Awas! Nyeri 'Bobokong' -->

Advertisement

Awas! Nyeri 'Bobokong'

Minggu, 04 November 2018

Ilustrasi
Dewasa ini banyak masyarakat Indonesia yang mengalami sakit 'bobokong' alias tulang belakang, atau istilah kerennya adalah osteoporosis. Ini merupakan kondisi ketika kepadatan tulang berkurang. 

Berkurang atau hilangnya kalsium pada tulang belakang menyebabkan melemahnya struktur atau kepadatan tulang sehingga meningkatkan risiko fraktur. 

Fraktur tulang belakang, juga disebut fraktur kompresi dapat menyebabkan nyeri pinggang yang menjadikan penderitanya kesulitan berdiri, jalan, duduk atau mengangkat suatu benda. 

Gejala lain yang dapat ditimbulkan pada fraktur tulang belakang adalah berkurangnya berat badan penderita.

"Saat ini sudah banyak bergeser ke usia muda. Apalagi untuk perempuan yang sudah menopause pasti rentan Osteoporosis," ungkap Spesialis Bedah Saraf Brain & Spine Bunda Neuro Center, Jakarta dr. Ibnu Benhadi SpBS(K), di RSU Bunda Jakarta baru-baru ini.

Data lain menunjukan, 40 persen wanita dengan usia di atas 80 tahun dipastikan memiliki osteoporosis tulang belakang. X-ray dan CT scan dapat digunakan untuk membantu mendiagnosis osteoporosis. "Gaya hidup rutin berolahraga, makan-makanan berkalsium, dan minum susu bisa memperkuat tulang," ungkapnya.

Tidak menutup kemungkinan dokter menganjurkan pemeriksaan kepadatan tulang menggunakan dual X-ray absorptiometry (DXA atau DEXA) scan. Saat diagnosis osteoporosis tulang belakang ditegakkan, dokter dapat memberikan beberapa obat-obatan yang bertujuan mencegah terjadinya fraktur tulang belakang.

Menurut dr. Ibnu, obat-obatan ini bekerja dengan cara memperkuat tulang dan mencegah pengeroposan. Beberapa obat osteoporosis yang sudah mendapatkan persetujuan Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat, di antaranya Bisfosfonat, Calcitonin dan Teriparatide.

Pada penderita osteoporosis yang sudah dengan fraktur tulang belakang, terapi termasuk memberikan obat penghilang rasa sakit, bed rest untuk beberapa saat, hingga penggunaan korset khusus dan pembedahan.

Kyphoplasty dan Vertebroplasty, merupakan teknologi minimally invasive surgery yang dapat digunakan untuk mengatasi fraktur tulang belakang. 

Dengan bahan khusus seperti semen yang disebut polymethylmethacrylate (PMMA) yang disuntikan secara langsung pada tulang belakang yang mengalami fraktur.

Sebelum penyuntikan PMMA dilakukan, balon khusus dimasukan dan dikembangkan pada tulang yang mengalami fraktur/retak, menggunakan bantuan X-ray fluoroscopy menuju lokasi yang diharapkan dokter. 

Tujuan tindakan ini adalah mengembalikan tinggi dan bentuk tulang belakang sehingga mengurangi deformitas dan meningkatkan stabilitas tulang belakang.

"Kyphoplasty dilakukan menggunakan anastesi lokal atau umum. Tindakan bedah minimal ini umumnya membutuhkan waktu sekitar 30-60 menit," tutupnya. (tas/net)