Memaknai Klaim Cinta Jihad -->

Advertisement

Memaknai Klaim Cinta Jihad

Admin
Minggu, 10 Juni 2018

Ilustrasi 
Ketika orang-orang yang mengklaim cinta jihad semakin banyak, mereka dituntut untuk menunjukkan bukti atas kebenaran klaim jihad. Kalau setiap pengakuan orang diterima, niscaya orang menganggur bisa mengakui dirinya sebagai bisnismen. Sehingga ada beraneka ragam klaim di alam nyata ini. Maka dikatakan: "Klaim itu tidak bisa diakui kecuali ada bukti. Firman Allah SWT: Qul inkuntum tuhibbuunal llaha fat tabi'uni yuhbibkumul laahu: Katakanlah: 'Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutillah aku, niscaya Allah akan mencintai kamu." (Ali Imran 31). 

Maka seluruh makhluk mundur kecuali para pengikut Rasulullah SAW yang mengikuti perbuatan, ucapan, petunjuk dan akhlaknya. Lalu mereka dituntut dengan keadilan bukti. Dan katakan, "Keadilan tidak bisa diterima kecuali dengan rekomendasi; 'berjihad di jalan Allah dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela. Mereka menyerahkan apa yang tercantum di dalam kontrak jihad tersebut.

Karena Allah telah membeli jiwa dan harta benda orang-orang mukmin dengan imbalan Surga. Dengan kontrak jual beli mengharuskan adanya penyerahan diri kedua belah pihak. Ibarat para pedagang melihat keagungan pembeli, besarannya harga dan kemuliaan orang yang menangani kontrak tersebut, serta kredibilitas buku yang membuat kontrak ini, mereka langsung mengerti bahwa dagangan itu memiliki nilai jual yang tinggi dimiliki barang dagangan lainnya. Sehingga mereka melihat adalah kerugian yang nyata dan kekeliruan yang jelas bila mereka menjualnya dengan harga murah yang bisa menghilangkan gengsinya dan menyisakan resiko dan kerugiannya. 

Karena yang melakukan hal itu termasuk golongan orang-orang bodoh, maka mereka pun mengadakan kontrak tersebut kerelaan bersama pihak pembeli secara sadar tanpa adanya hak khiyar atau memilih antara meneruskan atau membatalkan kontrak. Dan mereka mengatakan sumpah, setelah sumpah selesai diteken dan mereka menyerahkan barang dagangan, mereka diberitahu; jiwa dan harta benda kalian telah menjadi milik Kami. Dan sekarang Kami telah mengembalikannya kepadanya dalam kondisi seperti sedia kala ditambah dengan sekian kali lipat harta kalian. Firman Allah SWT: Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati; bahkan mereka itu hidup di sisi Tuhannya dengan mendapat rizki." (Ali Imran ayat 169).

Kemudian Allah menurunkan wahyu kepada NabiNya untuk menjawab apa yang kami katakan: Wa laa tulquu bi iidiikum ilat tahlukati: Dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan (Al-Baqarah 195). Jadi, kebiasaan itu meninggalkan seruanNya. Syahid di jalan Allah merupakan derajat paling tinggi. Tapi ingat pesan Nabi SAW dari Abdullah bin Amr bin Ash rahimahullah: Yughfiru lisy syahidi kulli dzambin illad diina: Semua dosa orang yang mati syahid akan diampuni kecuali hutang." Ini diriwayatkan H.R Muslim (13/30).

Namun untuk dapat diampuni segala dosanya seorang mujahid harus sabar, ikhlas dan menghadap ke depan bukan ke belakang. Wallahu a'lam. Shalallahu alaihi wa salllam. Subhanakal lahumma wa bihamdika...*