Cianjur dan Sukabumi Selatan Krisis Air -->

Advertisement

Cianjur dan Sukabumi Selatan Krisis Air

Admin
Minggu, 29 Juli 2018

Ilustrasi 
JCS - Ujian kekeringan cukup dirasakan masyarakat Cianjur selatan dan Sukabumi selatan. Bahkan dampak kemarau kurang lebih dua bulan ini, tidak hanya dialami warga Cianjur selatan. Tapi juga kesulitan air bersih dialami di semua wilayah dan kabupaten. Seperti di Cidadap, Sagaranten dan Jampang Kulon Sukabumi selatan. 

Dampaknya, sejumlah warga terpaksa menggunakan air keruh yang bersumber dari aliran di areal tengah pesawahan untuk kebutuhan mandi, menggosok gigi, mencuci pakaian, mencuci perabot dapur hingga 'ngisikan beas'. 

Mereka pergi ke kali Citonyong Cidadap ada yang membawa ember bekas cat tembok dengan cara dipukul menggunakan 'rancatan' bambu (ditanggung). Dua ember berisikan pakaian, sebelah ember lagi berisikan perabot dapur yang akan dicuci. Hal ini seperti yang dialami Adang (32) dan istrinya Yanti (27).

Pasangan suami istri tersebut bersama dua anak Wida (8) dan Agus Muharam (2) terpaksa berjalan kaki dari rumahnya menuju sumber air di aliran selokan di tengah pesawahan itu. Karena kali Citonyong Cidadap merupakan satu-satunya aliran air yang dibutuhkan warga saat musim kemarau. 

Informasi JCS, bahwa kali atau aliran air ini pernah menjadi mitos dan fakta mengeluarkan batu 'koneng' yang dicari dan dijual warga kepada bandar batu asal Kota Sagaranten beberapa tahun lalu. Nah, meski ia harus berjalan sepanjang satu kilo meter menyusuri pematang (galengan-red) sawah, namun hal ini tak jadi rintangan untuk mereka tapaki demi mendapat sumber air. "Tos timana deui milari cai. Abdi peryogi cai kago ibak, gosok gigi, gegeroh, sr nyuci anggoan," tutur mang Adang dengan bahasa sunda logat jampang, Sabtu (28/7/2018). 

Senada diungkapkan warga lainnya yang menyebutkan bahwa di sini (Sukabumi selatan) kini sedang krisis air, terutama air bersih. Bi Ida (38) mengatakan krisis air bersih kerap terjadi setiap tahun, yaitu dimana di musim kemarau sehingga dirinya Ida dan suaminya mang Ade, serta warga di kampung itu terpaksa mencari sumber air ke kali terdekat tersebut. 

Tapi menurut Ida, sebagian rumah warga ada yang aman dari krisis air karena mereka punya poma air jetpam. Tapi kebanyakan orang di Cidadap mencari sumber air dari kali Citonyong dan Cidadap. Meski sumber air itu berada di aliran selokan yang kondisinya ngalir kecil dan keruh. Mereka juga mengaku belum pernah mendapatkan bantuan pasokan air bersih dari Pemkab Sukabumi Pelabuhan Ratu. "Nyeta nuju sesah cai," ucap Ida.

JCS sambil lewat mencoba memantau daerah perkampungan tersebut, Sabtu kemarin, ternyata air yang mengalir di kali Citonyong memang kecil alias 'sa'at'. Itu berasal dari genangan air yang tersisa di aliran tersebut, bahkan sebagian badan kali Citonyong dan Cidadap sudah mengering.

Potensi sumber air di pinggir kali, oleh warga dibuatkan sumur semi sederhana. Ada juga air yang menggenang disedot menggunakan mesin pompa untuk dialirkan ke aliran selokan demi kebutuhan warga setempat. (tas/rus).