Faktor-Faktor yang Membuat Qiyamul Lail Terasa Mudah -->

Advertisement

Faktor-Faktor yang Membuat Qiyamul Lail Terasa Mudah

Admin
Jumat, 31 Agustus 2018

Ilustrasi 
Ketahuilah bahwa qiyamil lail alias rajin bangun malam untuk melaksanakan ibadah sunnah seperti tahajud, membaca Al-Quran dan lainnya itu sulit dilakukan, kecuali oleh orang yang mendapat taufik dari Allah SWT. Ada juga dua hal yaitu kalau seseorang lagi butuh (kebutuhan), atau sedang imannya meningkat. Tapi bagusnya adalah rutin karena Allah, karena Dia Maha Tahu kebutuhan hamba.

Faktor lahiriyah ada empat:

Pertama, tidak terlalu banyak makan. Karena terlalu banyak makan menyebabkan banyak minum sehingga mudah tertidur. Seperti kata sebagian orang, "Jangan terlalu banyak makan, karena kamu akan banyak minum, lalu banyak tidur."

Kedua, tidak melakukan aktifitas yang membuat tubuh kelelahan dan membuat urat syaraf menjadi lemah. Karena hal ini juga dapat mendorong orang untuk tidur.

Ketiga, tidak meninggalkan qilulah (tidur siang) sebagai bekal untuk bangun malam (qiyamul lail).

Keempat, tidak berbuat dosa di siang hari, karena bisa mengeraskan hati dan menjadi penghalang datangnya rahmat.

Setiap penguasa tidak mengizinkan sembarang orang untuk berdua dan 
bercengkrama dengannya, kecuali orang-orang yang terbukti patuh, setia dan ikhlas kepadanya.

Mereka bertanya kepada Ibnu Mas'ud: "Kami tidak bisa bangun malam. Tolong berikan aku resepnya.

Lalu ia menjawab: "Jangan durhaka kepada-Nya di malam hari."
Ats-Tsuri berkata: "Aku pernah terhalang dari qiamul lail selama lima bulan gara-gara satu dosa yang ku kerjakan."

Dahulu apabila Hasan masuk pasar dan mendengar keributan dan canda tawa mereka, ia berkata: "Aku menduga malam mereka adalah malam yang buruk."

Jadi, setiap dosa dapat membuat hati menjadi keras dan menghalangi seseorang dari shalat malam. Terutama mengkonsumi makanan dan minuman yang haram.

Sedangkan makanan yang halal dapat membantu menjernihkan hati dan mendorongnya kepada kebaikan. Sesuatu yang tidak dapat diberikan oleh makanan yang tidak halal. Hal itu diketahui oleh orang-orang yang selalu mengawasi hati berdasarkan pengalaman setelah ada kesaksian dari syara' untuk hal itu.

Oleh karena itu, sebagian ulama mengatakan: "Betapa banyak makanan yang menghalangi seseorang dari bangun malam. Dan betapa banyak pandangan yang menghalangi seseorang dari membaca surat tertentu. Bahkan boleh jadi seseorang mengkonsumsi suatu makanan atau melakukan suatu perbuatan, lalau ia terhalangi dari bangun malam selama setahun penuh.

Faktor Batiniyah ada Tiga:


1 Bersihnya hati dari bid'ah, dendam terhadap sesama muslim dan kelebihan pikiran tentang dunia. Karena orang yang larut di dalam urusan dunia tidak mudah baginya untuk bangun malam. Jika ia bangun maka di dalam shalatnya hanya akan memikirkan kepentingan-kepentingan dan was-was saja.
Seperti kata penyair berikut ini: "Penjaga pintu memberitahuku bahwa engkau tidur, padahal bila engkau bangun, engkau juga tidur."

2 Rasa takut yang dominan dan permanen di dalam hati yang disertai dengan pendeknya angan-angan. Karena apabila seseorang memikirkan jurang-jurang Neraka dan huru-hara Akhirat, niscaya tidurnya (rasa kantuknya) akan terbang.

Abdullah bin Rawahah pernah mengatakan: "Bila hamba Allah mengingat Surga, niscaya kerinduannya akan panjang. Dan apabila ia mengingat Neraka, niscaya rasa kantuknya akan terbang."

