Ilustrasi |
Masyarakat yang baik menginginkan figur pasangan Capres dan Cawapres yang terbaik. Prosesnya dengan cara berpolitik yang santun dan sejuk. Cawapres Jokowi, memang tinggal satu nama disebut Jokowi sebelum tanggal 10 Agustus.
Santainya Jokowi ibarat main poker yang tinggal memasukan kartu saja. Tapi Jokowi jangan menghadirkan pertemuan koalisi di Istana Presiden karena bisa menyebabkan masalah baru. Disisi lain, di ruang publik muncul kejutan baru atau efek surprise, yaitu tatkala Prabowo kedatangan SBY yang menawarkan putranya AHY untuk mendampingi Prabowo Subianto, ikut urusan besar dalam mencari pemimpin.
Tapi dalam politik dan demokrasi akan ada risiko terbaik ketika hasil demokrasi itu ada yang menang. Menang itu hasil penjumlahan suara. Mencari figur berkualitas dengan suara mendulang tinggi itu yang diharapkan masing-masing kubu. Pastinya semua berharap menang.
Bahkan perkembangan akademisi yang berpolitik kini terlihat; mereka mulai sadar dan dewasa. Bidang politik untuk negeri ini butuh peran ulama karena pangkal setelah politik adalah ekonomi dan hidup yang damai. Fakta sejarah Indonesia sebelum merdeka ada keterlibatan ulama.
Terkait itu, ustaz Abdul Somad alias UAS didorong mereka untuk menjadi calon wakil presiden (cawapres), tidak menyurutkan para pejuang #2019GantiPrsiden. Bahkan sejumlah pihak terus membujuk da'i kondang tersebut agar mendampingi Prabowo Subianto.
Setelah Amin Rais mengingatkan ustadz UAS tentang sebuah hadis, kini giliran pimpinan Majelis Az-Zikra ustadz Arifin Ilham secara khusus mengirimkan pesan kepada UAS. Arifin meminta agar sahabatnya itu menerima tawaran menjadi cawapres. Menurut Arifin, jauh sebelum adanya ijtima' ulama, ia sudah mendapat firasat bahwa UAS insyaalloh bakal menjadi pemimpin di negeri ini. Ternyata banyak yang sepaham akan lahirnya rekomendasi tersebut.
Sebenarnya, ada dua nama yang direkomendasikan. Selain UAS, ada nama ketua Majelis Syura PKS HS Segap Al-Jufri. Kapasitas dan keulamaannya juga tidak diragukan. Namun, dibanding UAS, popularitas mantan Menteri Sosial tersebut.
Berikut inti pesan Arifin Ilham kepada UAS, "Dari lubuk hati Arifin yang paling dalam, selesai salat malam, masih di atas sajadah, Arifin mohon ampun kepada Allah. Abangku, dunia ini sebentar. Dan dakhwah yang paling jitu, paling tepat, paling mulia, dan mengundang kesuksesan, keberkahan adalah dakwah bil quwwah, bukan hanya dakwah billisan.
Saatnya, Bang, mencontoh perjalanan para nabi dan sahabt, menjadi umara dan ulama sekaligus. Ini karunia untuk negeri kita, Allah SWT hadirkan Abang. Hargai Bang, istikharah dan musyawarah, ijtima' para ulama (yang) memutuskan Abang untuk memimpin negeri ini (sebagai cawapres) mengawal, mendampingi Ayahanda Prabowo. Negeri ini merindukan pemimpin yang shaleh, yang alim, yang bertakwa, yang rendah hati.
Bukan hanya umat, Bang, tetapi (juga) alam negeri ini. Semua mengalami krisis yang luar biasa. Krisis iman, ilmu dan alam. Tampilah, Bang, untuk menyelamatkan negeri ini. Senangkanlah hati umat. Penuhi harapan ulama. Abangku yang kucinta karena Allah, Arifin yakin, istikharah, firasat Arifin bahkan sebelum ijtima' ulama, Arifin sudah sampaikan hal itu kepada ulama-ulama agar Abang menjadi pemimpin negeri ini.
Tulus, Arifin melihat dengan hati. Arifin mencintai Abang karena Allah. Arifin sepenuh hati mendukung Abang. InsyaAllah. Saatnya negeri ini dipimpin oleh hamba-hama Allah yang shaleh. Maafkan Arifin, ya Bang. Wassalam... Demikian pesan Arifin kepada UAS. (tas).