Terlena -->

Advertisement

Terlena

Admin
Kamis, 12 Juli 2018

Ilustrasi 
Pada hakikatnya, kematian bukanlah selalu berarti kehidupan yang lumat dan akhir segala cerita tentang dan dari manusia. Sebaliknya, justru kematianlah yang mampu mengabadikan hidup manusia yang fana.

Sebut saja, salah seorang penyair Indonesia Subagyo Sastrowardoyo misalnya. Namanya, sampai saat ini masih menjadi ikon tersendiri dalam khazanah sastra Indonesia, justru karena salah satu puisinya yang berbicara tentang kematian. "Dan Kematian Makin Akrab," begitu judul puisi yang dituliskannya.

Jadi kematian sebenarnya sangat akrab sekali dengan kita. "Seperti teman kelakar yang mengjak tertawa," tulisnya. Tapi apakah cukup dengan menuliskan puisi tentang kematian manusia akan mengabadikan hidupnya? Kayanya tak cukup. Gajah mati meninggalkan gading, harimau mati meninggalkan belang.

Tak ada yang mampu mengabadikan 'hidup' manusia, selain peninggalannya. Maka tak heran jika Rasulullah SAW jauh-jauh hari dulu pernah bersabda, "Manusia yang paling baik adalah manusia yang paling bermanfaat untuk lingkungannya." Hanya dengan dengan berbuat baik saja, nama kita akan dikenang sepanjang zaman, minimal oleh anak cucu kita.

Bahkan kekayaan hidup bukanlah apa-apa, tapi kebaikan. Cuma masalahnya seringkali manusia lupa, bahwa sesungguhnya hidup ini adalah untuk mati. Tak kurang dan tak lebih. Kehidupan dunia dengan segala pernik dan warnanya dibanyak waktu telah membuat kita gila. Kian dekat dunia di gapai, kian besar bahaya dituai.

Terangnya sinar lampu dunia telah membuat kita gelap mata, bahwa semakin dekat kita dengan sumber cahaya, semakin tinggi pula suhu dan panasnya. Dan kita bisa terbakar di dalamnya dengan sia-sia. Banyak keistimewaan yang bisa kita dapatkan dengan mengingat kematian.

Aisyah, pernah bertanya pada Rasulullah. "Ya Rasulullah, apakah ada orang yang kelak dibangkitkan bersama dengan para syuhada? Kemudian Rasulullah menjawab, "Ada, ia adalah orang-orang yang mengingat mati dua puluh kali dalam sehari." Dalam kesempatan lain, sahabat Anas ra, berkata, ia pernah mendengar Rasulullah bersabda, "Banyak-banyaklah mengingat mati, karena dengannya akan terkikis dosa-dosa dan terhapus ambisi manusia pada dunia."

Kini mari kita tanyakan pada diri sendiri, berapa kali sehari kematian melintas di dalam angan? Mungkin tak setiap hari, gelak tawa, gurau canda kita dengan kawan dan keluarga kadang membuat kita terlena. Wallahu a'lam.*