Kemuliaan Ilmu -Tamat! -->

Advertisement

Kemuliaan Ilmu -Tamat!

Jumat, 30 November 2018

Ilustrasi kemuliaan ilmu
Baik sahabat JCS dimana pun berada selalu tetap semangat hidup, niat yang lurus dan kembali fokus belajar dengan membahas (lanjutan-red) akan pentingnya kemuliaan ilmu. Jangan lupa! Kita selalu bersyukur, Alhamdulillah dan Shalawat Nabi SAW. Semoga Allah SWT memberi taufik hidayah, menjaga hidayah, keberkahan usia; kecukupan rezeki, ilmu, ketentraman hati dan meridhai keluarga JCS serta sahabat JCS. Amiin...

Nah kata-kata "pengaruh (efek) harta akan hilang bersama hilangnya harta tersebut" berarti segala pengaruh atau efek yang diterima oleh seseorang karena hartanya (seperti penghormatan, kecintaan dan pelayanan) sesunggahnya hanya karena mempertimbangkan hartanya. Maka jika hartanya hilang, hilang pula seluruh pengaruh tersebut. Bahkan boleh jadi orang yang dulu selalu melayaninya tidak mau menyapanya.

Seperti kata seorang penyair: "Dulu anak-anak pamanku mengucap "selamat datang" padaku, tapi setelah mereka melihatku miskin, matilah "selamat datang" itu.

Setelah itu ia menjelaskan tentang sifat-sifat ulama suu' alias jahat. Semoga Allah SWT melindungi kita dari mereka dan hal ihwal mereka. Silahkan merujuk pada kitab Miftahu Daaris Sa'adah. Kita memohon kepada Allah SWT agar senantiasa diberikan kebaikan dan tambahan kebaikan. Jangan lupa! Hal-hal jelek alias buruk yang telah kita lakukan di masa lalu buang jauh-jauh, tinggalkan segala bentuk perkara maksiat karena Allah. 

Dalil lain yang juga menunjukkan kemuliaan dan keutamaan ilmu ialah apa yang diriwayatkan oleh Abu Ya'la Al-Maushuli di dalam Musnadnya dari Hadis Anas bin Malik yang disbahkannya kepada Nabi SAW. Beliau SAW bersabda: Thalabul 'ilmi fariidhatun 'ala kulla muslimin: Menuntut ilmu adalah kewajiban bagi setiap muslim. (H.R Ibnu Majah dan Al-Baihaqi).

Ini, meskipun sanadnya mengandung kelemahan, tetapi maknanya shaih (benar). Karena iman adalah kewajiban bagi setiap mukmin. Sedangkan iman itu terdiri dari ilmu dan amal. Kemudian syariat Islam juga kewajiban bagi setiap muslim. Dan jika ia tidak mungkin bisa dilaksanakan sebelum dimengerti dan diketahui ilmunya. 

Sementara Allah mengeluarkan hamba-hambaNya dari perut ibunda (ibunya) masing-masing dalam keadaan tidak tahu apa-apa (tidak berilmu).

Mungkinkah ibadah (pengabdian) kepada Allah yang merupakan hakNya atas seluruh hambaNya dapat dilaksanakan tanpa ilmu? Dan mungkinkah ilmu dapat diperoleh tanpa dicari?"

Dalil lain yang juga menunjukkan kemuliaan dan keutamaan ilmu ialah bahwa seorang budak belian bisa diangkat derajatnya hingga duduk di tempat duduk para raja. Sebagaimana dijelaskan di dalam Hadis shahih yang diriwayatkan oleh Az-Zuhri dari Abu Thufail bahwa Nafi' bin Harits pernah menemui Umar bin Khathab di Usman. Kebetulan Nafi' ditugaskan oleh Umar sebagai Wali Kota Makkah.

'Siapa yang kau beri kuasa untuk memimpin penduduk lemah (Makkah)?' tanya Umar kepada Nafi'.
Aku menyuruh Ibnu Abza untuk memimpin mereka,' jawab Nafi'. 'Siapa itu Ibnu Abza?' tanya Umar. 'Salah satu maula (mantan budak) untuk memimpin mereka?' tanya Umar.

Nafi' menjawab: 'Sesungguhnya dia adalah pembaca (penghafal) Kitab Allah (Al-Qur'an) dan menguasai Ilmu Faraidh.

Lalu Umar berkata: "Sesungguhnya, Nabimu pernah bersabda: Sesungguhnya dengan ilmu ini Allah mengangkat derajat banyak orang dan merendahkan yang lain." (H.R Muslim 6/98, Shalatul Musafirin).

Ibrahim Al-Harbi menyatakan: Dulu Atha' bin Rabah adalah budak belian berkulit hitam milik seorang wanita asal Makkah. Dan hidungnya seperti kacang."

Ibrahim juga mengatakan: "Amirul Mu'minin Sulaiman bin Abdul malik pernah datang ke tempat Atha' bersama duaorang puteranya. Lalu mereka duduk didekatnya sementara ia dengan shalat. Setelah selesai shalat Atha' memutar tubuhnya ke arah mereka. Lalu mereka terus bertanya kepadanya tentang manasik haji, bahkan ketika ia sudah memutar tengkuknya ke arah mereka (membelakangi mereka).

Lalu Sulaiman berkata kepada kedua puteranya: 'Bangkitlah kalian berdua!' Maka keduanya pun bangkit.

Lalu Sulaiman: "Wahai kedua puteraku, janganlah kalian lalai dalam menuntut ilmu. Karena sesungguhnya aku tidak akan melupakan kehinaan kita di hadapan budak berkulit hitam ini."

Al-Harbi mengatakan" Muhammad bin Abdurahman Al-Auqash lehernya masuk ke dalam tubuhnya dan kedua pundaknya melebar keluar seperti sepasang mata tombak."

Lalu ibunya berkata: Anakku, setiap berkumpul dengan orang banyak kamu selalu menjadi bahan tertawan dan hinaan. Maka kamu harus menuntut ilmu. Karena ia akan mengangkat derajatmu."

Belakangan ia menjabat sebagai Qadhi Makkah selama 20 tahun. Dan ketika orang yang berperkara menghadap kepadanya, tubuhnya selalu gemetar sampai berdiri (meninggalkan tempat).

Abdullah bin Daud berkata :"Aku pernah mendengar Suyan Ats-Tsuri berkata: 'Sesungguhnya Hadis ini adalah kemuliaan. Barangsiapa yang menginginkan dunia dengannya, ia akan mendapatkannya. Dan barangsiapa yang menginginkan Akhirat dengannya, ia pun akan mendapatkannya."

Sufyan bin Uyainah pernah berkata: "Orang yang paling tinggi kedudukannya di sisi Allah ialah orang yang berada di antara Allah dan hamba-hambaNya. Yaitu para Nabi dan para ulama.

Tak ada kebahagiaan selain bagi ahli ilmu. Mereka selalu membawa petunjuk yang bisa menjadi petunjuk bagi orang yang meminta petunjuk. Nilai setiap orang adalah apa yang bisa dikuasainya. Orang-orang bodoh adalah lawan orang-orang berilmu. kuasailah ilmu, engkau akan hidup abadi dengannya. Manusia akan mati, sedangkan ilmu akan tetap hidup. 

Wallahu a'lam bish-shawwab. Alhamdulillah 'ala kulli hal (segala puji hanya milik Allah atas setiap keadaan), Shalallahu 'alaihi wa sallam. Subhanakal laahumma wa bihamdika asyhadu anlaa ilaaha illaa anta astaghfiruka wa atubu ilaika.***