Sunnah |
Sambungan tentang Sunnah -Selesai!
Pembaca JCS, ada riwayat shahih yang menyebutkan bahwa Ibnu Mas'ud radiyallahu 'anhu berkata: "Sesungguhnya kalian sekarang ini berjalan menurut fitrah. Sesungguhnya kalian akan mengadakan sesuatu yang baru dan menemui sesuatu yang baru. Jika kalian meliahat sesuatu yang baru, kalian harus berpegang teguh pada zaman yang pertama."
Ibnu Mas'ud radiyallahu 'anhu mengatakan hal ini pada zaman Khulafa' Ar-Rasyidin.
Ibnu Humaid meriwayatkan bahwa Malik rahimalillahi berkata: "Pada zaman Nabi Shalallahu 'alaihi wa sallam, Abu Bakar, Umar, dan Usman radiyallahu 'anhu bahwa hawa nafsu-hawa nafsu ini tidak ada sama sekali."
Malik rahimalillahi menggunakan kata "hawa nafsu" di sini untuk menunjuk perpecahan yang terjadi dalam masalah ushuluddin (pokok-pokok agama) yang melibatkan kaum Khawarij, Rawafidh, Murji'ah dan sebagainya yang berbicara tentang pengkafiran kaum muslimin dan penghalalan darah dan harta bendanya, atau memvonis mereka kekal di Neraka, atau menganggap fasiq kelompok tertentu dari umat ini, atau sebaliknya yang menganggap bahwa perbuatan maksiat tidak berdampak negatif terhadap pelakunya, dan tidak ada seorang pun penguat tauhid yang akan masuk Neraka.
Allah Subhanahu Wa Ta'ala telah memerintahkan agar mengikuti Sunnah Nabi SAW.
Allah SWT berfirman: "Apa yang diberikan Rasul kepadamu terimalah. Dan apa yang dilarangnya bagimu tinggalkanlah." (QS. Al-Hasyr:7).
"Dan tidaklah patut bagi laki-laki dan perempuan yang beriman apabila Allah dan RasulNya telah menetapkan suatu ketetapan akan ada bagi mereka pilihan tentang urusan mereka. Dan barangsiapa yang durhaka kepada Allah dan RasulNya maka sungguh dia telah sesat dengan kesesatan yang nyata. (QS. Al-Ahzab: 36).
Bahkan mengikuti Sunnah Nabi SAW dijadikan oleh Allah SWT sebagai tanda cinta seseorang kepada Allah SWT. Allah SWT berfirman: "Katakanlah: 'Jika kamu mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah akan mencintaimu." (QS. Ali Imran: 31).
Hasan Al-Bashri rahimalillahi berkata: "Banyak orang mengaku cinta kepada Allah 'Azawajala, kemudian Allah memuji mereka dengan firmanNya: 'Katakanlah: 'Jika kamu mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah akan mencintaimu."
Az-Zuhri rahimalillahi berkata: Berpegang teguh pada Sunnah adalah keselamatan. Karena Sunnah -sebagaimana kata malik rahimalillahi- adalah seperti perahu Nuh 'alaihi sallam. Siapa yang menaikinya akan selamat dan siapa yang ketinggalan akan celaka."
Sufyan rahimalillahi berkata: "Ucapan tidak akan diterima kecuali disertai dengan perbuatan. Ucapan dan perbiuatan tidak bisa tegak kecuali disertai dengan niat. Dan ucapan, perbuatan dan niat tidak bisa tegak kecuali bila sesuai dengan Sunnah."
Ibnu Syaudzab berkata: "Sesungguhnya salah satu nikmat Allah SWT kepada pemuda ketika beribadah adalah bila ia berteman dengan pemilik Sunnah yang membawanya kepada Sunnah."
Mu'tamar bin Sulaiman berkata: "Aku pernah menemui ayahku sementara aku sedang patah hati.
Lalu ayahku bertanya padaku: "Ada apa denganmu?'
'Temanku meninggal dunia,' jawabku.
'Apakah dia meninggal sebagai pengikut Sunnah?' tanya dia lagi. 'Ya,' jawabku. 'Kamu patut bersedih atas kematiannya," katanya.
Sementara Sufyan Ats-Tsauri berkata: "Perlakukanlah Ahli Sunnah dengan baik. Karena mereka adalah makhluk langka."
Abdullah bin Mas'ud radiyallahu 'anhu berkata: Ikutilah (Sunnah Nabi SAW) dan jangan membuat bid'ah, karena kalian telah diberi kecukupan."
