Mencinta -->

Advertisement

Mencinta

Admin
Senin, 04 Juni 2018

Dektik-detik semakin dekat, saat Izrail melakukan tugas. Perlahan ruh tubuh Rasulullah SAW ditarik membuat seluruh rubuh Beliau SAW bersimbah peluh, urat-urat lehernya menegang. Di situ karena ada Jibril, Beliau SAW bertanya, "Jibril, betapa sakit sakartul maut ini," lirih Rasulullah mengaduh. 

Putrinya Fatimah terpejam, Ali menunduk semakin dalam dan Jibril membuang muka. "Jijikah kau melihatku, hingga kau palingkan wajahmu Jibril?" tanya Rasulullah pada Malaikat pengatur wahyu itu. "Siapakah yang tega, meliahat kekasih Allah direnggut ajal," kata Jibril. Sebentar kemudian terdengar Rasulullah memekik, karena sakit yang tak tertahankan lagi. "Ya Allah, dahsyat niat maut ini, timpakan saja semua siksa maut ini kepadaku, jangan pada umatku."

Badan Beliau SAW mulai dingin, kaki dan dadanya sudah tak bergerak lagi. Bibirnya bergetar seakan hendak membisikan sesuatu. Ali mendekat telinga Beliau SAW. "Uushiikum bis shalati, wa maa malakat amianuku, peliharalah shalat dan santuni orang-orang lemah di antaramu."

Di luar pintu tangis mulai terdengar bersahutan, sahabat saling berpelukan. Fatimah menutupkan tangan di wajahnya, dan Ali kembali mendekatkan telinga ke bibir Rasulullah yang mulai kebiruan. "Umati, umati, umati..." Dan, pupuslah kembang hidup manusia itu. Kini, mampukah kita mencinta sepertinya? Wallahu a'lam.*