Jembatan Goyang di Cidaun Putus -Aktivitas Warga dan Pelajar Terganngu -->

Advertisement

Jembatan Goyang di Cidaun Putus -Aktivitas Warga dan Pelajar Terganngu

Rabu, 05 Desember 2018

Jembatan goyang penghubung Desa Neglasari dan Desa Gelarpawitan putus. (Istimewa)
JCS - Masalah cuaca zaman sekarang terkadang sulit diprediksi, apakah akan hujan deras, lama basahi bumi atau sebentar. Namun dua hari lalu hujan terus mengguyur daerah Cianjur selatan hingga berdampak terhadap kondisi alam di sana. 

Kondisi itu, tidak hanya terjadi banjir yang menggenangi ruas-ruas jalan di Cianjur selatan, kini sebuah jembatan gantung penghubung Desa Neglasari dan Desa Gelarpawitan putus, Senin (3/12/2018) sekitar pukul 20.00 WIB.

Terkait bencana ini, relawan bencana Kabupaten Cianjur Rudi Syahdiar, mengatakan, pihaknya telah menerima laporan jembatan gantung yang putus tersebut. Papar Rudi, panjang jembatan sekitar 115 meter dan lebar 1,5 meter. "Iya, jembatan gantung itu putus, Senin sekitar pukul 20.00 WIB," ujar Rudi kepada wartawan, Selasa (4/12/2018).

Rudi mengatakan, jembatan yang mempunyai panjang 115 meter dan lebar 1,5 meter saat ini tak bisa dilewati. "Kerugian masih dihitung, alhamdulillah tak ada korban dalam peristiwa jembatan gantung putus tersebut," ujar Rudi.

Kondisi tersebut menurut Rudi membuat pihak TNI, Polri, dan warga bahu membahu bekerja membersihkan material longsoran di badan jalan dan di sekitar jembatan. Pihak desa dan kecamatan pun langsung koordinasi dengan instansi terkait.

Dampak terhadap pelajar

Lantaran jembatan gantung penghubung antar desa di Kecamatan Cidaun itu putus, kini, untuk sementara waktu puluhan pelajar di Desa Neglasari dan Gelarpawitan, Cidaun, terpaksa diliburkan mengingat jalur alternatif lain untuk pergi sekolah, cukup jauh untuk diakses. 

Mustofa (50) kepada kontributor JCS mengungkapkan luapan Sungai Cidamar terjadi saat hujan deras. Derasnya arus air, menghantam jembatan hingga terputus. "Waktu hujan deras dan banjir, air bah menghantam jembatan gantung sampai putus," kata Mustofa, Selasa (4/12/2018).

Tidak hanya merusak jembatan, luapan air Sungai Cidamar yang ditambah dengan Sungai Cidaun juga merendam rumah warga. Sedikitnya 50 unit rumah di sana terendam air setinggi dada orang dewasa.

Luapan air sungai menggenangi juga puluhan hektar sawah di lima kampung, yakni Kampung Babakan, Bobojong, Sukamaju, Jogjogan dan Kampung Girang.

Warga terpaksa mengungsi karena rendaman air berlangsung kurang lebih selama tiga jam. Menurut dia, warga memilih lokasi yang lebih tinggi dan aman untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan terjadi.

"Warga di sini memang menjadi langganan banjir akibat meluapnya sejumlah sungai," tutur Mustofa seraya berharapperhatian Pemkab Cianjur, Provinsi Jabar atau pusat untuk sesegera mungkin turun ke lokasi.

Sebelumnya, Sekretaris BPBD Cianjur Sugeng Supriyatno mengatakan, pada akhir tahun 2018 sudah ditetapkan siaga banjir dan longsor.

BPBD Cianjur juga telah menerbitkan surat dari BMKG terkait peringatan bencana. Menurut dia, Cianjur akan menghadapi siklus tahunan banjir dan longsor. "Sampai saat ini, Cianjur sudah dilanda tiga dari sembilan kategori bencana yang ada dan tersebar di seluruh wilayah. Bencana itu adalah banjir, puting beliung, dan longsor," tegasnya.

Sejauh ini, beberapa kecamatan yang sudah dilanda banjir maupun longsor terus bertambah. Diantaranya, banjir dan longsor telah melanda Kecamatan Leles, Agrabinta, Sukaresmi, Cikadu, Cijati, dan Cidaun.

Puting beliung terjadi di Cipanas. Kemudian terjadinya pergerakan tanah di empat titik di Bojongpicung dan Cikalong. "Ada 12 desa tanggap bencana dari total 343 desa. Kami bekali relawan di setiap desa terkait kebencanaan, tercatat ada sekitar 360 relawan," ujar dia.

Maka, sebagai upaya untuk antisipasi terjadinya banjir dan longsor, pihaknya mengaku rajin sosialisasi pencegahan dan antisipasi bencana dilakukan dengan pembersihan serta penanaman pohon yang kuat. (tas/rus)