Sementara Al-Fudhail berkata: "Jika engkau melihat seorang ahli bid'ah di jalan maka ambillah jalan lain. Tidak ada satu pun amal (shalih) dari pelaku bid'ah yang dilaporkn kepada Allah SWT. Dan barangsiapa yang membantu pelaku bid'ah berarti telah membantu menghancurkan Islam."
Jika ada yang bertanya, "Sunnah dipuji-puji dan bid'ah dicaci maki. Lalu apa itu Sunnah dan apa itu bid'ah? Karena kita melihat semuaahli bid'ah mengaku ahli sunnah?
Jawabannya sebagai berikut: Sunnah secara bahasa (harfiyah) berarti jalan. Dan tidak ada keraguan bahwa para ahli riwayat dan atsar yang mengikuti jejak Rasulullah dan jejak para Sahabat yang belum terjadi apa-apa di sana.
Kejadian-kejadian dan bid'ah-bid'ah itu baru muncul sepeninggalan Rasulullah SAW dan Sahabat-Sahabatnya.
Sedangkan bid'ah adalah sebutan bagi perbuatan yang belum pernah ada -pada zaman Sahabat Nabi- kemudian diciptakan. Pada umumnya perbuatan-perbuatan yang dicptakan alias bid'ah itu bertentangan secara diameteral dan syari'at dan mempengaruhi pelaksanaannya dengan menambah atau mengurangi.
Jika ada perbuatan baru yang tidak bertentangan dengan syari'at dan tidak mempengaruhi pelaksanaannya, mayoritas generasi Salaf tidak menyukainya.
Mereka selalu menghindari dari semua orang menciptakan perbuatan yang baru, kendati hukumnya jaiz alias boleh, dalam rangka menjaga keaslian, yaitu ittiba' (mengikuti Sunnah).
Dan ketika Abu Bakar dan Umar radiyallahu 'anhu menyuruh Zaid bin Tsabit radiyallahu 'anhu menghimpun Al-qur'an, ia berkata: Bagaimana mungkin kalian melakukan sesuatu yang tidak pernah dilakukan oleh Rasulullah?! (H.R. Al-Bukhari dan At-Tirmidzi).
Ibnu Mas'ud radiyallahu 'anhu berkata: 'Ikutilah selalu jalan lurus (yang lurus) itu. Jika kalian mengambil arah kanan dan kiri, kalian akan benar-benar tersesat sejauh-jauhnya. (H.R. Ad-Darimi).
Di dalam Shahih Al-Bukhari dan Shahih Muslim disebutkan bahwa Tsauban radiyallahu 'anhu berkata, Rasulullah SAW bersabda: "Akan senantiasa ada di antara umatku suatu kelompok yang menampilkan kebenaran. Mereka tidak terpengaruh dengan orang yang menghinakan mereka sampai datang perintah Allah (Kiamat), sementara mereka seperti itu." (H.R. Al-Bukhari dan Muslim).
Abu Syamah meriwayatkan dari Mubarak dari Hasan Al-Bashri rahimalillahi: "Sunnah itu -demi Rabb yang tiada ilah yang berhak disembah selain Dia- berada di antara orang yang berlebih-lebihan dan orang yang ceroboh. Bersabarlah terhadapnya. Semoga Allah melimpakan rahmat-Nya kepada kalian.
Karena sesungguhnya ahli Sunnah itu adalah minoritas di masa lalu dan tetap menjadi menoritas di masa-masa berikutnya.
Yaitu orang-orang yang tidak ikut bersama ahli maksiat dalam kemaksiatannya dan tidak ikut bersama ahli bid'ah di dalam bid'ahnya. Mereka begitu sabar terhadap Sunnah mereka sampai berjumpa dengan Rabb mereka. Begitulah seharusnya -'Insya Allah mengambil posisi."
Pembaca JCS, mereka itulah Ahlus Sunnah wal Jama'ah dan ath-Tha'ifah al-Mansurah (kelompok yang mendapat pertolongan) sampai hari Kiamat.
Kita memohon kepada Allah SWT agar berkenan menjadikan kita sebagai bagian dari mereka dan membangkitkan kita (kelak di Akhirat) dalam rombongan mereka, berkat anugerah dan kemurahanNya.
Wallahu a'lam bish-shawwab. Shalallahu 'alaihi wa sallam. Subhanakal laahumma wa bihamdika...*