Mengontrol Nafsu -->

Advertisement

Mengontrol Nafsu

Admin
Senin, 10 September 2018

Ilustrasi 
Imam Ahmad meriwayatkan bahwa Umar bin khaththab ra berkata: "Hisablah dirimu sebelum kamu dihisab. Timbanglah amalmu sebelum kamu ditimbang. Karena akan lebih mudah bagimu kelak pada waktu di hisab bila sekarang kamu akan ditampilkan di muka umum tanpa ada sedikit pun yang tersembunyi darimu."

Sementara Hasan berkata: "Orang mukmin adalah orang yang selalu mengendalikan nafsunya. Ia mengontrol nafsunya karena Allah. Sesungguhnya hisab (perhitungan amal) pada hari Kiamat akan terasa ringan bagi orang yang menyikapi masalah ini dengan penuh perhitungan. Sesungguhnya orang mukmin selalu dikejutkan oleh sesuatu dan tertarik padanya. Lalu ia berkata: 'Demi Allah, sesungguhnya aku benar-benar menginginkanmu dan engkau adalah bagian dari kebutuhanku. Akan tetapi, demi Allah, tidak ada jalan kepadamu. Sungguh jauh sekali. Ada halangan di antara kita.' dan ia pun kehilangan sesuatu (yang diinginkan) tersebut). Lalu ia kembali kepada dirinya dan berkata: 'Aku tidak menginginkan hal ini. Ada apa antara aku dan hal ini. Demi Allah, aku tidak akan pernah kembali lagi kepada hal ini."

Sesungguhnya orang-orang mukmin itu dihentikan oleh Al-Qur'an dan terhalang dari kebinasaan. Sesungguhnya orang beriman itu adalah tawanan di dunia yang berusaha membebaskan dirinya. Ia tidak aman dari ancaman bahaya sampai ia berhasil berjumpa dengan Allah. Ia menyadari bahwa dirinya bertanggungjawab atas pendengaran, penglihatan, lisan dan seluruh anggota tubuhnya. Ia bertanggungjawab atas itu semua.

Malik bin Dinar rahimahullah berkata: "Semoga Allah menyayangi orang-orang yang berkata kepada nafsunya: 'Bukankah kamu punya begini?! Bukankah kamu punya begini?!' Kemudian ia menundukkannya, mengendalikannya dan memaksakannya untuk mengikuti Kitab Allah Subhabahu Wa Ta'Ala, sehingga Kitab itu menjadi pemimpinnya."

Pembaca JCS yang dirahmati Allah SWT, setiap orang bijak yang beriman kepada Allah SWT tidak boleh lalai dalam mengontrol dan mengendalikan setiap gerak-gerik dan keinginan nafsunya. Allah SWT berfirman yang artinya: "Pada hari ketika tiap-tiap diri mendapati segala kebijakan dihadapkan dan begitu juga kejahatan yang telah dikerjakannya, ia ingin kalau kiranya antara ia dengan hari itu ada masa yang jauh." (QS. Ali Imran:30).

Mengontrol nafsu ada dua macam: sebelum dan sesudah berbuat.
Kontrol yang pertama adalah berhenti pada awal memikirkan dan menginginkan sesuatu. Ia tidak tergesa-gesa berbuat sebelum ia mendapat kepastian bahwa melakukannya lebih baik daripada meninggalkannya.

Sebagian ulama menjelaskan ucapan ini dengan mengatakan: "Bila nafsu bergerak untuk melakukan sesuatu dan seorang ingin melakukannya, pertama-tama ia akan berhenti dan melihat apakah perbuatan itu mampu dilakukannya ataukah tidak. Jika ternyata di luar kemampuannya, ia tidak akan melakukannya.

Dan jika ternyata mampu dilakukannya, ia berhenti lagi dan melihat apakah melakukannya lebih daripada meninggalkannya?
Ataukah meninggalkannya lebih baik daripada melakukannya?
Jika ternyata yang kedua, ia akan meninggalkannya dan tidak akan melakukannya. Dan jika yang pertama, ia akan berhenti untuk ketiga kalinya dan bertanya: 'Apakah motivasinya adalah menginginkan ridha Allah dan pahalaNya? Ataukah mengiinginkan kedudukan, pujian dan kekayaan dari makhluk?"

Jika ternyata yang kedua, ia tidak akan melakukannya kendati perbuatan itu dapat membuatnya memperoleh apa yang diinginkannya. Tujuannya supaya nafsu tidak terbiasa dengan perbuatan syirik dan tidak meremehkan perbuatan untuk selain Allah. Karena sejauh mana ia meremehkan hal itu maka ia akan semakin berat untuk berbuat sesuatu karena Allah, bahkan menjadi sesuatu yang paling beratbagi-nya.

