Adab Penuntut Ilmu -->

Advertisement

Adab Penuntut Ilmu

Selasa, 04 Desember 2018

Ilustrasi
Sebelum wargi-wargi JCS membaca religi (renungan) di bawah ini, tidak lupa keluarga JCS mohon maaf jika kurang berkenan atau sepertinya belum eksis sepenuhnya. Hal ini perlu diketahui bahwa kondisi ini disebabkan beberapa faktor; faktor kesibukan tugas lain terlebih di musim penghujan saat ini di kidul/Cianjur selatan sungguh makin repot oleh terlalu seringnya gangguan listrik PLN. 

Kita doakan saja mudah-mudahan PLN dan pemerintah lekas memperbaiki jaringan listrik ke daerah Cianjur selatan salah satunya segera membangun/mendirikan gardu PLN sehingga pasokan setrum listrik seimbang antara yang pasang baru dan pelanggan lama hingga lampu-lampu puluhan ribu pelanggan PLN tetap nyala 'hurung alias ngempray'.

Baik kita lanjutkan religi namun jangan lupa hadirkan hati karena Allah Subhanahu Wa Ta'ala; hati yang penuh syukur nikmat, selalu bershalawat dan istighfar. Karena ilmu tidak akan memberikan sebagaian dirinya kepada kita sebelum kita memberikan seluruh diri anda kepadanya.

Maka, seorang penuntut ilmu handaknya menyadari bahwa Allah Subhanahu Wa Ta'ala mewajibkannya beribadah alias mengabdi kepadanya. Dan mengabdi kepada Allah SWT tidak bisa dilaksanakan tanpa ilmu.

Orang yang beriman tidak pantas berselimut kebodohan. Jadi, ketika ia menuntut ilmu harus diniatkan untuk mengenyahkan kebodohan dari dirinya dan supaya dapat beribadah kepada Allah SWT menurut perintahNya, bukan menurut hawa nafsu sendiri.

Itulah tujuan dia (kita) menuntut ilmu seraya menanamkan keikhlasan dalam upayanya, tanpa melihat keutamaan dirinya di dalam berupaya, melainkan melihat kemuliaan karunia Allah SWT kepada dirinya.

Karena Allah telah memberinya pertolongan untuk menuntut ilmu yang dapat dia gunakan untuk mengabdi kepadaNya dengan cara menjalankan perintah dan menjauhi laranganNya.

Hendaklah pula ia menjauhi hal-hal yang bisa mengganggu konsentrasinya dalam belajar, kecuali hal-hal yang tidak terelakan.

Karena Allah SWT berfirman: "Allah sekali-kali tidak menjadikan bagi seseorang dua buah hati di dalam rongganya." (QS.Al-Ahzab: 4).

Dan selama pikiran terbagi ia tidak akan mampu menangkap pelajaran-pelajaran dengan baik.

Maka hendaklah ia mendahulukan kesucian jiwa dari akhlak-akhlak yang hina dan sifat-sifat yang tercela. Sebab, ilmu adalah ibdaha hati, shalat tersembunyi dan pendekatan  diri kepda Allah secara batin. 

Bila shalat yang merupakan tugas organ tubuh lahiriyah tidak sah tanpa menyucikan lahir dari hadas dan najis, begitu juga menunut ilmu sebagai ibadah batin dan ketenangan hati tidak sah tanpa menyucikan diri dari akhlak-akhlak yang keji dan sifat-sifat yang najis.

Karena hati diperbaiki untuk dimasuki ilmu seperti halnya tanah diperbaiki untuk ditanami tanaman baik dalam ke adaan hujan maupun tidak hujan. Bersambung... Wallahu a'lam bish-shawwab. Shallahu 'alaihi wa sallam. Subhanakal lahumma wa bihamdika...*