Ilustrasi |
Allah SWT membuat benda-benda mati memiliki perasaan dan daya tangkap sehingga dapat bertasbih kepada Rabbnya, batu dapat jatuh karena takut kepadaNya, gunung-gunung dan pohon-pohon bersujud kepadaNya, kerikil, air dan tumbuhan-tumbuhan pun bertasbih kepadaNya. Allah SWT berfirman:"Dan tak ada satu pun melainkan bertasbih dengan memujiNya, tetapi kamu sekalian tidak mengerti tasbih mereka." (QS. Al-Isra: 44). Andai tasbih itu hanyalah sekedar dalil atas adanya penciptaannya, niscaya Allah SWT tidak berfirman: Tetapi kamu sekalian tidak mengerti tasbih mereka.
Karena setiap orang yang berakal sehat mengerti bahwa adanya benda itu menunjukkan adanya penciptannya. "Tidak kamu tahu bahwa Allah kepadaNya bertasbih apa yang di langit dan di bumi dan (juga) burung dengan mengembangkan sayapnya. Masing-masing telah mengetahui (cara) shalat dan tasbihnya." (QS. An-Nur 41). Dahulu para sahabat Nabi bisa mendengar tasbihnya makanan saat dimakan.
Mereka juga bisa mendengar kerinduan batang kurma kering yang ada di dalam masjid kepada Rasulullah SAW. Kalau benda-benda mati itu memiliki perasaan, tentu benda-benda yang mengandung kehidupan lebih pantas memilikinya. Andai mayat digantung di atas pohon yang diterpa angin semilir, niscaya tubuhnya akan mendapatkan bagian dari adzab barzakh. Dan andaikata orang yang shalih dikubur di dalam oven, niscaya tubuhnya akan merasakan nikmat barzakh dan rohnya akan mendapatkan bagiannya. Jadi, Allah SWT bisa membuat api menjadi dingin dan keselamatan bagi seseorang ini dan membuat angin semilir menjadi api dan racun bagi orang lain.
Sebab, seluruh elemen dan materi yang ada di alam semesta tunduk kepada Rabb dan Penciptannya yang bisa memperlakukannya menurut kehendakNya dan tidak bisa ditolak keinginanNya. Bahkan semuanya secara sukarela tunduk dan patuh pada kekuasanNya. Barangsiapa yang mengingkari hal ini berarti telah mengingkari Rabb semesta alam, bisa kufur kepadaNya dan mengingkari ketuhanNya. Wallahu a'lam bish-shawab.*