Jelang Pileg dan Pilpres 2019, Frekuensi Serangan Siber Terus Meningkat -->

Advertisement

Jelang Pileg dan Pilpres 2019, Frekuensi Serangan Siber Terus Meningkat

Kamis, 22 November 2018

Ilustrasi keamanan siber
JCS – Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) mencatat jika jumlah serangan siber pada periode bulan Januari hinga Juni 2018 ini mencapai 143,4 juta. Jenis serangan siber bisa bermacam-macam mulai dari malware hingga hujatan dan fitnah.

Kepala BSSN, Djoko Setiadi mengatakan jika frekuensi serangan siber masih akan terus meningkat jelang Pemilihan Legislatif dan Presiden pada tahun 2019 mendatang. 

"Monitoring BSSN merekam 143,4 juta serangan siber sepanjang bulan Januari-Juni, ditambah 1.335 laporan kasus insiden siber dari masyarakat dan perkiraan jumlah itu akan meningkat," ungkap Djoko di kantor BSSN, Rabu (21/11/2018).

Menurut Djoko, maka pihaknya akan mendorong Kemendagri untuk segera merampungkan program single identity number. Single identity number ini berupa Nomor Induk Kependudukan (NIK) tunggal yang mewakili berbagai data pribadi mulai dari NPWP, perbankan, hingga kesehatan.

"Ketika bangsa ini mempunyai single identity saya yakin tidak ada seperti ini (serangan siber). Saya yakin single identity ini menjadi bukti tidak ada lagi orang aneh-aneh," jelas Kepala BSSN tersebut.

Sementara itu, Mendagri Tjahjo Kumolo menargetkan jika program NIK tunggal bakal rampung paling lambat tahun depan dan Kemendagri sudah bekerja sama dengan berbagai pihak mulai dari kementerian/lembaga dan swasta.

"Saya kira ini penting menyangkut masalah kelompok teroris, siapa yang suka menyebar hoaks, itu kan gampang dicari dan pasti akurat by name, by address, sampai nomor ponsel, nomor paspornya, nomor pajaknya, ada lengkap SIM juga lengkap kami ingin paling lambat tahun depan sudah warga negara kita udah punya single identity,"jelas Tjahjo. (tas)