Mengenal Lebih Dekat Aryabimo Harfiandi -->

Advertisement

Mengenal Lebih Dekat Aryabimo Harfiandi

Minggu, 04 November 2018

Aryabimo Harfiandi. (Dok)
Aryabimo Harfiandi mungkin bukan nama yang familiar. Namun kata sebagian pelaku teknologi informasi dan digital bahwa Aryabimo (Bimo), merupakan salah satu sosok yang sudah tidak asing lagi. Lebih dari sepuluh tahun malang melintang di industri digital.

Bimo adalah praktisi digital Indonesia yang kini menempati posisi strategis di salah satu perusahaan paling berharga di dunia, Google.

Perjalanan karirnya di industri ini dimulai sejak tahun 2007, sebuah tahun yang krusial bagi perkembangan teknologi digital di dunia. Setelah mengantongi gelar Bachelor of Science and Information dari University of Technology Sydney (UTS). 

Ia kembali ke Indonesia dan bergabung dengan Lintasarta, sebuah anak perusahaan BUMN yang bergerak di bidang teknologi di tanah air. 

Diawali dengan pengalaman dan keahliannya di bidang jaringan digital, Bimo mulai melebarkan sayapnya ke bidang software dan bisnis digital. Dari sana, karirnya di bidang IT terus berkembang dan membawanya ke berbagai perusahaan lain.

“Lewat marketing dan business development, kita bisa terkoneksi dengan lebih banyak orang, berbeda dengan orang teknik yang biasanya bekerja di balik layar,” tuturnya.

Usahanya pun tak sia-sia, di usianya yang belum genap 35 tahun, ia didapuk menjadi Industry Manager Domestic Business and Agency di Google sejak Agustus 2018 lalu. 

Ia menciptakan berbagai produk digital bagi pengguna internet di Indonesia. Hasil tangan dinginnya pun telah dirasakan oleh puluhan juta pengguna, salah satunya lewat sebuah model yang dikembangkannya untuk bisnis musik komersial di Indonesia. 

Pada tahun 2015 lalu, ia pun berkontribusi dalam pembuatan ekosistem bagi 1.300 developer untuk Internet of Things Smartcity yang digagas pemerintah.

Namun, kemampuan di bidang IT bukanlah satu-satunya hal yang mengantarkan Bimo kepada kesuksesannya saat ini. Kemampuan komunikasi, kolaborasi, dan menyampaikan konsep dan ide merupakan hal yang vital dalam bekerja. 

Ia pun mengungkapkan, kemampuan itu didapatkannya lewat proses pembelajarannya di UTS dan memainkan peranan penting dalam perjalananan karirnya. “Satu hal yang sangat membantu saya adalah cara berkomunikasi dengan orang lain, sehingga memungkinkan saya untuk beradaptasi dengan lingkungan kerja dengan mudah,” ungkapnya.

Masih menurut pria yang pernah menjabat sebagai Product Manager di salah satu perusahaan telekomunikasi terbesar di Indonesia ini, seiring dengan perkembangan teknologi dan digitalisasi, industri teknologi Informasi (IT) adalah salah satu yang paling diinginkan secara global, tak terkecuali di Indonesia. 

Menurut akademisi dari UTS, Alan Sixsmith, permintaan global akan tenaga IT ini membuat orang-orang yang ahli di bidang ini akan terus berada di garda depan.

Sebab, lanjut dia, dengan infrastruktur IT yang kuat dan teknologi digital ini dapat menghubungan lebih banyak orang dengan perekonomian Indonesia, sehingga mendorong inovasi dan akses terhadap pangsa pasar baru. "Sumber daya manusianya bukan hanya harus memiliki keahlian IT, namun juga soft skill dan social skill, ” lanjutnya.

Pelajar Indonesia telah lama menjadi bagian dari komunitas pemimpin muda di UTS. Kolaborasi dengan berbagai industri dan perusahaan pun menjadi kunci dalam meningkatkan kesempatan karir para mahasiswanya. 

Dalam prakteknya, kualitas pendidikan UTS mengedepankan perpektif global dan menekankan bahwa prospek karir IT dapat melampaui negara asalnya. Sejalan dengan kekuatan riset, pengajaran, internasionalisasi, dan kelayakan kerja yang dimiliki UTS.

Pelajar asal Indonesia bisa belajar di UTS dengan mengikuti program UTS Insearch di Sydney, di mana mereka dapat mengembangkan pengetahuan, kemampuan, dan pengalaman yang dibutuhkan untuk menyukseskan studi dan karir mereka ke depannya. 

Ada berbagai kelas yang bisa dipilih, termasuk arsitektur dan desain, bisnis, komunikasi, teknik, teknologi informasi, serta sains. Di Australia, UTS menduduki peringkat pertama universitas muda dan peringkat 10 dunia ‘QS Top 50 Under 50‘ untuk universitas yang berusia di bawah 50 tahun. (rus/tas)