ternyata hanya menutupi sebuah fakta kalau dirinya menjadi korban cacian dan hinaan oleh rekan-rekannya.

Cacian dan hinaan itu sebenarnya merupakan bentuk candaan, tetapi sangat jelas bahwa itu bentuk lelucon yang paling rendah karena mendiskreditkan martabat orang lain.

Hingga akhirnya, Justin Fashanu ditemukan gantung diri di garasi rumahnya yang berada di London pada tahun 1998.

Sebelum ia meninggal akibat depresi akutnya, ia menuliskan sebuah pesan kalau putusan pengadilan tidak berimbang kepadanya yang merupakan seorang homoseksual.

Penyerang Chelsea, Olivier Giroud justru memiliki pandangan lain mengenai LGBT yang ditunjukannya dengan mendukung LGBT sejak masih membela Montpellier.

Bahkan Giroud sampai mengisi sampul depan majalah gay Prancis yang bernama Tetu. "Saya memahami rasa sakit dan kesulitan yang dialami orang-orang yang mengakui dirinya sebagai homoseksual. Ini adalah ujian nyata setelah menemukan jati diri mereka selama bertahun-tahun," hemat Giroud kepada Le Figaro. (tas/rus)