Sunnah -->

Advertisement

Sunnah

Jumat, 02 November 2018

Sunnah
Pembaca JCS sebelum melanjutkan bahasan tentang sunnah, mari bersyukur dan selalu memujiNya. Shalawat dan salam semoga tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, keluarganya, para sahabat serta para pengikutnya. 

Percayalah bahwa iman dan takwa adalah bekal utama kehidupan. Mengenai sunnah, dalam sebuah Hadis riwayat Al-Irbadh bin Sariyah, Nabi SAW bersabda: "Karena sesungguhnya siapa di antara kamu yang hidup maka akan melihat banyak perselisihan. Maka kamu harus berpegang teguh pada Sunnahku dan Sunnah Khulafa' Ar-Rasyidin sesudahku yang mendapat petunjuk. 

Gigitlah sunnah itu dengan gigi gerham (peganglah kuat-kuat). Dan waspadalah terhadap hal-hal yang diperbaharui. Karena setiap bid'ah adalah kesesatan." (H.R Ahmad, Abu Daud, At-Tirmidzi, Ibnu Majah, Ad-Darimi, Al-Baghawi).

Pembaca JCS, ini adalah informasi dari Nabi SAW tentang apa yang akan terjadi pada umatnya sepeninggal beliau SAW. Yaitu banyak perselisihan dalam masalah agama, baik dalam tataran ushul atau pokok, furu alias cabang, amal perbuatan, ucapan, maupun keyakinan (aqidah).

Ini selaras dengan Hadis yang diriwayatkan dari beliau SAW tentang perpecahan umatnya menjadi tujuh puluh sekian golongan yang kesemuanya akan masuk Neraka kecuali satu golongan. Yaitu golongan yang mengikuti beliau SAW dan jalan Sahabat-Sahabatnya.

Nah, di dalam Hadis ini beliau memerintahkan untuk berpegang teguh pada Sunnahnya dan Sunnah Khulafa' Ar-Rasyidin ketika terjadi perpecahan dan perselisihan sepeninggal beliau. Sunnah itu adalah jalan yang ditempuh.

Jadi, perintah itu meliputi berpegang teguh pada keyakinan, perbuatan dan ucapan yang dipegangi oleh Nabi SAW dan Khulafa' Ar-Rasyidin. Itulah Sunnah yang lengkap alias sempurna. 
Oleh karena itu generasi Salaf tidak menggunakan istilah Sunnah kecuali untuk menyebut sesuatu yang mencakup hal itu semua.

Sabda Nabi SAW: "Gigitlah dengan gigi gerham" adalah kiasan untuk memegang dengan sekuat-kuatnya. Sedangkan sabdanya: "Dan waspada lah terhadap hal-hal yang diperbaharui. Karena setiap bid'ah adalah kesesatan." merupakan peringatan agar tidak mengikuti hal-hal yang diperbaharui dan diada-adakan.

Ini dipertegas dengan sabdanya "dan setiap bid'ah adalah kesesatan." Jabir Radhiyallahu'anhu meriwayatkan bahwa Nabi SAW pernah bersabda di dalam khutbahnya: "Sesungguhnya sebaik-baik ucapan ialah kitab Allah. Sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad. Seburuk-buruk perkara adalah perkara-perkara yang diperbaharui. Dan setiap bid'ah adalah kesesatan." (H.R Muslim, 6/153) Al-Jum'ah, bab Khuthbatahu).

Dus, barangsiapa mengada-ada sesuatu yang baru dan memasukannya kepada agama (Islam) padahal tidak memiliki dasar sama sekali di dalam agama maka hal itu adalah kesesatan dan agama (Islam) tidak bertanggungjawab atasnya.

Hal itu berlaku sama sekali dalam masalah keyakinan (akidah), amal perbuatan, maupun ucapan yang lahir dan yang batin.

Adapun pernyataan dari sebagian generasi Salaf yang menganggap baik sebagai bid'ah sesungguhnya hal itu sebatas dalam konteks bid'ah secara lughawi (bahasa) bukan bid'ah menurut istilah syar'i.

Hal itu, antara lain apa yang dikatakan oleh Umar bin Khaththab Radhiyallahu 'anhu ketika ia mengumpulkan masyarakat masyarakat dalam shalat Qiyamu Ramadhan (tarawih) dengan satu imam di masjid, kemudian ia keluar dari rumahnya dan melihat mereka melaksanakan shalat seperti itu. Kemudian berkata: "Sebaik-baik bid'ah adalah ini."

Meskipun ibadah ini sebelumnya tidak dilaksanakan dengan model semacam itu, namun memiliki dasar di dalam syariat yang bisa dijadikan sebagai rujukan. Diantaranya Nabi SAW pernah menganjurkan dan mendorong umatnya untuk melaksanakan Qiyamu Ramadhan (terawih)... Bersambung... Wallahu a'lam bish-shawwab. Shalallau 'alaihi wa sallam. Subhanakal lahumma wabihamdika...*