Dua dari Empat Atlet Paralayang Ditemukan Meninggal di Palu -->

Advertisement

Dua dari Empat Atlet Paralayang Ditemukan Meninggal di Palu

Selasa, 02 Oktober 2018


Tim SAR melakukan evakuasi korban gempa yang tertimbun reruntuhan bangunan Hotel Roa-Roa di Palu, Sulawesi Tengah [Antara/BNPB]
JCS - Musibah dan peringatan gempa yang menerjang Palu Jumat (28/9/2018) lalu. Cukup dahsyatnya pergerakan bumi membuat bangunan-bangunan megah, harta benda, mahkluk hidup rata dengan tanah. Tak terkecuali atlet-atlet paralayang hilang ditelan alam. 

Tim penyelamat akhirnya menemukan dua atlet paralayang Indonesia yang menjadi korban gempa 7,4 magnitudo di Palu tersebut. Dua atlet ditemukan di reruntuhan hotel Roa Roa pada Selasa (2/10/2018) pagi nama Ardi Kurniawan dan Franky Kowaas.

Total, empat atlet sudah ditemukan dalam kondisi meninggal. Sebelumnya pada Senin (1/10/2018), dua atlet ditemukan tewas adalah Petra Mandagi dan Glen Montoalu. 

"Pemerintah dan pengurus Paralayang pada hari ini mendapat informasi bahwa dua atlet telah ditemukan dalam kondisi meninggal. Proses evakuasi masih terus berlanjut dan kami di sini merasakan duka yang sangat mendalam," kata Menpora Imam Nahrawi di Jakarta, Selasa (2/10/2018).

Sementara itu, Ketua Paralayang Indonesia, Wahyu Yuda, mengatakan, tiga atlet masih dalam proses pencarian. Mereka adalah atlet asal Korea Selatan, Lee Dong-jin, kemudan atlet Indonesia Reza Kambey, dan Serda Fahmi.

"Atlet yang ditemukan pagi ini Ardi Kurniawan merupakan atlet pelatnas Asian games 2018. Di sana untuk mengikuti kejuraan paralayang. Dia menduduki peringkat pertama dengan posisi. Event dibatalkan dan Ardi ditemukan meninggal," kata Wahyu.

Dikatakan, Jumat sore memang hilang kontak dengan atlet dan ofisial. Lalu pada Sabtu dalam kondisi terang sangat kaget lihat hotel ambruk dan belum bisa melakukan evakuasi karena alat berat belum tiba. "Alat berat tiba senin, dan hari ini ditambah satu crane untuk mengangkat tujuannya untuk menyelamatkan siapa tahu masih ada yang hidup," bebernya.

Total, ada 32 atlet yang berpartisipasi pada kejuaraan bertajuk Palu Nomoni 2018 yang melibatkan tiga cabang, yakni paralayang, downhill, dan panjat tebing.

Namun, baru atlet paralayang dan tiba di Palu pada saat kejadian gempa karena perlombaan dimulai lebih awal. Dari 32 atlet, sudah empat ditemukan meninggal dan tiga masih belum ditemukan. 
"Sisanya selamat karena pada saat gempa mereka keluar hotel untuk jalan-jalan dan mencari makan," kata Wahyu.

Terkait itu, pemerintah Indonesia melalui Kemenpora akan memberikan santunan kepada atlet paralayang yang menjadi korban gempa Palu. "Pemerintah dan pengurus paralayang memberikan hak dan tali asih atau belasungkawa atau santunan kepada keluarga. Kami juga berdoa dan memohon agar keluarga tetap tabah dan ikhlas," kata Menpora.

Namun, Menpora belum menyebut detail berapa uang tali asih yang akan diberikan, karena masih dalam proses penghitungan. "Uang tali asih tidak hanya untuk korban meninggal dan luka, tapi juga kami memiliki ratusan atlet PPLP Sulteng yang kehilangan tempat tinggal dan tempat latihan," ia menambahkan.

Imam juga menegaskan seluruh atlet paralayang yang selamat sudah diterbangkan dari Palu dengan menggunakan pesawat hercules milik TNI AD. Menpora juga terus melakukan komunikasi dengan pelatih kepala Timnas Paralayang, Gendon Subandono yang sekarang berada di lokasi kejadian untuk evakuasi.

Total, ada 32 atlet paralayang yang berada di Palu untuk mengikuti kejuaraan bertajuk Palu Nomoni 2018. "Untuk korban selamat, hanya satu atlet yang luka tertimpa material bernama Viki," imbuhnya seraya bernada duka bahwa korban selain atlet, tiga ofisial ofisial kejuaraan meninggal dunia akibat gempa di Palu, yakni Lauren Kowaas, Rahma Sauma, dan Triat. (tas/rus)