Tangis Pilu dan Kelimpungan Warga Palu dan Donggala -->

Advertisement

Tangis Pilu dan Kelimpungan Warga Palu dan Donggala

Minggu, 30 September 2018

Tim Basarnas/ Kompas.com 
JCS – Subhanallah. Maha Suci Allah SWT. Dia Maha Perkasa atas segalanya di muka bumi ini. Musibah gempa dan tsunami menerjang Palu dan Donggala adalah bentuk kasih sayang kepada mahluk-Nya. Kejadian ini memang sulit dicerna bagi orang-orang yang lemah iman dan ilmu.  

Namun dibalik musibah itu pasti terdapat banyak hikmah dan makna bagi mereka di Palu dan Donggala Sulwesi Tengah sekaligus menjadi pelajaran bagi pembaca JCS. Itulah cara Allah SWT atas kekuasaanNya untuk hamba-hambaNya. 

Dalam sekejap harta benda, bangunan-bangunan besar seperti hotel bintang tiga yang sedang dipadati para tamu, serta bangunan-bangunan lainnya hancur tercabik-cabik disapu air laut.

Tangis pilu pun tak terbendung. Seperti isak tangis keluarga Islamiyah, salah satu korban bencana gempa Donggala dan Palu, asal Kabupaten Majene Sulawesi Barat, pecah setelah mengetahui kabar kepastian bahwa Islamiyah telah meninggal. Salah seorang keluarga yang menyampaikan kabar duka ini menceritakan, Islamiyah meninggal karena tertimpa reruntuhan bangunan rumahnya. 

Dia sempat meminta tolong, namun nyawanya tak bisa tertolong karena tak ada yang menolong. "Dia sempat meminta tolong saat tertimpa reruntuhan bangunan, tapi warga Palu lainnya juga ditimpa musibah serupa. Masing-masing sedang berjuang menyelamatkan diri masing-masing di tengah kepanikan dan ketakutan," kata kerabat yang baru datang dari Palu, saat menceritakan kondisi Islamiyah. 

Keluarga Islamiyah yang tinggal Dusun Tinambung, Desa Tinambung, Kecamatan Pamboang, Majene, Sulawesi Barat, sempat kelimpungan mencari tahu kabarnya karena jaringan komunikasi yang terputus pasca-gempa di Donggala, Jumat 28 September 2018 petang. 

“Keluarga sempat bingug karena sejak becana gempa Jumat petang, korban dan keluarganya sulit dihubungi. Untung ada kakak dari kalimantan yang dapat kabar dan memberitahu keluarga di Majene,” kata Subhan, Adik almarhumah Islamiyah, Minggu (30/9/2018). 

Keluarga Islamiyah di Majene telah menyiapkan kedatangan jasad korban dari Palu. Pihak keluarga telag membangun tenda dan menyewa kursi untuk menerima tamu yang melayat.  Hingga Minggu siang, sanak sodara terus berdatangan ke rumah orangtuanya.

Terkait musibah ini, hingga Minggu siang (30/9/2018), menurut Sutop dalam wawancara TV-One sekaligus acara da'wah Islamiah yang mendatangkan penceramah KH Jujun Junaedi, menyebutkan korban meninggal dunia di Palu dan Donggala sebanyak 821 orang lebih. (tas)