Sebuah Harapan dan Kekhawatiran -->

Advertisement

Sebuah Harapan dan Kekhawatiran

Admin
Rabu, 01 Agustus 2018

Ilustrasi 
JCS - Tema di atas cocok disimak oleh pembaca JCS dimana pun berada. Itu diambil dalam Damai Indonesiaku yang ditayangkan TV-One, beberapa hari lalu. KH Jujun Junaedi tampil sebagai penceramah menyampaikan tentang hambatan pendidikan anak di zaman now. 

Pria jebolan IAIN/UIN Bandung itu menyebut tantangan berat orang tua di zaman now adalah tergantung bagaimana cara pandang orang tua. Kalau mereka memandang bahwa pendidikan itu harus selalu dengan uang, maka yang dipikirkan hanyalah uang dan uang. "Bila dalam pikiran kita hanya uang maka setiap gerak langkah adalah uang," kata Jujun. 

Jika pemirsa ingin tenar, berkorban juga cuma karena ingin tenar. Bahkan saking ingin tenarnya, harga dirinya pun dijual untuk tenar bin kasohor. Nauzubillah. "Itu karena ingin tenar," ucap ustad Jujun membuka hati dan pikiran hadirin. 

Terkait tema di luhur menurut ustad Jujun, siapa yang penting dan apa yang terpenting. Solusinya, ditanamkan dulu pada anak Laa Ilaha Illallah. Kalau Allah sudah dianggap tidak penting maka rugilah ia. Ustad Jujun bercanda, lihat tuh ibu-ibu zaman now sudah disibukan hp dan medos. Jujun juga bertanya kepada mereka yang hadir di studio benarkah orang maju itu karena main hp? "Kebanyakan sudah ditaklukan sama hp dan medsos. 

Beres menerima pesan cekakak cekikik sendiri, orang apa itu," intermezonya. Boleh zaman haitek tapi harus disentuh dengan haitac, Laa Ilaha Lllallah. Pemirsa jangan diperalat oleh alat. Ingat Lukman bin Hakim mengajarkan anaknya, jangan pernah sekutukan Allah dan hidup harus santun. Hendaklah khawatir dengan keturunan yang lemah. 

Teknologi adalah anugerah dari Allah SWT. Gunakan teknologi dengan bijak. Diungkapkan Jujun, ingat Bilal budak belian berubah menjadi orang besar. Abu Bakar orang kuat dan amanah. Umar bin Khaththab yang terkenal preman tapi setelah tersentuh Al-Qur'an menjadi orang baik.

Usman bin Affan orang yang rajin sedekah, penghafal Al-Qur'an dan suka shalat dengan membaca ayat-ayat panjang, Ali seorang pria yang tegas, lembut dan solusi. "Para orang tua, steakholder dan semua harus berpikir bagaimana pendidikan itu dapat mengarahkan anak menjadi orang baik," ucapnya. 

Penceramah kedua, KH Irfan Zidni menyebut eman si pasi identik dan dimiliki kaum hawa. Tapi itu bukan segalanya. Selanjutnya, Irfan bertanya, benarkah kenakalan anak cermin orang tua? Tapi ingat kisah anak nabi Adam nama Habil sebagai pembunuh. 

Nabi Luth punya anak tidak taat karena tidak mau diselamatkan. Menurut Irfan, faktor orang tua benar sekali, tapi tidak selalu. Karena orang ahlinar bisa berubah bisa menjadi ahli surga. "Orang tua wajib mendidik anak dengan sungguh-sungguh dan banyak berdoa, tapi orang tua pun harus sambil bertobat. Urusan hidayah hanyalah Allah," ujarnya. Penceramah TV-One KH Didin Hafipuddin menjelaskan, jika anak nakal barangkali faktor asupan makanan pada anak yang masuk ke aliran darahnya. Karena jika hatinya baik, jasadnya baik.

"Banyak berdoa kepada Allah agar anak soleh. Kasihlah anak makan dan minum dari hasil usaha yang halal," ujar dia. Jadi pendidikan adalah tanggungjawab semua. Terpenting, tutup KH, Didin kenalkan anakmu pada Allah SWT. (tas).