Sambungan...! Kemuliaan Ilmu -->

Advertisement

Sambungan...! Kemuliaan Ilmu

Rabu, 28 November 2018

Ilustrasi belajar ilmu kebaikan
Dalil lain yang juga menunjukkan kemuliaan ilmu dan ulama ialah apa yang diriwayatkan oleh Kumail bin Ziyad An-Nakha'iy. Ia mengatakan: "Ali bin Abi Thalib pernah memegang tanganku dan membawaku keluar ke tanah lapang. Setelah sampai di padang pasir ia menarik nafas dalam-dalam kemudian berkata: 'Hai Kumain bin Ziyad, hati adalah wadah. Sebaik-baiknya hati adalah hati yang memiliki daya tampung terbesar. 

Ingatlah apa yang kau katakan padamu: Manusia ada tiga jenis: Orang berilmu yang robbani, penuntut ilmu yang mencari jalan keselamatan dan orang primitif yang gembel, suka mengikuti setiap suara yang didengarnya, condong ke manapun angin tertiup, tidak mau menggunakan cahaya ilmu dan tidak mau berlindung ke sudut yang kuat.

Ilmu itu lebih baik daripada harta. Ilmu akan menjagamu sedanhgkan kamu menjaga harta. Ilmu akan berkembang bila diinfakkan (dalam riwayat lain: diamalkan), sedangkan harta akan berkurang bila dibelanjakan. Ilmu adalah penguasa sedangkan harta adalah sesuatu yang dikuasai. 

Mencintai ilmu adalah agama (amal) yang akan mendapat imbalan (pahala). Ilmu membuat orang yang berilmu ditaati di dalam hidupnya dan menyebabkan terjadinya peristiwa-peristiwa indah setelah kematiannya.

Sedangkan pengaruh (efek) harta akan hilang bersama hilangnya harta tersebut. Para penyimpan harta sudah mati saat mereka masih bernyawa. Sedangkan para ulama akan tetap bertahan sepanjang masa. Jasad  mereka telah tiada, tetapi nilai-nilai mereka masih ada di dalam hatinya.

Nah, sesungguhnya di sini -sambil menunjuk dadanya- terdapat ilmu. Kalau kamu tepat ia akan mendapatkan pengemban. Tetapi kamu menemukannya sangat cerdas, namun tidak aman. Ia menggunakan alat agama untuk kepentingan dunia. 

Ia menggunakan hujjah-hujjah Allah untuk mengakali Kitab SuciNya dan menggunakan nikmat-nikmatNya untuk memperdaya hamba-hambaNya. Atau tunduk kepada ahli kebenaran yang tidak punya pemahaman tentang masalah-masalah yang samar.

Akibatnya, keragu-raguan akan muncul di dalam hatinya begitu muncul gejala awal dari satu syubhat; bukan ini dan bukan itu. Atau tersesat ke dalam kesenangan, mudah tunduk kepada syahwat, atau tergoda untuk mengumpulkan dan menyimpan harta. 

Mereka bukan penyeru agama. Mereka lebih mirip dengan binatang ternak yang dilepas secara liar. Oleh karena itu ilmu akan mati bersama matinya orang-orang yang membawanya." (H.R. Abu Nu'man di dalam Hilyatul Auliya (1/79,80).

Para pembaca JCS yang dicintai Allah Subhanahu Wa Ta'ala, Amirul Mu'minin (Ali bin Abi Thalib radiyallahu 'anhu) mengklasifikasi manusia secara tepat dan akurat. Karena manusia tidak lepas dari ketiga klasifikasi tersebut dengan menganggap sempurna akalnya dan mengesampingkan segala macam penyakit. 

Menjadi orang yang berilmu (ulama), orang yang menuntut ilmu (santri), atau orang yang mengabaikan ilmu dan enggan mencarinya; tidak berilmu dan tidak mau menuntut ilmu. 

Orang berilmu yang rabbani adalah orang yang keutamaannya tidak tertandingi orang yang utama dan kedudukannya tidak terungguli oleh orang yang sungguh-sungguh. Sedangkan sifat rabbani yang disandingnya adalah sifat yang dituntut oleh ilmu kepada pemiliknya dan membuatnya tidak boleh bersifat sebaliknya.

Orang yang menuntut ilmu untuk mencari jalan keselamatan adalah orang yang mempelajari apa yang bermanfaat baginya. Dan dengan belajar itu ia ingin selamat dari kecerobohan dalam menyia-nyiakan kewajiban yang harus dijalankannya dan selamat dari kecenderungan nafsunya untuk mengabaikan dan mengesampingkannya, serta tidak ingin bertindak seperti binatang ternak.

Sedangkan golongan ketiga adalah orang-orang yang mengabaikan dirinya sendiri dan merasa puas dengan kedudukan yang rendah dan kondisi yang hina, yakni lembah yang paling rendah. Serta yang meluncur ke tempat yang paling rendah di mana tidak ada lagi tempat yang lebih rendah darinya dalam hal kebodohan dan tidak ada lagi tempat untuk merosot ke bawah.

Kata-kata 'suka mengikuti setiap suara yang didengarnya' artinya siapa pun yang berteriak kepada mereka dan mengajak mereka pasti merekaikuti. Mereka tidak peduli apakah mereka diajak ke jalan yang benar atau ke jalan yang sesat. Karena mereka sama sekali tidak tahu tentang apa yang ditawarkan kepada mereka; apakah ia benar atakah salah. sehingga mereka pun menuruti ajakan tersebut.

Kata-kata 'condong ke manapun angin tertiup' mengibaratkan akal mereka yang lemah dengan ranting pohon yang lemah dan mengibaratkan bahwa nafsu dan pendapat orang dengan angin. dan ranting akan condong kemana pun angin bertiup.

Kata-kata 'tidak mau menggunakan cahaya ilmu an tidak mau berlindung ke sudut yang kuat' menjelaskan alasan yang menyebabkan mereka berada pada posisi itu. Yaitu bahwa mereka tidak memperoleh cahaya dari ilmu yang bisa mereka gunakan untuk membedakan antara yang haq (benar) dan yang batil (salah). 

Sebagaimana firman Allah Allah Azza Wa Jalla: "Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan berimanlah kepada RasulNya, niscaya Allah memberikan rahmatNya kepadamu dua bagian dan menjadikan untukmu yang dengan cahaya itu kamu dapat berjalan. (QS. Al-Hadid: 28).

Pembaca JCS yang dirahmati Allah Allah Azza Wa Jalla, jika hati tidak memiliki cahaya ini, ia akan seperti orang bingung yang tidak tahu ke mana ia harus yang ditujunya, ia pun mengikuti setiap suara yang didengarnya. Bersambung... 

Kita bukan nabi, bukan ulama, ustad juga bukan dan bahkan kita adalah pendosa namun kita tetap ingin selamat, bahagia dunia Akhirat. Maaf! Subhanallah, sangat terasa efek berusaha untuk terus belajar ilmu serta hikmah sambil kita menjauhi seluruh perkara dosa besar.

Demi Allah, tak ada jalan lain selain kita pasang niat untuk rajin belajar ilmu, rajin ke mesjid, rajin membaca Al-Qur'an dengan artinya lalu diamalkan; rajin tahajud dan saum sunnah karena Allah.
Dengan niat lurus insya Allah, kita akan dimudahkan jalan oleh Allah SWT. 

Wallahu a'lam bish-shawwab. Allahumma shallai 'ala Muhammad nabiyil umy wa 'ala alaihi wa sallim. Subhanakal lahumma wa bihamdika...*