Atlet Indonesia Terbanyak Peraih Medali Emas yang Terlupakan -->

Advertisement

Atlet Indonesia Terbanyak Peraih Medali Emas yang Terlupakan

Admin
Jumat, 31 Agustus 2018

Ilustrasi 
Masyarakat Indonesia dan Asia bahkan dunia tahu bawa ajang Asian Games 2018 di Jakarta dan Palembang menjadi salah satu pengingat kepada para legenda atlet yang telah mengharumkan nama Indonesia di ajang pesta olahraga. Nah, bagaimana nasib mereka yang saat itu merebut segudang prestasi dengan penuh pengabdian, tanpa 'embel-embel' bonus dari pemerintah. Bahkan kabarnya hingga saat ini perhatian dari pemerintah, baik pusat maupun daerah masih belum optimal. 

Para legendaris atlet berprestasi baik tingkat Asia maupun dunia tersebut tersebar di seantero negeri ini. Salah satunya di Sukabumi, terdapat legendaris pembalap sepeda berjulukan Macan Asia yakni Hendrik Brocks yang kini lebih dikenal dengan nama Hendra Gunawan. Di ruang tamu rumah Hendrik terlihat sejumlah foto. Mulai foto Hendrik saat menunggang sepeda balap dan keluarga. Semua foto terpajang menyusun rapi. Begitu juga berbagai medali dan tropi terpajang dalam sebuah lemari kaca.

Glaukoma Mantan pembalap sepeda, Hendra Gunawan alias Hendrik Brocks (77). Sudah mulai tua renta tapi sehat. Pak Hendra kelahiran Sukabumi, 27 Maret 1941. Ia di kalangan keluarga lebih akrab disapa pak Eki ini telah banyak menyumbangkan medali. Di antaranya yang sangat top yaitu pada Asian Games IV tahun 1962 di Jakarta. Dia telah menyumbangkan tiga medali emas dari nomor team time trail 100 km, individu open road race 190 km, dan team open road race 190 km. Bahkan atas keberhasilannya merebut tiga medali emas, itu menjadi atlet Indonesia terbanyak peraih medali emas pada Asian Games 1962. 

Bukti segudang prestasi yang telah diraihnya dalam balap sepeda jalanan baik tingkat nasional, Asia, hingga dunia itu dapat dilihat di ruang tamunya. Kepada wartawan pak Hendrik memperlihatkan tiga mendali emas yang diperolehnya pada Asian Games 1962 Jakarta di rumahnya di Sukabumi, Jawa Barat, Rabu (29/8/2018). 

Saat ini Hendrik tinggal bersama istrinya Yati Suryati (67) di sebuah rumah sederhana peninggalan keluarganya. Rumah mereka diami katanya sempat ambruk dan baru direhab, berlokasi di permukiman padat penduduk, tepatnya di Jalan Bhayangkara, Gang Rawasalak, Kelurahan Sriwedari, Kecamatan Gunungpuyuh, Kota Sukabumi. Kondisi fisik Hendrik pada umumnya tetap terlihat masih segar bugar dan sehat, meskipun bila berjalan harus ditopang sebuah tongkat. Hanya saja, sejak 2007, tim medis memvonis pria keturunan Jerman-Jawa ini dengan diagnosa glaukoma. Akibat glaukoma ini, penglihatannya terganggu hingga akhirya tidak bisa melihat. 

"Saya alhamdulillah sehat. Cuma mata sedikit terganggu karena glaukoma, dan sudah dua kali menjalani operasi," ungkap Hendrik kepada kepada wartawan, Rabu (29/8/2018). Hendrik mengaku sudah lama menempati tempat tinggalnya ini. Bahkan beberapa tahun lalu, rumah sederhana ini sempat nyaris ambruk. Namun belum lama ini, rumah tersebut direhab. Dana rehab berasal dari penjualan rumah pemberian pemerintah pada 2007 di salah satu perumahan di Sukabumi. "Ini rumahnya sebenarnya sudah roboh dan baru direhab. Alhamdulillah tahun 2007 Pak Adhyaksa Dault memberikan sebuah rumah di perumahan. Namun selama 10 tahun tidak boleh dijual, akhirnya belum lama ini dijual dan uangnya dipakai untuk rehab rumah ini," tuturnya.

Sayangnya saat ini, Hendrik yang sudah mengharumkan Kota Sukabumi dan Indonesia di Asia dan dunia tidak memiliki kartu atau peserta Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan. Bahkan ketika butuh biaya pengobatan penyakit glaukoma pada 2007 masih mengandalkan biaya dari Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sukabumi. "Saya nggak memiliki kartu (BPJS), justru gak masuk. Kalau biaya operasi saat itu sih biayanya masih ada dari Pemkab Sukabumi. Karena saat itu melatih tim sepeda balap Kabupaten Sukabumi," akunya. Saat ditanya mengenai perhatian khusus dari pemerintah pusat terhadap para mantan atlet berprestasi, seperti dirinya, Hendrik menjawab tegas tidak ada. Bahkan Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Periode 2004-2009 Adhyaksa Dault yang pernah menjanjikan dana pensiun pun tidak terealisasi. 

"Pak Adhyaksa sih pernah menjanjikan akan memberikan pensiun bagi peraih medali emas olimpiade dan Asian Games. Namun sampai sekarang nggak ada realisasinya," tutur Hendrik. Padahal kalau melihat jumlah atlet yang mendapat medali emas dari Olimpiade dan Asian Games tidak banyak saat itu. Meski tidak mendapatkan jaminan kesehatan dari pemerintah untuk perawatan kesehatannya dan tidak mendapatkan dana pensiun untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya, Hendrik mengakui masih tetap sehat dan bisa menjalani kehidupan meskipun sederhana. (tas).