Ilustrasi |
JCS - Kota Cianjur hujan tapi Cianjur selatan tidak hujan. Atau sebaliknya. Tengah-tengahnya kota Sukanagara terkadang tidak hujan. Jadi iklim cuaca se daerah Cianjur tidak sama. Bahkan ketika musim pancaroba tiba, membuat ketersediaan air bersih tidak dapat terkontrol.
Cuaca panas berkepanjangan diselingi hujan seringkali membuat air bersih sulit ditemui. Untuk kondisi alam Cianjur selatan saat ini mengalami musim kemarau, dampaknya membuat sejumlah warga kampung disejumlah tempat mengalami kelimpungan ingin air bersih. Kondisi ini seperti di kampung Cikananga Leles, kampung Patokbeusi Sindangbarang, di kampung Cibeureum Agrabinta; Kadupandak dan Sukanagara.
Beruntung bagi mereka yang memiliki sumur pantek membuat cukup aman dari kebutuhan air. Beruntung juga bagi warga yang rumahnya dekat dengan bantaran kali Citangkolo atau Cisokan. Karena di sisi aliran air yang mulai surut tersebut bisa membuat sumur dadakan. Apabila banjir melanda, sumur yang sangat sederhana itu rata kembali seperti semula, bahkan tertutup oleh pasir kali, sedimen-sedimen dan sampah.
Lain halnya dialami warga kampung Cikananga RT1/RW2 Desa Sindangsari, Leles terutama di dekat masjid langgar (tajug) Cikananga kaler. Saat hujan maupun tidak hujan tetap saja kekurangan air bersih karena belum punya MCK. Padahal setiap magrib sampai Isya di tajug tersebut dipenuh anak-anak santri hingga bapak-bapak yang melaksanakan ibadah; sedangkan anak-anak rutin belajar ngaji.
Berikut ada sebuah cerita lucu, yaitu salah seorang santri, dede Rendi (12). Ia mengaku ingin pulang ke rumah. Padahal sebentar lagi akan memasuki waktu Isya. Ma'laum tak ada tempat wudhu. "Mang abdimah bade uih heula, kin pas Isya bade ka masjid deui, soalna neme kentut," tuturnya bernada polos.
Kodnisi tersebut sungguh membuat sebagian warga terenyuh. Lalu para orang tua di sana berembuk untuk merencanakan agar supaya ada tempat wudhu. Cuma saat ini terkendala biaya. Meski demikian, ustad di sana tetap dengan sabar membimbing anak-anak kecil dan gede. Menurut ustad H Suhendi, pihaknya akan berusaha agar di seputar tajug itu ada air wudhu. Atau ada tempat penyimpanan air besar yang dapat menampung air yang banyak untuk meningkatkan kebutuhan air bersih bagi warga yang beribadah.
Begitu juga bermanfaat untuk kehidupan sehari-hari dalam menggunakan air bersih. "Terutama saat musim kemarau duh air bersih," tuturnya rendah hati. Nampaknya memang bahwa masjid ini sudah direnovasi berkat gotong royong warga dan pihak dermawan hamba Alloh di sana. Satu lagi, ditambahkan aki Nurdin, yaitu sering gangguan teknik alat pengeras suara alias speker toa. "Duka ampli na duka sepekerna sora na gokgorogokan wae," celetuk si aki, seraya menyebut sepeker itu sudah beberapa kali dibengkel ke Pasir Waringin, Sabtu (30/6/2018). (tas).