Dan jika ternyata yang pertama, ia akan berhenti sekali lagi dan melihat apakah ia akan mendapat dukungan dan apakah ada orang lain yang mau membantu dan mendukungnya-jika perbuatan tersebut memerlukan hal itu-atau tidak? Jika tidak ada orang lain yang mendukungnya, ia akan menahan diri.

Seperti yang dilakukan oleh Nabi SAW selama di Mekah di mana Beliau SAW menahan diri dari jihad sampai Beliau SAW memiliki kekuatan dan banyak pendukung. Jika ia merasa bahwa dirinya akan mendapat dukungan, hendaknya ia melakukan karena -dengan izin Allah- ia akan mendapatkan pertolongan. Dan ia tidak akan gagal kecuali apabila ia mengabaikan salah satu hal di atas. Jika semua hal di atas terpenuhi, ia tidak akan menuai kegagagalan.

Pembaca JCS, itulah empat tahapan yang dibutuhkan oleh manusia guna mengontrol nafsunya sebelum melakukan sesuatu.

Sedang kontrol yang kedua adalah mengontrol nafsu setelah melakukan sesuatu. Ini dibedakan menjadi tiga macam:
1 Mengontrol nafsu atas ketaatan alias ibadah yang dilaksanakannya dengan tidak semestinya, di mana ia mengurangi hak Allah didalamnya.
Hak Allah SWT di dalam ketaatan itu ada enam perkara yaitu ikhlas dalam beramal, memberikan nasihat kepada Allah di dalam beramal, mengikuti Sunnah Rasulullah, mempersaksikan adegan ihsan, mempersaksikan anugerah Allah, dan setelah itu semua- mempersaksikan kekurangannya didalam beramal. Sehingga kita akan mengetahui faidah mengontrol nafsu yaitu mengetahui kekurangan diri kita.

Imam Ahmad rahimalillahi meriwayatkan bahwa Abu Darda radhial lahu anhu berkata: "Seseorang tidak akan memiliki pemahaman yang seutuhnya sebelum ia membenci manusia karena Allah, kemudian ia melihat dirinya sendiri lalu ia lebih benci kepada dirinya sendiri."

Muhammad bin Wasi' mengatakan: "Andaikata dosa itu berbau, niscaya tidak ada seorang pun yang sanggup duduk didekatku."

Menurut Abu Hafsh: "Barang siapa yang tidak mencurigai nafsunya setiap saat dan tidak menentangnya dalam setiap hal, serta tidak menyeretnya kepada hal-hal yang tidak disukainya sepanjang waktu, ia adalah orang orang yang terlena. Dan barang siapa yang memandang nafsunya dengan pandangan yang menganggap baik sebagian perilakunya, ia benar-benar celaka 

Jadi, nafsu selalu mengajak kepada kehancuran, membantu musuh, menginginkan semua kejelekan dan mengikuti segala macam keburukan. Karena secara naluriah ia melaju di jalur pelanggaran. Maka karunia yang tidak terhingga adalah keberhasilan keluar dari kungkungan nafsu dan melepaskan diri dari perbudakannya. Lantaran nafsu adalah penghalang terbesar antara manusia dan Allah SWT. Dan orang yang paling mengenal nafsu adalah orang yang paling keras menghina dan memusuhinya.

Membenci nafsu karena Allah SWT adalah salah satu sifat para Shiddiqin (orang yang sungguh-sungguh dalam beriman) dan dapat mendekatkan seseorang kepada Allah SWt dalam waktu sekejap. Bahkan sekian kali lebih cepat daripada amal lainnya dalam mendekatkan seseorang kepadaNya.

Jadi, mengontrol nafsu adalah melihat hak Allah atas dirinya sebagaimana mestinya. Dan berpikir yang paling baik adalah berpikir tentang hal itu. Karena hal itu dapat bergerak menuju Allah dan membuatnya bersimpuh dihadapanNya sebagai orang yang hina, tunduk dan hancur dengan kehancuran yang tambalannyaada padaNya. serta membutuhkan sesuatu yang kecukupannya ada padaNya dan kehinaan yang kemuliaannya ada padaNya. Kalau mengerjakan suatu amal, ia seolah-olah tidak mengerjakannya. Karena apabila ia kehilangan hal ini maka kebajikan yang hilang darinya lebih baik dari apa yang diperolehnya.

Demikian, semoga bermanfaat! Wallahu a'lam. Shalallahu 'alaihi wa salam. Subhanakal lahuma wa bihamdik...*