Zat Air Bersih? -->

Advertisement

Zat Air Bersih?

Admin
Sabtu, 30 Juni 2018

Ilustrasi 
Air bersih merupakan salah satu jenis sumber daya alam (sda) yang dapat diperbaharui yang bermutu baik dan dapat dimanfaatkan oleh warga. Air yang dicemari sampah hingga kotoran lain dipakai warga kampung untuk kebutuhan hari-hari aktivitas mereka demi memenuhi kebutuhan sehari-hari termasuk di antaranya adalah sanitasi, atau membuka dan menciptakan suatu kedudukan yang baik di bidang kesehatan, terutama kesehatan masyarakat. 

Air bersih adalah air yang bebas dari kuman-kuman penyebab penyakit, bebas dari bahan-bahan kimia yang dapat mencampuri zat air bersih tersebut. Air merupakan zat yang mutlak bagi setiap makhluk hidup dan kebersihan air adalah sayart utama bagi terjaminnya kesehatan. Hal ini, dalam Permen Kes (Peraturan Menteri Kesehatan) RI No 416/Menkes/Per/IX 1990 tentang syarat-syarat pengawasan kualitas air. 

Nah air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya memenuhi syarat-syarat kesehatan dan dapat diminum apabila sudah dimasak. Syarat yang dimaksud ialah air yang tidak berasa, tidak berbau, tidak berwarna, dan tidak mengandung kimia lainnya yang dapat memicu timbulnya bakteri pada air seperti bakteri escherichia coli yang menyebabkan diare ringan, infeksi usus dan demam. 

Ancaman penyakit seperti itu kerap kali terdapat dalam air yang tercemar, dan cara menanganinya ialah dengan memasak air tersebut 100 derajat Celcius, dan masih banyak zat berbahaya lainnya terutama logam berat yang tidak dapat dihilangkan dengan cara seperti itu. Menanggapi hal tersebut, bagaimana kita menilai air yang tercemar oleh sampah rumah tangga, air berbau tidak sedap, berwarna keruh hingga dijadikan tempat pembuangan bangkai ayam atau binatang dan tidak layak pakai tetapi masih tetap digunakan untuk mandi, juga memasak kebutuhan sehari-hari? Atau air selokan digunakan untuk sanitasi. 

Kondisi tersebut banyak dimanfaatkan warga di Cianjur selatan. Misalnya aliran Cigeger yang mengalir dari imbah Perkebunan Agrabinta; aliran sungai Citangkolo dan Cisokan; di sungai Cibuni Kadupandak dan kali Cibala Pulang Sukanagara. Jika irigasi tersebut untuk tidak digunakan karena banyak sampah, plastik, hingga bangkai hewan yang menyebabkan air menjadi keruh dan menimbulkan bau tak sedap. 

Kalaupun ada pelarangan seolah hanya dijadikan pajangan semata. Warga di sekitar itu tidak menghiraukan himbauan, dan menganggap kegiatan tersebut hal lumrah untuk dilakukan padahal irigasi tersebut diperlukan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Seperti mandi, mencuci bahkan untuk dikonsumsi. Mungkin tak ada perhatian serius pemerintah dan cara upaya dari hulu sampai hilir. Atau karena warga sekitar kurang peduli akan kebersihan air tersebut. 

Bahkan untuk gotong royong membersihkan irigasi atau membuat sumur. "Hanya sedikit warga yang memiliki sumur pantek, apalagi jet pump, itu pun airnya mulai surut, sagede buntut beurit. Kalau pun keluar bau leutak, keruh dan warna kemerahan, kawas cai pereu," tutur pak Ojen (35) Sabtu.

Perlunya kesadaran dari warga sekitar, maupun pemerintah daerah akan kebersihan dan keamanan bersama melalui berpartisipasi menjaga kebersihan lokasi irigasi atau aliran kali yang ada. Tiada lain, untuk kenyamanan bersama, maka tak disangkal lagi kebersihan di tempat pengairan akan terwujud. 

Dampaknya, akan memberikan manfaat yang baik bagi mereka yang menggunakan air dari tempat-tempat tersebut untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Pihak terkait pun harus peka kondisi alam saat ini untuk warga sekitar terutama di Cianjur selatan, memberi layanan air bersih yang layak, baik dikirim air bersih atau membantu bersihkan lokasi air. 

Dengan harapan, secara perlahan dapat membuka kesadaran warga sekitar bahwa air bersih itu penting dan merupakan salah satu sektor pelayanan publik yang berkaitan erat dengan kesehatan dan kebutuhan masyarakat. (tas.)