Dollar Naik, Produksi Tahu Tempe Turun -->

Advertisement

Dollar Naik, Produksi Tahu Tempe Turun

Admin
Kamis, 13 September 2018

Ilustrasi 
JCS – Sejumlah pelaku industri sedang (menengah-red) tak ambil pusing dan rugi oleh gonjang-ganjing masalah perekonomian yang melanda negeri saat ini. Yaitu Dolar melangit. Akibat itu, sungguh dirasakan para perajin tahu tempe di Cianjur.

Mereka terpaksa mengurangi jumlah produksi karena melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika. Namun hal itu tak membuat resah bagi pemasok kacang kedelai dan pedagang tahu-tempe.

Yayan perajin tahu tempe di Cikidang Kelurahan Sayang, mengungkapkan kenaikan dolar atas rupiah membuat harga kacang kedelai impor yang menjadi bahan baku pembuatan tahu tempe, ikut naik. "Ya, terpaksa kami siasati dengan mengurangi produksi," kata dia kepada wartawan Rabu.

Selama ini, tutur dia, perajin menggunakan kacang kedelai impor yang saat ini dijual Rp 75 ribu per kuintal atau Rp 7.500 per kilogram. Kenaikan harga tersebut sudah terjadi sejak beberapa bulan terakhir.

Mengenai kualitas kedelai lokal, disebutkan dia lebih bagus dari kedelai luar, namun keberadaan kedelai lokal seakan menghilang dari pasaran yang harganya lebih murah dari impor. Karena itu ia lebih memilih kedelai lokal saja sebab teksturnya lebih lembut dan bahan baku lebih murah. "Namun sejak awal tahun kedelai lokal sulit di dapat terutama di Cianjur," ucapnya.

Meskipun harga bahan baku pembuatan tempe dan tahu melambung, pihaknya tidak dapat menaikan harga seenaknya dan mengurangi ukuran tahu atau tempe karena pelanggan akan menghilang.

"Cara menyiasatinya paling mengurangi jumlah produksi yang biasa 10 ribu potong per hari dikurangi menjadi setengahnya. Termasuk untuk tempe dari 5.000 perhari diturunkan menjadi 2.000 potong perhari," katanya.

Karena itu, para perajin tahu tempe di Cianjur, berharap tingginya dolar tidak berlangsung lama karena sangat berpengaruh terhadap perputaran modal. "Harapan kami dolar bisa kembali stabil, soalnya bisa jadi tambah repot pada perekonomian kami," harapnya.

Sementara itu, Ketua Koperasi Produsen Tahu Tempe Indonesia (Kopti) Kabupaten Cianjur, Hugo, mengatakan, kenaikan dollar Amerika memang memberi dampak bagi harga kedelai. Namun turunnya harga kedelai impor membuat produsen tahu-tempe masih bisa mengantisipasi.

"Sekarang harganya Rp 7.750 per kilogram. Itu setelah ada penurunan harga kedelai. Kalau tidak ada penurunan harga karena stok yang melimpah, bisa jadi harga kedelai naik Rp 2.000 dibandingkan sebelumnya," ungkapnya.

Menurut dia, turunnya harga kedelai impor diakibatkan pembelian oleh Cina yang rendah mengingat pajak tinggi yang diterapkan oleh Amerika pada mereka. Dan disamping harga kedelai yang naik, kata dia, ada beberapa faktor yang membuat perajin dibuat repot untuk produksi. "Seperti biaya produksi dan bahan lainnya, itu juga mempengaruhi. Makanya kami terus koordinasi dengan para perajin di Cianjur," aku dia.

Sementara para pedagang tahu dan tempe di pasar cipanas mengaku biasa-biasa saja. Tak ada kepanikan yang terjadi terhadap para pedagang tersebut. Begitu juga di pasar Induk Sukanagara belum sangat berpengaruh meski dolar naik. Menurut informasi saat ini harga tahu per satu kantongnya masih Rp 4 ribu. (tas).