Sedang Abdullah bin Mubarak berkata: Kala malam gelap gulita mereka menahan deritanya. Dan kala malam menjadi terang mereka sedang rukuk. Rasa takut membuat tidur mereka terbang, lalu mereka berdiri. Sedang orang-orang yang merasa aman di dunia tidur terlelap.

Sebagian lain penyair mengatakan, "Dengan janji ancamannya Al-Qur'an membuat bola mata tertahan. Mereka tidak tidur sepanjang malam. Mereka memahami firman Sang Maha Raja Yang Agung, maka leher mereka pun merendahdan menunduk.

3 Mengetahui keutamaan qiyamul lail sebagaimana diterangkan oleh ayat-ayat dan hadis-hadis yang telah kami sebutkan di atas. Sehingga harapan dan kerinduan untuk mendapatkan pahalanya menjadi mantap. Lalu kerinduan itu akan mendorongnya untuk mencari tambahan dan mengincar derajat yang tinggi yakni keridhaan-Nya insyaAllah Surga.

Menurut Ibnul Munkadir, "Kelezatan di dunia ini hanya tinggal tiga: bangun malam, bertemu teman dan shalat berjamah." 

Abu Sulaiman berkata, "Ahli bangun malam yang beribadah di malam hari merasa lebih nikmat daripada ahli hiburan yang tengah menikmati hiburannya. Andaikata tidak ada malam, niscaya aku tidak ingin tinggal di dunia."
Adalah Ibnu Mas'ud rahimahullah apabila mata manusia terpejam ia bangun lalu terdengar darinya degungan seperti degungan lebah sampai pagi. 

Adapun hukum qiyamul lail menurut Ibnu Abdil Barr, dan menurut sebagian tabi'in hal itu pendapatnya kontroversial yang mewajibkan qiyamul lail, meskipun sebentar. Sedangkan menurut jumhur ulama', hukumnya mandub alias sunnah. Ada riwayat yang menyebutkan bahwa Ishaq bin Rahawaih mengatakan, "Sesungguhnya qiyamil lail diperuntukkan bagi para Sahabat (penghafal) Al-Qur'an. Ini mengkhususkan apa yang diriwayatkan dari Hasan. Dan ini lebih dekat. Namun di situ juga tidak ada penyataan wajib secara eksplisit."

Keutamaan qiyamul lail, firman Allah SWT: "Lambung mereka jauh dari tempat tidur dan mereka selalu berdoa kepada Rabb mereka dengan penuh rasa takut dan harap, serta mereka menafkahkan sebagian rizki yang Kami berikan kepada mereka." (QS. As-Sajadah: 16). 

Lalu diikuti dengan firman Allah SWT: "Tidak seorang pun mengetahui apa yang disembunyikan untuk mereka, yang indah dipandang mata, sebagai balasan bagi mereka atas apa yang telah mereka kerjakan." (QS. As-Sajadah:17).

Dan tentang orang-orang yang berbuat baik, Allah SWT berfirman: "Di dunia mereka sedikit sekali tidur di waktu malam. Dan selalu memohon ampun di waktu sahur (menjelang fajar)." (QS. Adz-Dzariyat: 17-18).

Menurut Qatadah, Mujahid dan lain-lain, maksudnya bahwa mereka tidak tidur pada malam hari sampai pagi. Sedangkan menurut Ibnu Abbas rahimahullah, maksudnya tidak ada malam yang mereka lalui tanpa ibadah (shalat malam).
Sedang riwayat dari Hafhah radiallau anha; Hafhah menceritakannya kepada Rasulullah Shalallahu alaihi wa sallam, "Sebaik-baik laki-laki adalah Abdullah andaikata ia melaksanakan shalat malam. Sabda Nabi SAW: "Sebaik-baik laki-laki adalah Abdullah andaikata ia melaksanakan shalat malam." 

Beliau SAW bersabda: "Shalat yang paling utama setelah shalat wajib ialah qiyamul lail (shalat malam)." (H.R Al-Bukhari, 3/6- At-Tahajjud, dst).
Wallahu a'lam bish-shawwab. Subhanakal lahuma wa bihamdika...*