Istighfar -->

Advertisement

Istighfar

Minggu, 28 Oktober 2018

... Lanjutan! 

Kedua: Memohon ampun (Istighfar) 

Sebab, sebesar apapun dosa seseorang, bahkan banyaknya mencapai awan di langit -atau sejauh mata memandang ke langit- lalu orang tersebut mau memohon ampun kepada tuhannya, niscaya Allah akan mengampuninya.

Luqman Al-Hakim pernah berkata kepada puteranya: "Hai anakku! Biasakan lidahmu mengucapkan "Allahummaghfirli" (Ya Allah, ampunilah aku). Karena sesungguhnya Allah memiliki waktu-waktu di mana orang yang meminta sesuatu tidak akan ditolak."

Hasan berkata: "Perbanyaklah membaca istighfar di rumah, di meja makan, di jalan, di tempat kerja, di forum-forum pertemuan dan dimana saja anda berada. Karena anda tak tahu kapan turunnya maghfirah (ampunan Allah)."

Ketiga mengesakan Allah (Tauhid)

Ini adalah sebab yang paling utama. Siapa yang tidak memilikinya tidak akan mendapat ampunan. Dan siapa yang membawanya, berarti ia telah membawa sebab yang paling utama bagi turunnya ampunan Allah. Allah SWT berfirman yang artinya: "Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa mempersekutukan Dia dan Dia mengampuni dosa yang selain itu bagi siapa yang dikehendaki-Nya." (QS. An-Nisa': 116)

Mengomentari hadis qudsi yang berbunyi: "Hai anak Adam, andaikata engkau datang kepadaKu dengan kesalahan hampir spenuh bumi, kemudian engkau bertemu denganKu dalam kondisi tidak mempersekutukan Aku dengan sesuatu, niscaya Aku akan memberimu ampunan hampir sepenuh bumi (pula),"

Ibnul Qayyim rahimalillaahi mengatakan: "Pemilik tauhid yang murni dan tidak terkotori dengan syirik bisa diampuni dosanya, sementara orang yang tidak begitu tidak akan diampuni. Kalau pemilik tauhid yang tidak pernah melakukan perbuatan syirik (menyekutukan Allah dengan sesuatu) sama sekali berjumpa dengan Allah dengan membawa kesalahan hampir sepenuh bumi, niscaya Allah akan memberikannya ampunan hampir sepenuh bumi (pula).

Hal ini tidak berlaku bagi orang yang tauhidnya kurang (tidak sempurna). Karena tauhid yang murni, yang steril dari syirik, membuat seseorang bersih dari dosa. Sebab, tauhidnya mengandung rasa cinta, rasa hormat, pengagungan, rasa takut dan harapan kepada Allah yang membuat dosa-dosanya tercuci bersih, kendati jumlahnya hampir sepenuh bumi.

Najis adalah gejala yang timbul dan penolaknya sangat kuat. Tetapi ini tergantung pada kehendak Allah. Jika Dia menghendaki, Dia bisa mengampuni dengan anugerah dan rahmatNya. Dan jika Dia menghendaki, Dia bisa menjatuhkn hukuman dengan keadilan dan kebijaksanaanNya. dialah Yang Maha terpuji dalam segala kondisi. 

Menurut sebagaian ulama, orang yang bertauhid tidak akan dilemparkan ke dalam Neraka seperti orang kafir yang dilemparkan ke sana. Dan ia juga tidak akan kekal di Neraka seperti orang kafir yang kekal di sana. 

Jika seseorang memiliki tauhid yang sempurna dan ikhlas karena Allah, serta memenuhi seluruh syarat-syaratnya dengan hati, lisan dan anggota tubuhnya, atau dengan hati dan lisannya menjelang kematiannya, hal itu akan membuat seluruh dosa-dosanya yang telah lalu diampuni dan membuat dirinya tidak kekal di Neraka. Barangsiapa hatinya benar-benar dipenuhi dengan kalimat tauhid, kalimat itu akan mengusir keluar apa saja selain Allah.

Hal itu merupakan ekspresi rasa cinta, rasa hormat, rasa segan, rasa takut, harapan dan kepasrahan. Saat itulah seluruh dosa dan kesalahan akan hangus terbakar, meskipun jumlahnya seperti buih di lautan. Tidak jarang kalimat tauhid itu bisa mengubahnya menjadi kebijakan. Sebab, tauhid adalah iksir alias formula ajaib terbesar. Andai kata anda meletakan serpihan tauhid sebesar partikel di atas gunung dosa dan kesalahan, niscaya serpihan itu akan mengubahnya menjadi gunung kebijakan.

Ibnu Abbas Rdahiyal lahu 'anhu berkata: "Bila Allah SWT tidak berkenan menerima ketaatan orang-orang musyrik (yang menyekutukan Allah dengan sesuatu) maka kita berharap agar Allah SWT berkenan mengampuni dosa orang-orang yang bertauhid (mengesakan Allah)."

Atsar-atsar tentang keutamaan istighfar: Ali bin Abi Thalib Radhiyal lahu 'anhu berkata: "Allah Subhanahu tidak pernah mengilhami istighfar kepada seseorang sementara Dia ingin menyiksanya." 
Qatadah Rahima lillahi berkata: "sesungguhnya Al-Qur'an itu menunjukkan penyakit dan obat kalian. Penyakit kalian adalah dosa, sedangkan obat kalian istighfar."

Aisyah Radhiyallahu 'anha berkata: "Berbahagialah orang yang menemukan banyak istighfar di dalam lembaran amalanya." (H.R. Ibnu Majah secara marfu' dari Abdullah bin Busr, 3818, Al-Adab, dan dinilai shahih oleh Al-Bani). 

Mereka pernah mendengar seorang Arab badui yang tengah berdoa sembari menempelkan tubuhnya pada tirai Ka'bah. Ia mengatakan: "Ya Allah, sesungguhnya istighfarku bersama dosaku benar-benar tercela. Dan sesungguhnya bila aku meninggalkan istighfar sementara aku mengetahui betapa luasnya pintu maafMu benar-benar suatu ketidakberdayaan. 

Karena betapa banyak Engkau memancing rasa cintaku dengan aneka karunia, padahal Engkau tidak membutuhkan aku. Dan betapa banyak aku mengundang murkaMu dengan aneka maksiat, padahal aku sangat membutuhkanMu. Wahai Tuhan Yang apabila berjanji selalu ditepati dan apabila mengancam selalu memaafkan, masukkanlah besarnya kesalahanku ke dalam besarnya pintu maafMu, wahai Tuhan Yang Maha Penyayang di antara para penyayang." 

Ucapan "apabila mengancam selalu memaafkan" bertentangan dengan akidah (keyakinan) generasi Salaf. Sebab, janji dan ancaman Allah SWT adalah haq (benar). Sebagaimana firman Allah SWT: "Maa yubaddalul qaulu ladayya:  Keputusan di sisiKu tidak dapat diubah." (QS. Qaaf: 29). 

Wallahu a'lam bish-shawab. Dan hanya Allah SWT yang Maha Tahu, Segala Puji Bagi Allah Yang Maha Baik. Shalallahu 'alaihi wa sallam. Subhanakal lahuma wa bihamdika...*