Tradisi Rantang, Wasilah Cinta Persaudaraan -->

Advertisement

Tradisi Rantang, Wasilah Cinta Persaudaraan

Admin
Kamis, 14 Juni 2018

Ilustrasi 
JCS - Satu hari sebelum lebaran, tradisi pakterok rantang, atau saling kirim pasakan dalam segagang rantang akan menambah kebahagian warga Cianjur selatan. Maksud tradisi adu rantang ialah, setiap tetangga dekat tampak saling berbagi makanan dengan cara kirim rantang yang berisi nasi, temannya nasi mulai pasakan buncis, kentang, mie, ikan, daging ayam, opor ayam, sapi, telur dan lainnya. 

Untuk masing-masing rantang yang diantarkan mereka kepada tetangganya pastinya berbeda pasakan. Untuk diketahui bahwa satu gagang rantang berisi makanan dan satu rantang berisi makanan sangat berbeda. Kalau satu gaganga rantang, wadah rantangnya rata-rata empat rantang. Adapun satu rantang, wujud rantangnya cuma satu rantang. Menurut bi Uen (48) warga Kp. Cihaur, Desa Karyamukti Cianjur selatan mengaku tradisi adu rantang sudah puluhan tahun. Manfaatnya, kata bi Uen, banyak sekali seperti menjaga silaturahmi dan persaudaraan di antara tetangga. "Kumaha nya, da ari acara saling kintun emameun mah tos ti kapungkur," tutur bi Uen kepada JCS, Kamis (14/6/2018).

Hal yang sama di Kp. Patokbeusi Desa Jatisari Kecamatan Sindangbarang. Warga Patokbeusi, teh Dede, (26) istri dari mang Ojen (31) ini mengutarakan tradisi rantang pada momen lebaran tahun ini cukup membahagiakan, alasannya karena dapat berkumpul bersama handai tolan atau keluarga besar. "Sebetulnya saya tidak masak kaya orang lain. Mungkin kalau mereka masak daging sapi, ayam. Kalau keluarga saya cukup meuncit hayam kampung aja, mang," tutur teh Dede.

Ternyata tradisi rantang bagi warga yang berada di desa hingga kini masih melekat. Bahkan tradisi rantang, jauh lebih melekat dari tradisi kupat. Seperti di ketahui, bahwa tradisi kupat biasanya lebih banyak dihidangkan di wilayah perkotaan. Selain itu, melalui tradisi rantang cukup menjadi alasan dan wasilah menjalin persaudaraan, kebersamaan dalam hidup di pedesaan. (tas/rus).