Dante -->

Advertisement

Dante

Jumat, 07 Desember 2018

Ilustrasi Dante Aligheri
Dante Aligheri, begitu nama lengkapnya. Seorang sastrawan dunia yang hidup di Italia pada kurun 1265 sampai 1321. Ia pernah melahirkan karya berjudul Divina Comedia. Atau Komedi Ketuhanan alias lelucon tentang Tuhan. Dan satu bahasan yang diambil oleh Dante dalam karyanya itu adalah, Islam, Nabi Muhammad SAW dan para filsuf Islam.

Digambarkan oleh Dante, semua tokoh Islam besar itu akan mendiami neraka kelak, di kehidupan setelah mati. Para filsuf dan ahli ilmu kalam, seperti Ibnu Sina dan Ibnu Rushdi akan menempati neraka dengan derajat paling ringan. Ulama dan para sahabat, menempati neraka yang lebih berat. Bahkan Muhammad digambarkan menghuni neraka paling berat karena dosa-dosanya mengajarkan Islam yang disebut sebagai kesesatan.

Divina Comedia sebetulnya mengusung spirit perang salib yang memang saat itu mewarnai semangat zaman. Tapi sesungguhnya, hal-hal seperti ini akan terus berlangsung sepanjang masa. Kasus kesininya yang pernah mencuat ke seluruh dunia adalah Satanic Verses atau Ayat-ayat setan karya Salman Rushdi yang divonis mati oleh Imam Khomeini.

Pembaca JCS yang dirahmati Allah Subhanahu Wa Ta'ala, sepanjang zaman, kesesatan selalu menelikung kebenaran. Tak pernah henti, tak pernah jeri. Tapi sering kali kita lalai, bahwa kita terus menerus dihantui sesuatu yang berusaha menyesatkan. Lalu, pada titik tertentu, kita tak lagi sadar apakah sedang berada dalam kebaikan, atau sebaliknya, justru berdiam dalam kesesatan. Dan membelanya segenap jiwa.

Seharusnya, mempelajari kesesatan dan kegelapan sama pentingnya dengan mempelajari kebaikan dan kebenran, tauhid dan keimanan. Sebab, cahaya selalu melahirkan bayangan. Sebab, terang selalu dikepung kegelapan. Sebab, hidayah selalu diancam oleh dhalalah.

Dan Allah SWT serta Rasulullah SAW, menempatkan pelajaran ini pada titik terpenting dengan proses ibadah kita sehari-hari. Dengan ilmu bagaimana kita hubungan Sang Kholik juga pada sesama makhluk. 

Dengan ikhlas menuntut ilmu, tepat waktu melaksanakan shalat lima waktu, rajin tahajud, rajin membaca Al-Qur'an, shalawat, banyak berdoa, menjauhi perkara-perkara maksiat adalah pintu jalan untuk turunnya taufik dan hidayah, rahmat dan keridhaanNya.

Dalam surat Al-Fatihah, yang kita baca sekurang-kurangnya 17 kali sehari saat shalat lima waktu, mengisyaratkan hal itu.

Terlebih dulu Allah SWT menyebut shirathal mustaqim, jalan yang lurus. Sebuah petunjuk. Karena ia shirath, jalan, maka konsekwensinya adalah terus bergerak. Terus menerus mempelajari dan mengoreksi diri, apakah masih tetap berada dalam shirathal mustaqim.

Tapi di akhir ayat, disebutkan orang-orang yang dimurkai dan mereka yang sesat. Surat tersebut merujuk orang-orang yang dimurkai adalah yahudi, sedang orang-orang yang sesat adalah kaum Nasrani. Tapi kadang, keduanya samar dalam kehidupan sehari-hari. 

Dan kita, harus mengetahui, dalam jubah apa orang-orang sesat dan yang dimurkai ini menyamar dan mencoba menelikung kita dari jalan yang benar. Wallahu a'lam.

Segala puji bagi Allah SWT. Shalallahu 'alaihi wa sallam. Subhanakal laahumma wa bihamdika asyhadu anlaa ilaaha illaa anta astaghfiruka wa atubu ilaika. *